Minggu, 30 November 2014

DISIPLIN, FOKUS DAN TERLIBAT: KUNCI KEBERHASILAN DAN PENEMUAN

Disiplin dan fokus adalah kunci keberhasilan. Disiplin dan fokus menumbuhkembangkan etos. Etos memicu kerja keras dan daya tahan. Keseluruhannya merupakan pelatuk bagi keberhasilan, dalam segala bidang kehidupan, tanpa terkecuali.

Tanpa disiplin dan fokus, pekerjaan sekecil apapun sangat sulit diselesaikan. Jangan harap akan ada prestasi, apalagi prestasi tinggi tanpa disiplin dan fokus. Fokus bukan sekadar memusatkan perhatian. Fokus mempersyaratkan keterlibatan penuh. Maknanya bukan hanya sebagian dari diri kita yang terlibat seperti tubuh, juga fikiran dan hati. Seluruh kemanusiaan kita secara utuh penuh terlibat.

Hanya dengan keterlibatan utuh penuh itu kita bisa mengalami peristiwa mengalir. Mengalir bermakna larut hanyut dalam keasyikan pekerjaan. Pekerjaan tidak dirasakan sebagai beban atau hutang yang mesti dibayar. Tetapi sangat dirasakan dan dihayati sebagai ekspresi dan aktulisasi diri yang menyenangkan dan menimbulkan rasa bahagia kala menjalaninya. Waktu jadi terasa sangat singkat dan tak ada keletihan.

Sejarah panjang kemanusiaan, dalam berbagai budaya dan agama menunjuktegaskan bahwa orang-orang besar dengan gagasan besar yang relatif abadi, hanya bisa melahirkan pemikiran atau mendapatkan pencerahan dan petunjuk setelah melewati upaya keras yang mempersyaratkan disiplin dan fokus. Keterlibatan merupakan akibat yang niscaya.

Pada era kuno di Yunani bisa disebut Thales, Demokritos dan Phytagoras yang mengembangkan sejumlah cara yang melibatkan latihan fisik dan spiritual untuk membiasakan diri dalam kondisi disiplin dan fokus. Termasuk di dalamnya mengatur makanan dan istirahat. Phytagoras bersama para muridnya bahkan mengembangkan ritual atau kebiasaan yang menggabungkan praktik mirip tapa samadi memanfaatkan musik. Phytagoras menemukan keselarasan, harmoni dan kecocokan musik dengan matematika.

Socrates, Plato dan Aristoleles juga mengembangkan sejumlah kebiasaan agar tetap disiplin dan fokus. Beberapa di antaranya adalah membiasakan diri berdialog dengan sejumlah orang secara teratur dan mengatur waktu yang ketat untuk melahirkan berbagai gagasan baru secara tetap dalam rentang waktu tertentu.

Descartes dan Imannuel Kant secara teratur melakukan perenungan pribadi, menulis, dan mengajar. Copernicus, Galileo dan Newton menyediakan waktu yang memadai dan secara teratur melakukan kajian, baik dalam bentuk kajian terhadap pemikiran ilmuwan dari berbagai generasi sebelum mereka, maupun melakukan kajian-kajian empiris untuk menguji dan memperluas gagasan yang telah mereka rumuskan.

Intinya mereka semua menjalani hidup dalam kedisiplinan dan fokus. Kemudian secara tetap menghasilkan karya, sekecil apapun karya itu. Biasanya dalam bentuk tulisan, sesedikit apapun tulisan itu. Karena gagasan yang dituliskan merupakan gagasan yang "diawetkan secara fisik" sehingga mungkin dan potensial untuk terus dikembangkan. Bila tak dituliskan, gagasan itu akan menguap. Bukankah kemampuan otak kita untuk mengingat dan menyimpan gagasan itu terbatas? Tulisan membuatnya awet.

Dalam ranah spiritual keadaannya tidak berbeda. Para nabi dan rasul, dan orang-orang bijak yang mampu merumuskan ajaran kebijakan yang bertahan sampai kini seperti Zarasustra dan Budha, menjalani kebiasaan atau ritual yang menunjukkan bahwa mereka sangat berdisiplin dan fokus. Disiplin dan fokus mendorong mereka terlibat secara total dalam pencarian kebenaran yang pastilah tidak pernah mudah.

Dibutuhkan waktu panjang, jalan berliku mendaki dan godaan yang selalu keras dan beresiko sebelum akhirnya mereka sampai pada pencerahan. Pencerahan yang membuat mereka menjadi pemimpin spiritual yang sangat berpengaruh sampai hari ini.

Para nabi dan rasul, dari Adam AS sampai dengan Muhammad SAW mengalami dan melakukan hal yang sama. Ada saat dalam hidup  ketika mereka melakukan sejumlah tindakan yang mengharuskannya untuk disiplin, fokus dan terlibat.

Nabi Ibrahim AS membutuhkan waktu yang sangat panjang dan berbagai cobaan serta ujian sangat berat dalam hidup untuk sampai pada kematangan manusia yang memberikan seluruh hidupnya untuk melayani dan patuh pada Tuhan. Kemudian menjadi penyeru yang militan, konsisten dan teguh dalam upaya menyebarluaskan kebenaran. Tak heran bila ia disebut Bapak Para Nabi. Predikat ini tidak didapatkannya dengan mudah. Ada upaya luar biasa yang ditandai oleh disiplin, fokus, dan terlibat dalam jangka waktu yang panjang dan penuh tantangan.
Ibn Khaldun dan Al Ghazali juga mengembangkan serangkaian kebiasaan untuk menghasilkan karya gemilang. Ibn Khaldun melakukan banyak perjalanan ke berbagai tempat yang berbeda dan melakukan pencatatan yang sangat cermat. Ia mewawancarai banyak orang dan membuat pencatatan lengkap, rinci dan mendalam. Dengan demikian karya monumentalnya merupakan hasil kajian empiris, penelitian dokumen yang sangat kaya, dan refleksi pribadi yang sangat cerdas serta mendalam. Maknanya ada sejumlah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan fondasi disiplin, fokus dan keterlibatan.

Al Ghazali bahkan mengalami semacam  pembalikan orientasi hidup. Setelah lama menjadi bagian dari tokoh utama kaum rasionalis, ia merasakan sebuah "pukulan iman luar biasa" yang menyebabkan ia mengganti seluruh renungan folosofis yang rasional dengan ibadah dan zikir. Ia menyepi, meninggalkan tarikan duniawi, larut dalam zikir. Ia mengalami pencerahan, kembali dalam pangkuan iman dan mulai melakukan kajian mendalam yang kemudian melahirkan "Ihya Ulumuddin" yang monumental dan spektakuler. Meski prosesnya sangat berbeda dengan yang dialami Ibn Khaldun, namun pengalaman kuncinya sama yaitu disiplin, fokus dan keterlibatan.

Karena itu jangan pernah berfikir keberhasilan dan penemuan bisa didapatkan secara instan. Memang ada momen atau kejadian sederhana yang bisa menjadi pemicu. Seperti Archimedes yang sedang mandi bugil dalam bak mandi kemudian menemukan hukum Archimedes, Newton yang merumuskan teori gravitasai kala melihat apel jatuh dari pohon atau Neils Bohr merumuskan inti atom saat melihat pacuan kuda, dan matematikawan Peirce menemukan rumusan matematika canggih saat berjalan di taman pada sore hari.

Sebelum semua temuan itu nyembul seketika, para penemu itu telah berkutat siang malam, tak kenal waktu terlibat dengan penuh disiplin dan fokus dengan masalahnya. Mereka melakukan pencarian yang tak kenal lelah sampai mengalami kondisi seperti ingin muntah secara mental. Berkali-kali mentok dan menemukan jalan buntu. Tak menemukan jawaban dan seringkali telah berada diujung putus asa. Rupanya saat mereka rehat, menarik jarak secara psikologis dari pekerjaan yang melelahkan itu, jawabannya muncul begitu saja dengan pemicu yang sederhana. Ada latar belakang, ada upaya keras sebagai prasyarat bagi munculnya jawaban canggih yang nyembul mendadak sontak dan seketika itu. Semuanya berpusat pada beragam tindakan yang mengharuskan untuk disiplin, fokus, dan terlibat.

Semua temuan, inovasi dan pembaruan sampai saat ini dalam bidang apapun tetap menggunakan strategi, proses dan tahapan yang mengharuskan adanya disiplin, fokus dan keterlibatan. Tanpa ketiganya tak bakalan muncul pengalaman dan penghayatan mengalir yang merupakan syarat mutlak bagi lahirnya kreativitas dan inovasi.

Karya kecil atau karya besar. Pekerjaan kecil atau pekerjaan besar membutuhkan rangkaian kegiatan yang mengharuskan kita untuk disiplin, fokus dan terlibat.

DISIPLIN, FOKUS, DAN TERLIBAT ADALAH KUNCI KEBERHASILAN DAN PENEMUAN.

1 komentar:

  1. Sri Rahayu
    4915141019
    Pendidikan IPS A 2014

    Keberhasilan adalah suatu prestasi yang menggembirakan dalam diri. Untuk mendapatkannya tidak semudah membalikan telapak tangan. Dalam keberhasilan terdapat dua komponen mutlak, yaitu usaha dan doa. Usaha yang dilakukan merupakan disiplin dan fokus dalam pekerjaan. Selanjutnya berdoa untuk proses mencapai keberhasilan tersebut.
    Niat adalah langkah awal untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan niat , ketika dalam mengerjakan pekerjaan pasti ada rasa bahagia atau senang tidak dengan rasa beban atau tuntutan yang dirasakan. Menjalankan dengan sepenuh hati dilakukan dalam pekerjaan, karena jika setengah hati pekerjaan sulit dijalankan dan hasil nya tidak maksimal.
    setiap individu memiliki caranya masing-masing dalam melaksanakan pekerjaannya. Dalam melaksanakan pekerjaan pasti menemui kesulitan, disinilah rintangan yang harus dilalui. Dengan kita fokus dan disiplin, pekerjaan akan mudah dijalani. Intinya keberhasilan ditentukan dengan fokus dan disiplin dalam mengerjakannya, dan tidak lupa ada peran doa dalam tercapainya keberhasilan.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd