Selasa, 16 April 2013

SPIONASE



Ini perjalanan asyik. Membawa mahasiswa kuliah kerja lapangan ke Trunyan Bali. Perjalanan panjang menggunakan bus. Keberhasilan perjalanan ini ikut ditentukan oleh jasa spionase. Spionase bekerja membantu pak supir. Ia berdiri atau duduk di dekat pintu memperhatikan kaca spion dan memberikan informasi pada supir. Posisinya memungkinkan ia melihat apa yang supir kurang atau tidak bisa melihatnya. Biasanya ia disebut kondektur atau kernet. Kali ini disebut spionase untuk mempersepsinya dengan cara lain. Jangan dikira ia tidak penting. Ia bertugas untuk membuat bus ini siap jalan dalam keadaan bersih luar dalam. Ya... ini cerita tentang orang kecil. Jangan pernah remehkan orang kecil, meski mereka tidak pernah tercatat dalam sejarah.

Bisakah bangunan monumental dan bersejarah seperti Piramida Mesir dan Tembok Besar Cina serta Borobudur didirikan tanpa orang kecil yang mengangkat pasir dan memanggul batu? Siapa yang memelihara kuda Napoleon yang digunakan untuk memenangkan sejumlah perang besar? Apakah perjalanan bersejarah Magelhaen, Marcopolo, Colombus dan Vasco Da Gama dapat dilakukan tanpa orang kecil? Bisakah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia diumumukan jika naskahnya tidak diketik juru ketik yang juga orang kecil? Bahkan para pembawa kebenaran seperti Isa A.S. dan Muhammad SAW membutuhkan orang kecil untuk menyebarkan warta yang dibawanya. Namun, orang kecil jarang bahkan tak pernah dicatat dalam sejarah.

Tak ada proyek, program, pekerjaan, dan pencapaian besar dapat diujudkan tanpa orang kecil. Orang kecil memungkinkan gagasan besar dari orang besar dapat diaktualisasikan. Tanpa mereka, gagasan itu tetaplah jadi gagasan. Tak pernah jadi kenyataan. Tetapi jarang sekali ada yang peduli pada keberadaan orang kecil. Pada jasa dan makna pekerjaannya.

Biasanya, keberadaan orang kecil baru disadari jika terjadi anomali. Misalnya, manakala perhelatan besar diselenggarakan. Beberapa saat akan dibuka, orang kecil yang memegang kunci dan bertanggungjawab soal kebersihan belum kelihatan, barulah orang-orang panik dan mulai faham apa makna keberadaan orang kecil. Namun, begitu ia muncul, biasanya akan diberondong dengan sejumlah kemarahan dan caci maki. Orang besar segera lupa, betapa penting orang kecil itu.

Walaupun tahu, tetapi kita jarang menyadari, di institusi manapun, mulai dari  kelurahan sampai istana negara, orang kecil datang paling dahulu dan pulang paling belakangan. Ini bermakna ia ikut menentukan keberadaan institusi dan kinerja para petinggi di semua institusi itu. Namun, ia bergaji paling sedikit, karena ia orang kecil. Kecil segalanya. Pendidikan, keterampilan, dan nasibnya.

Nasibnya memang sering dikecilkan dan diabaikan. Terutama saat mereka menjadi korban. Korban dari perilaku buruk dan kejahatan orang besar. Hukum bisa diatur-atur dan direkayasa untuk menyelamatkan orang besar yang mengorbankan orang kecil. Itulah sebabnya, sepanjang sejarah orang kecil adalah korban. Korban kezhaliman orang besar.

Tak mengherankan bila pemikir paling revolusioner dan paling brewok dalam sejarah yaitu Karl Marx mengajarkan hanya ada satu kata bagi orang besar dari orang kecil yaitu LAWAN! Hanya dengan cara itu orang besar bisa menghargai dan memaknai keberadaan orang kecil.

Hormatilah orang kecil, bukan saja karena ia adalah sesama manusia, tetapi karena

ANAK-ANAK KITA, INSTITUSI KITA, BAHKAN KEBERADAAN NEGARA KITA DITENTUKAN OLEH KEBERADAAN MEREKA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd