Seorang guru kelas 5 sekolah
dasar bingung dan sedih. Ia merasa telah bekerja sangat disiplin dan penuh
dedikasi. Tetapi hasil belajar murid – muridnya sangat mengecewakan. Ia sungguh
bingung, apa yang mesti dilakukannya untuk memperbaiki keadaan ini? Dari mana
ia mesti mulai karena hasil mengecewakan terjadi pada semua mata pelajaran. Ia
merasa mesti ada perubahan untuk perbaikan. Tetapi bagaimana caranya? Ia sadar jika sendirian mencoba memperbaiki keadaan, pastilah sulit
memperoleh Keberhasilan. Ia mesti melibatkan pihak lain. Terutama para murid.
Bukankah yang terlibat dalam masalah ini, bukan ia sendiri, tetapi juga para
muridnya. Ia mengira murid – muridnya paling bermasalah dalam mata pelajaran
matematika. Ia merasa tidak berhak menentukan masalah sendirian. Murid – murid
mesti dilibatkan. Maka, dengan cara yang persusasif, santun dan terbuka ia
meminta setiap murid menuliskan pada selembar kertas secara berurutan mata
pelajaran apa yang paling sulit. Setelah semua murid menuliskan, ia bersama –
sama dengan murid menghitung. Dugaannya meleset. Matematika tidak berada di
urutan pertama. Pada urutan pertama mata pelajaran bahasa Indonesia dengan
jumlah murid 21, dan pada urutan kedua adalah mata pelajaran matematika dengan
jumlah 18. Sang guru memutuskan untuk lebih dulu mengatasi masalah yang
pertama, karena faktanya pada pelajaran bahasa Indonesia murid paling banyak
bermasalah. Sang guru kemudian mulai melakukan
pendalaman dengan cara
berdialog / berdiskusi dengan para murid dalam suasana yang santai. Ternyata
hampir semua murid belum bisa membuat puisi. Para murid tidak mengerti apa itu
kalimat puitis. Kemudian sang guru meminta pendapat para murid apa yang bisa
dilakukan agar para murid dapat membuat puisi. Saran – saran yang muncul adalah
sbb: apakah boleh membaca buku cerita dulu sebelum membuat puisi, dan puisinya
dibuat dari cerita itu? Apakah boleh menulis puisi dari lagu? Apakah boleh
menulis puisi dari pengalaman sendiri? Bagaimaa kalau sebelum menulis puisi
kita jalan – jalan dulu, jalan – jalan keliling di sekolah, setelah itu baru
menulis puisi? Sang guru mempertimbangkan semua saran itu, mengolahnya dan
membuat keputusan melaksanakan yang memiliki unsur kegembiraan, mudah dan dapat
segera dilakukan. Sang guru memilih jalan – jalan di sekitar sekolah, membawa
kertas dan alat tulis untuk mencatat, waktunya 5 menit. Setelah masuk kembali
ke kelas para murid diminta untuk membuat puisi berdasarkan apa yang mereka
lihat Inilah contoh puisi itu :
Tempat
Sampah
Banyak
sampah didalamnya
Kotor dan bau
Aku tak mau menjadi sampah
Merpati
Putih
Merpati putih terbang tinggi
Tinggi, tinggi sekali
Aku ingin terbang tinggi
Seperti merpati
Sang guru sungguh terpesona
karena para murid dapat membuat kalimat puitis :
‘Aku tak mau menjadi sampah’,
‘Aku ingin terbang tinggi seperti merpati’
Ia kemudian menjelaskan apa itu
kalimat puitis berdasarkan contoh – contoh yang dibuat para murid. Ia merasa
satu masalah telah teratasi. Tetapi ia sadar masih banyak masalah lain…………..
Pembelajaran
merupakan kegiatan dan proses yang tidak pernah sederhana dan mudah. Tidak
sederhana karena melibatkan banyak sekali variabel atau faktor, dan setiap
variabel memiliki sejumlah unsur yang melekat di dalam dirinya. Sebutlah
variabel murid, pada diri setiap murid itu ada unsur disiplin, motivasi,
perhatian, bakat, minat, keinginan, kebutuhan, cita – cita, jejak pengasuhan di
rumah dll. Dalam proses pembelajaran di kelas biasanya ada sejumlah besar murid.
Jadi, bisa dibayangkan berapa banyak masalah yang potensial muncul yang berasal
dari murid. Belum lagi masalah yang terkait dengan guru, sekolah, orang tua dan
lingkungan yang lebih besar. Itu yang menyebabkan pembelajaran itu tidak pernah menjadi proses
yang mudah.
Dalam
kenyataan praktis, setiap hari para guru menghadapi beragam masalah. Suka atau
tidak, mau atau tidak, masalah – masalah itu mesti diselesaikan. Karena jika
tidak, akan ada penumpukan masalah yang lebih rumit dan sulit. Contoh, kelas
menghadapi masalah disiplin, jika tidak segera diatasi akan muncul masalah
ikutannya seperti proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan
berujung pada rendahnya hasil belajar atau prestasi siswa.
Di
samping masalah yang muncul setiap hari, sekolah dan para guru juga mesti
menghadapi dan merespon terus meningkatnya tuntutan dan harapan para orang tua
murid dan masyarakat pada umumnya. Sekarang ini para orang tua menuntut agar
anaknya lulus Ujian Nasional, bahkan pada beberapa sekolah tuntutannya lebih
tinggi lagi yaitu lulus UN dengan nilai yang tinggi juga, bukan sekedar lulus.
Masalah
yang terus muncul, dan meningkatnya tuntutan para orang tua atau masyarakat
pada umumnya merupakan tantangan dan peluang yang dihadapi para guru dan
sekolah. Keberhasilan atau kegagalan merespon tantangan dan peluang ini sangat
menentukan keberhasilan dan kegagalan proses pembelajaran sekaligus keberadaan para guru dan sekolah.
Dalam
konteks inilah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi urgen / penting. Mengapa
PTK ?
Sebenarnya
para guru dengan cara, kapasitas, kreasi dan keberaniannya telah melakukan
berbagai upaya perbaikan menghadapi masalah dan tuntutan seperti yang telah
dijelaskan di atas. Tetapi seringkali upaya – upaya yang dilakukan masih
bersifat coba – coba, belum sistematik, dilaksanakan dengan perencanaan yang
kurang baik, atau dilaksanakan dengan kurang sungguh – sungguh, atau kurang
terarah. Juga, seringkali tanpa terlebih dulu mencaritemukan masalah – masalah
yang layak untuk diatasi atau kurang tajam menentukan focus perbaikan. Itu
sebabnya hasilnya belum seperti yang diharapkan oleh para guru sendiri.
Oleh
karena itulah PTK menjadi penting. Karena PTK menawarkan solusi yang terencana,
sistematis, terukur, berdaya dan berhasil guna. Apa benar ? Tentu saja, karena
:
1. PTK,
merupakan penelitian yang secara spesifik bertujuan untuk memecahkan masalah –
masalah pembelajaran yang sungguh – sungguh terjadi di kelas yang berujung pada
perbaikan atau peningkatan.
2. Dalam
PTK, masalah – masalah pembelajaran dicaritemukan dan dirumuskna bersama oleh
pelaku – pelaku utama pembelajaran (terutama guru dan murid). Mereka pula yang
menentukan masalah – masalah apa saja yang dirasa mendesak dan perlu pemecahan
segera.
3. Dalam
PTK, solusi – solusi untuk pemecahan masalah dan perbaikan / peningkatan
pembelajaran dapat dicaritemukan bersama oleh guru, guru dan murid, berdasarkan
pengalaman, pengetahuan, kreativitas dan inovasi mereka.
4. PTK bukan
merupakan penelitian tradisional yang dikerjakan terpisah dari /dengan
pembelajaran. Tetapi merupakan bagian dari proses pembelajaran itu sendiri.
5. PTK
memiliki tahapan berupa siklus yang memastikan bahwa upaya perbaikan / peningkatan pembelajaran dibuat secara
terencana, sistematik dan bertujuan.
6. Dalam PTK
ditentukan indikator keberhasilan untuk memastikan pencapaian perbaikan /
peningkatan pembelajaran.
7. PTK
merupakan upaya perbaikan pembelajaran yang berkelanjutan, sehingga dapat
dipastikan dalam jangka waktu tertentu perbaikan dapat dilihat hasilnya.
8. PTK
merupakan upaya perbaikan yang bersifat objektif dan terbuka, sehingga dapat
terus ditingkatkan.
9. PTK
memberikan kesempatan yang sangat luas terutama pada para guru untuk
mengembangkan kreasi bagi peningkatan pembelajaran berupa pengujicobaan
berbagai pendekatan, metode, strategi pembelajaran, dan beragam cara evaluasi.
10. PTK yang
dilakukan secara berkelanjutan bukan saja meningkatkan kualitas pembelajaran
dan hasil pembelajaran, tetapi juga akan meningkatkan secara bermakna kemampuan
dan kualitas guru dan kekayaan pengalaman siswa dalam proses pembelajaran.
Bagaimana
masalah dalam PTK dicaritemukan dan dirumuskan ?
Secara prinsip masalah – masalah
pembelajaran dalam PTK dicaritemukan dan dirumuskan dari masalah – masalah
nyata yang sungguh – sungguh terjadi selama proses pembelajaran berlangsung,
atau dari fakta tidak tercapainya tujuan pembelajaran atau hasil belajar yang
rendah. Jadi, jangan mencari masalah PTK dari buku, cari dari realitas
pembelajaran yang berlangsung dan ditangani oleh guru secara langsung.
Yang terbaik adalah melibatkan
para murid untuk mencaritemukan masalah. Ini penting, karena mereka adalah pihak
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Seringkali mereka menjadi
sumber masalah. Tentu saja guru, metode, cara dan tehnik evaluasi juga dapat
menjadi sumber masalah.
Karena itu perlu membuat
pemetaan masalah berdasarkan sumbernya seperti contoh di bawah ini :
|
SUMBER
MASALAH
|
||
|
GURU
|
MURID
|
METODE PEMBELAJARAN
|
|
A. KEPRIBADIAN
1. Galak / Pemarah
2. Kurang sabar
3. ………………………
B. KOMPETENSI
1. Kurang menguasai materi
2. ………………………
|
A. KEPRIBADIAN
1. Tidak disiplin
2. kurang motivasi
3. ……………………….
B. KOMPETENSI
1.
|
1. Metode yang digunakan
Kurang bervariasi
2. ……………………………..
|
Contoh di atas merupakan
salah satu cara untuk memetakan masalah yang merupakan hasil refleksi dan
pengamatan guru.
Cara lain dapat berupa
mengajak murid untuk melakukan curah pendapat (brainstorming) terkait dengan
masalah – masalah yang dirasakan baik oleh murid maupun guru.
Cara apapun dapat
dikembangkan guru, dalam PTK prinsipnya adalah, masalah :
1)
Mesti berasal / berakar dari proses pembelajaran
yang nyata.
2)
Sedapat mungkin masalah dicaritemukan dan
dirumuskan bersama – sama oleh pelaku – pelaku utama pembelajaran yaitu guru
dan murid.
Apapun
cara yang digunakan biasanya ditemukan sejumlah masalah. Tidak mengherankan
sebab pembelajaran itu sangat kompleks. Karena itu masalah yang muncul biasanya
juga kompleks. Pilihlah masalah dengan pertimbangan sbb :
1)
Merupakan masalah yang sangat mendesak untuk
dipecahkan. Guru dan murid yang paling tahu masalah mana yang perlu perbaikan
segera.
2)
Merupakan masalah yang jika tidak segera
dipecahkan / diperbaiki dapat
menimbulkan masalah – masalah lain yang lebih kompleks dan akut.
3)
Merupakan masalah yang pemecahannya / perbaikannya
paling mungkin dilakukan berdasarkan pertimbangan sumber daya, sumber dana,
waktu dan dukungan lainnya.
Jika
masalah sudah ditemukan, maka langkah berikutnya adalah merumuskan solusi apa
yang ditawarkan untuk memecahkan masalah demi perbaikan / peningkatan
pembelajaran.
Biasanya
menjadi kendala utama pada tahap ini adalah para guru mulai ragu. Acapkali
penyebabnya adalah guru – guru merasa kurang memiliki basis teori untuk
merumuskan solusi.
Dalam
PTK, para guru diberi kesempatan untuk mencari solusi berdasarkan
pengalamannya, kreasinya, memanfaatkan pengalaman orang lain, sumbang saran
dari murid atau dari orang lain yang memiliki gagasan – gagasan perbaikan.
Tentu saja jika ada dasar teori akan lebih baik. Tetapi dalam PTK itu tidak
mutlak. Teori bisa dicari belakangan. Upaya perbaikan yang nyata lebih
diutamakan.
Yang
penting adalah upaya perbaikan itu dirumuskan dengan berpijak pada hal – hal
seperti diuraikan berikut ini :
1)
Tujuan perbaikan / peningkatan itu spesifik dan
terfokus, misal : meningkatkan kemampuan murid dalam operasi hitung.
2)
Cara – cara atau metode untuk perbaikan diuraikan
secara rinci dan sistematis, tahap demi tahap
3)
Indikator keberhasilan atau pencapaian perbaikan
mesti dirumuskan dengan jelas dan terukur
4)
Waktu yang dibutuhkan untuk upaya perbaikan mesti
ditentukan berikut jadwal yang rinci
5)
Media yang digunakan dalam upaya proses perbaikan
/ peningkatan pembelajaran mesti dijelaskan berikut fungsinya
6)
Pihak – pihak yang terlibat berikut tugasnya mesti
dirumuskan dengan jelas
7)
Dana yang dibutuhkan untuk keperluan apa saja mesti ditetapkan
8)
Evaluasi dan refleksi yang digunakan baik untuk
menilai setiap siklus / tahap maupun untuk keseluruhan program mesti ditetapkan
dan dijelaskan.
Atas
dasar hal – hal di ataslah program aksi / tindakan mesti disusun secara rinci,
lengkap, sistematis dan terukur. Karena terpenuhinya persyaratan – persyaratan
itu merupakan dasar mengapa keseluruhan upaya ini disebut Penelitian Tindakan
Kelas. Sebab, istilah penelitian yang digunakan dalam upaya ini memang
mengisyaratkan PTK adalah upaya yang bertujuan, objektif, sistematis dan
terukur untuk menghasilkan perbaikan / peningkatan pembelajaran.
Persyaratan – persyaratan
inilah yang membedakan secara bermakna PTK dengan berbagai upaya yang selama
ini banyak dilakukan guru. Dengan demikian semakin jelas pentingnya / urgensinya PTK sebagai
upaya peningkatan / perbaikan pembelajaran menghadapi masalah dan tantangan
yang makin meningkat.
menurut saya PTK ini sangat bagus untuk di miliki dan di ketahui oleh para guru dan calon guru seperti kita ini (amin) hehe. semoga dengan Adanya PTK ini anak anak muda (anak sekolah) dapat mendapatkan pembelajaran dengan baik, sehingga akan tumbuh cikal bakal anak bangsa yang berkualitas nantnya :)
BalasHapus