Sekarang ini merupakan saat yang berat
bagi Polisi kita. Mereka diserbu dan diserang dari berbagai penjuru. Kantor
mereka diluluhlantakkan oleh sejumlah oknum TNI. Salah seorang jenderal
diungkap dan disita hartanya. Jumlahnya sangat fantastis melampaui akal sehat
kita untuk menghitungnya. Bersamaan
dengan itu seorang mantan jenderalnya sedang bersitegang dengan kejaksaan soal
tafsir hukum. Tahanannya dibunuh segerombolan orang tak dikenal diiringi tepuk
tangan tahanan lain. Yang sangat tragis, seorang anggotanya dikeroyok massa
selagi bertugas menegakkan hukum.
Polisi kita memang belum seperti yang
diharapkan. Ada banyak masalah yang sebagian
bersumber dari diri mereka sendiri. Ada kesan kuat, polisi yang tugasnya
menegakkan hukum masih sering melanggar hukum. Acapkali tindakannya membuat
kita geram. Pencuri kelas teri diproses secepat kilat. Bersebalikan dengan itu
bila berhadapan dengan bagian dari kekuasaan, Polisi terlihat sangat hati-hati,
cenderung defensif dan terkesan menjadi sekedar alat. Lihatlah contoh kecil
kasus yang melibatkan anak penguasa Hatta Rajasa. Di televisi kita lihat lebih
banyak dan lebih sering sang Rajasa memberi keterangan daripada polisi. Simak
juga betapa cepatnya Polisi menindaklanjuti laporan Ibas Yudhoyono, berbanding
terbalik dengan sikap polisi menanggapi laporan keluarga pengusaha komputer
sampai akhirnya sang pengusaha ditemukan tewas mengenaskan. Contoh ini dapat
diperpanjang hingga menghasilkan buku yang tebal. Memang kesan kuat bahwa
Polisi merupakan alat kekuasaan lebih kental daripada alat negara.
Namun, dengan keseluruhan fakta itu
janganlah pernah lupa, Polisi ini adalah Polisi kita. Polisi kita adalah bagian
integral dari masyarakat dan negara kita. Kita tidak dapat membayangkan
kehidupan tanpa Polisi. Bahkan negara-negara yang menolak keberadaan tentara,
malah memiliki institusi Polisi yang kuat. Polisi adalah bagian niscaya dari
metabolisme masyarakat sipil. Mengapa? Karena sudah menjadi keniscayaan, bahwa
setiap kali ada manusia, maka pasti ada saja manusia jahat. Inilah takdir dunia
manusia. Ada benturan kepentingan dan bentrokan beragam kekuatan. Polisi
dibutuhkan untuk menegakkan hukum, menjaga keseimbangan, dan memberi jaminan
keamanan. Semuanya adalah keniscayaan dalam masyarakat yang sehat dan rasional.
Polisi yang kuat, solid dan profesional harus ada untuk memastikan kehidupan
masyarakat sipil berjalan normal.
Polisi kita bukan tidak berusaha
memenuhi standar itu. Para jenderal jangan dikira hanya mengumpulkan harta
sebagaimana yang sementara kita lihat dalam penyidikan KPK. Seperti semua
institusi dan birokrasi di negeri ini, di dalamnya ada maling, koruptor,
petualang jabatan, pengejar kepentingan dan berbagai kelompok kepentingan yang
bermain-main dan memainkan kekuasaan. Tetapi jangan pernah berfikir tidak ada
orang baik, orang jujur, dan nasioanalis sejati di dalamnya. Negeri kita
bukanlah neraka yang hanya berisi orang jahat dan iblis. Juga bukan syurga yang
diramaikan hanya oleh orang baik dan malaikat. Negeri kita adalah dunia, ada
orang baik, juga orang jahat, ada malaikat dan syetan bejat.
Polisi sebagai institusi tidaklah
berada di ruang kosong. Polisi kita, baik sebagai institusi dan individu berada
dalam jejaring masyarakat dan kuasa yang setiap saat berinterkasi dalam
penalaran tarik-menarik dan saling pengaruh. Bila Polisi kita sampai sejauh ini
masih seperti ini, janganlah kita hanya cuci tangan, lempar batu sembunyi
tangan, dan mencaci maki. Polisi kita adalah cermin diri kita, refleksi
masyarakat kita, dan bayangan dari permainan kekuasaan para penguasa.
Kita berhak marah melihat sejumlah
perilaku dan tindakan polisi yang mengganggu dan mengoyakoyak rasa keadilan
kita. Tapi kita juga harus punya hati dan air mata tatkala melihat Polisi kita
dibantai secara sadis sampai tewas oleh pelanggar hukum, saat kantornya yang
merupakan lambang keberadaannya sebagai sebuah institusi negara
diluluhlantakkan dan dibakar. Mestinya itu juga membakar kesadaran kita bahwa
negara ini sedang berada dalam masalah besar dan akut. Dan Polisi ada di dalam
pusaran masalah itu.
Sebagai seorang yang pernah bekerja
dalam lingkungan Polisi, sebagai salah seorang penyeleksi calon siswa, dan guru
bagi Tenaga Pendidik (Gadik) di Secapa Polri di Sukabumi, dan di Sekolah Polisi
Wanita di Ciputat, saya dapat merasakan bagimana kegalauan yang dirasakan
Polisi dari semua tingkat dan jabatan saat ini. Kita harus mendorong agar
Polisi kita bertambah baik, tidak sekedar mencaci makinya dengan semangat 45,
sebab
POLISI KITA IKUT MENENTUKAN KEBERADAAN
DAN KEBERTAHANAN SERTA PERKEMBANGAN NEGARA BANGSA INI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd