Ini perjalanan asyik. Membawa mahasiswa
kuliah kerja lapangan ke Trunyan Bali. Perjalanan panjang menggunakan bus.
Keberhasilan perjalanan ini ikut ditentukan oleh jasa spionase. Spionase
bekerja membantu pak supir. Ia berdiri atau duduk di dekat pintu memperhatikan
kaca spion dan memberikan informasi pada supir. Posisinya memungkinkan ia
melihat apa yang supir kurang atau tidak bisa melihatnya. Biasanya ia disebut
kondektur atau kernet. Kali ini disebut spionase untuk mempersepsinya dengan
cara lain. Jangan dikira ia tidak penting. Ia bertugas untuk membuat bus ini
siap jalan dalam keadaan bersih luar dalam. Ya... ini cerita tentang orang
kecil. Jangan pernah remehkan orang kecil, meski mereka tidak pernah tercatat
dalam sejarah.
Bisakah bangunan monumental dan
bersejarah seperti Piramida Mesir dan Tembok Besar Cina serta Borobudur
didirikan tanpa orang kecil yang mengangkat pasir dan memanggul batu? Siapa
yang memelihara kuda Napoleon yang digunakan untuk memenangkan sejumlah perang
besar? Apakah perjalanan bersejarah Magelhaen, Marcopolo, Colombus dan Vasco Da
Gama dapat dilakukan tanpa orang kecil? Bisakah Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia diumumukan jika naskahnya tidak diketik juru ketik yang juga orang
kecil? Bahkan para pembawa kebenaran seperti Isa A.S. dan Muhammad SAW
membutuhkan orang kecil untuk menyebarkan warta yang dibawanya. Namun, orang
kecil jarang bahkan tak pernah dicatat dalam sejarah.
Tak ada proyek, program, pekerjaan, dan
pencapaian besar dapat diujudkan tanpa orang kecil. Orang kecil memungkinkan
gagasan besar dari orang besar dapat diaktualisasikan. Tanpa mereka, gagasan
itu tetaplah jadi gagasan. Tak pernah jadi kenyataan. Tetapi jarang sekali ada
yang peduli pada keberadaan orang kecil. Pada jasa dan makna pekerjaannya.
Biasanya, keberadaan orang kecil baru
disadari jika terjadi anomali. Misalnya, manakala perhelatan besar
diselenggarakan. Beberapa saat akan dibuka, orang kecil yang memegang kunci dan
bertanggungjawab soal kebersihan belum kelihatan, barulah orang-orang panik dan
mulai faham apa makna keberadaan orang kecil. Namun, begitu ia muncul, biasanya
akan diberondong dengan sejumlah kemarahan dan caci maki. Orang besar segera
lupa, betapa penting orang kecil itu.
Walaupun tahu, tetapi kita jarang
menyadari, di institusi manapun, mulai dari
kelurahan sampai istana negara, orang kecil datang paling dahulu dan
pulang paling belakangan. Ini bermakna ia ikut menentukan keberadaan institusi
dan kinerja para petinggi di semua institusi itu. Namun, ia bergaji paling
sedikit, karena ia orang kecil. Kecil segalanya. Pendidikan, keterampilan, dan
nasibnya.
Nasibnya memang sering dikecilkan dan
diabaikan. Terutama saat mereka menjadi korban. Korban dari perilaku buruk dan
kejahatan orang besar. Hukum bisa diatur-atur dan direkayasa untuk
menyelamatkan orang besar yang mengorbankan orang kecil. Itulah sebabnya,
sepanjang sejarah orang kecil adalah korban. Korban kezhaliman orang besar.
Tak mengherankan bila pemikir paling
revolusioner dan paling brewok dalam sejarah yaitu Karl Marx mengajarkan hanya
ada satu kata bagi orang besar dari orang kecil yaitu LAWAN! Hanya dengan cara
itu orang besar bisa menghargai dan memaknai keberadaan orang kecil.
Hormatilah orang kecil, bukan saja
karena ia adalah sesama manusia, tetapi karena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd