Kamis, 30 Januari 2014

KAKUS DAN MASA DEPAN PERADABAN (5)

Kakus tidak berdiri sendiri. Kakus adalah sebuah noktah dalam jejaring yang rumit.

Kakus merupakan sistem kecil, bagian dari sistem yang lebih besar yaitu peradaban manusia. Kakus adalah subsistem yang menentukan keberadaan, perkembangan, dan kebertahanan manusia. Segitunya?

Manusia bisa hidup tanpa internet, tanpa listrik, tanpa makanan pabrikan, tanpa mal, tanpa telepon genggam. Tetapi tak bakal bisa hidup tanpa kakus. Ini menunjukkan bahwa keberadaan manusia  memang ikut ditentukan oleh keberadaan kakus.

Kakus bukan sekedar tempat untuk membuang hajat. Kakus adalah perpanjangan tubuh manusia, bagian tak terpisahkan dari sistem metabolisme tubuh  dan peradaban manusia.

Manusia seperti semua makhkluk hidup lain harus makan untuk bertahan hidup dan tubuh kembang. Sebagai sebuah proses, makan tidak hanya menghasilkan zat-zat yang dibutuhkan tubuh, juga menghasilkan sisa makanan yang harus dibuang. Pembuangan sisa makanan merupakan bagian akhir dari proses ini. Proses pembuangan ini sama pentingnya dengan proses yang lain. Bahkan bisa jadi lebih penting dari proses awalnya yaitu makan. Mengapa? 

Apa yang dimakan dan bagaimana cara manusia makan menunjukkan bahwa manusia secara sadar mau tegaskan bahwa ia berbeda dari makhluk lain, terutama hewan. Keberbedaan tersebut menampakkan bahwa manusia sungguh melampaui hewan. Atas dasar fakta inilah manusia itu disebut makhluk yang berbudaya. Manusia bisa mengolah makanan. Ini menunjukkan kecerdasan sekaligus kreativitas manusia. Manusia itu kreator dan inovator.

Dalam konteks inilah kuliner mesti ditempatkan. Kuliner adalah cara manusia memperlihatkan bahwa ia melampaui alam. Tidak seperti hewan yang hidup untuk makan. Manusia makan untuk hidup. Karena hidup itu sangat penting dan bermakna maka manusia menciptakan sebuah sistem yang mengawinkan seni, ilmu, kreatvitas dan inovasi dalam kuliner.

Kuliner sebagai sebuah sistem memadukan indikator kesehatan, kenikmatan, dan keindahan. Meskipun makanan itu hakikinya ya untuk dimakan, dirasakan kelezatannya dengan lidah, namun keindahannya harus juga diperhatikan. Karena sebelum dimakan, makanan itu kan dilihat dulu. Tampilan yang indah dan mengundang, tentulah dapat memicu dan menambah selera makan. Makanan juga harus memperhatikan aroma. Sebab aroma sungguh dapat memacu dan mendongkrak keinginan untuk makan.

Kuliner dengan demikian merupakan aktualisasi yang terencana dan sistematis  bahwa manusia adalah makhluk multidimensi. Untuk makan saja mesti memperhatikan tampilan dan aroma, bukan hanya kelezatan dan gizi. Makanan harus dapat memenuhi hasrat manusia yang melibatkan seluruh panca indranya. Paradigma inilah yang menjadi landastumpu tumbuh kembangnya kuliner. Cita rasa dan tampilan kuliner juga  dapat menunjukkan sisi budaya dari mana kuliner itu berasal. Meski sama-sama didominasi cabe, kita tahu terdapat banyak perbedaan antara masakan Sumatera dengan masakan Amerika Latin. Kentang diperlakukan dengan cara berbeda di Asia dan Eropa. Kuliner memang wahana bagi manusia untuk menunjukkan keunggulan dan derajatnya yang tinggi, bahwa manusia bukan hidup untuk makan seperti binatang.

Tidak berhenti sampai di situ. Manusia kemudian menciptakan tatacara dan tatakelola makan yang menegaskan bahwa sebagai makhluk cerdas ia harus makan dengan cara yang terhormat. Itulah sebabnya sampai ada pelajaran tentang penataan meja makan, plus penggunaan sendok garpu di meja makan. Sementara yang terbiasa makan di pinggir jalan biasanya juga tidak mau makan di warung kaki lima yang terbuka. Kebanyakan mencari warteg atau warung kali lima lain yang ditutupi kain atau spanduk. Ternyata kita  sama sekali tidak mau terlihat seperti kambing dan saudara-saudaranya yang bisa makan di mana saja. Bagi manusia ada sejumlah persyaratan yang harus diperhatikan dan dipenuhi saat makan, untuk memperlihatkan bahwa yang sedang makan itu adalah manusia.

Bagi manusia makan memiliki banyak makna, bukan sekedar untuk bertahan hidup. Makan bisa dan biasa digunakan untuk menunjukkan rasa syukur, sosialitas, dan solidaritas. Itulah sebabnya perayaan pernikahan, ulang tahun, dan berbagai peristiwa yang menggembirakan, diramaikan oleh makan bersama.

Makan dan makanan menegaskan keberadaan, keberbedaan, dan ketinggian derajat manusia sebagai inovator dan kreator, serta mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk multidimensi. Makan adalah tahapan awal yang berakhir di kakus. Itu menunjukkan dan bermakna

KAKUS MERUPAKAN BAGIAN NISCAYA DARI METABOLISME MANUSIA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd