Sabtu, 13 Desember 2014

BELANDA YANG SALAH?

Mengapa sepak bola kita payah, tidak memiliki prestasi yang membanggakan? Siapa yang salah atas ketiadaan prestasi ini? Jawabannya adalah Belanda. Mengapa? Karena dulu yang menjajah kita adalah VOC bukan Ajax Amsterdam. Bila dulu Ajax yang menjajah kita, boleh jadi sepak bola kita hebat.

Saat negara ini dibelitremukkan oleh korupsi, banyak orang yang berpaling ke masa lalu dan lagi-lagi menyalahkan penjajah Belanda sebagai biangnya. Alasannya pemerintah kolonial Belandalah yang memulai dan membiasakan praktik korupsi melalui upeti.

Cara berfikir kayak begini, menyalahkan masa lalu sebagai penjelasan atas kegagalan pada masa kini adalah pertanda kepicikan berfikir dan kelemahan kepribadian. Bila yang disalahkan adalah penjajah Belanda, maka itu menegastunjukkan bahwa orang yang bersangkutan masih terjajah cara berfikirnya. Ia sungguh manusia jajahan. Mengapa?

Karena tidak berani menghadapi realitas yang buruk secara objektif, mau melepaskan tanggung jawab dan hanya bisa menyalahkan orang lain atau masa lalu. Orang yang disandera masa lalu seperti ini, biasanya gamang menghadapi masa depan. Inilah ciri para pengecut yang lemah jiwanya.

Masa lalu bisa saja mempengaruhi. Namun, manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak dan kekuatan untuk memutus belenggu masa lalu. Memilih jalur dan tujuan lain yang tidak terkait sama sekali dengan masa lalu, dan melihat masa lalu tak lebih dari seonggok sampah kenangan yang pantas dibakar jadi debu.

Tiliklah Eropa sebagai contoh. Berbagai kajian mendalam tentang abad Pertengahan, saat penguasa bumi yaitu para raja dan penguasa spiritual yakni para agamawan bersekutu, Eropa dilanda korupsi akut. Bahkan ayat-ayat suci dimanfaatkan sebagai pendasaran tindak kejahatan untuk mendapatkan keuntungan duniawi. Abad ini merupakan abad dekaden bagi institusi keagamaan karena terjerat berbagai skandal. Terutama korupsi dan maksiat. Itulah sebabnya abad Pertengahan Eropa sering disebut abad kegelapan.

Revolusi Perancis yang berpuncak pada pemenggalan raja dan keluarganya, adalah ungkapan kemarahan rakyat atas kezhaliman raja yang otoriter dan sangat korup. Sebagian besar Eropa belajar dari masa lalu yang sangat kelam ini. Mereka kini menjadi negara-negara yang paling bersih di dunia dilihat dari indeks korupsi. Terutama negara-negara Eropa Utara yang dikenal sebagai Skandinavia.

Namun, ada juga negara Eropa yang tetap tenggelam dalam lumpur hitam korupsi yaitu negara-negara Eropa Timur yang dulu berhaluan komunis dan menjadi pendukung Uni Sovyet. Sampai kini, ketika komunisme rontok dan mereka menjadi negara yang  mandiri dan berdaulat, korupsi tetap meraja.

Dari sejarah Eropa kita bisa belajar bahwa meskipun masa lalu mereka sangat dicoraki oleh korupsi, namun tidak sedikit negara Eropa yang berhasil keluar dari kubangan korupsi dan menjadi negara yang secara konsisten dalam waktu sangat panjang jadi negara paling bersih dari korupsi. Sementara itu masih ada negara Eropa yang terus tenggelam dalam lumpur korupsi.

Semua fakta itu menonjoltegaskan bahwa apakah sebuah negara bebas atau dijajah korupsi lebih merupakan masalah pilihan. Pilihan untuk membangun sistem tatakelola negara yang anti korupsi, menegakkan hukum yang pasti dan memberikan hukuman berat pada para koruptor dan membangun sistem budaya dan politik yang menjadikan korupsi sebagai tindakan keji yang harus dijauhi, dibenci, dan diperangi. Atau membangun sistem tatakelola negara yang memberi peluang bagi siapa pun untuk mencuri atau merampok, sistem politik yang menyuburkan kecurangan dan biaya tinggi, hukum yang pilih kasih, dan budaya yang menjadikan korupsi sebagai kebiasaan yang ditolerir, bahkan jadi kebiasaan. Ini sepenuhnya masalah pilihan. Masa lalu tidaklah penting di sini.

Ada sejumlah orang yang merasa Eropa tidak bisa dijadikan contoh dan tidak tepat diperbandingkan dengan Indonesia dalam soal pemberantasan korupsi. Alasan utamanya adalah negara-negara Eropa merupakan negara kecil dengan penduduk yang sedikit. Hanya setara dengan kabupaten atau propinsi di Indonesia.

Marilah kita lihat Cina, negara yangblebih besar dari kita. Masa lalu Cina juga sangat korup. Terutama saat Cina dikuasai oleh dinasti yang berumur sangat panjang. Demi mempertahankan kekuasaan dalam wilayah yang sangat luas, merampok rakyat lewat pajak yang sangat tidak adil, sistem upeti yang membudaya dan bentuk-bentuk korupsi lain sangat meraja.

Saat sistem kerajaan berhasil dilumpuhkan, kaum nasionalis yang menguasai Cina melanjutkan budaya korupsi ini. Salah satu penyebab kekalahan kaum nasionalis melawan kaum komunis adalah korupsi luar biasa yang dilakukan oleh kaum nasionalis yang berkuasa. Pemerintahan kaum nasionalis yang korup menyebabkan rakyat membencinya dan lebih mudah diajak melakukan perlawanan.

Penguasa komunis ternyata setali tiga uang alias sama saja. Dengan semboyan sama rasa sama rata dan menjadi kaya dan mulia, Cina komunis juga sangat korup.

Presiden Hu Jintao tampaknya menyadari bahwa musuh komunis Cina yang lebih berbahaya daripada kapitalisme adalah korupsi. Maka perang terhadap korupsi digiatkan dengan sangat bergairah. Sikap tegas memerangi korupsi berhasil membersihkan Cina dari korupsi. Banyak petinggi pemerintahan dan partai yang dihukum mati karena terbukti melakukan korupsi. Inilah posisi mereka: tahun 2000 posisi 57 dari 91 negara, 2001 posisi 59 dari 102 negara, 2002 posisi 66 dari 132 negara, 2003 posisi 78 dari 159 negara, 2003 posisi 70 dari 163 negara.

Namun, saat pemerintahan Cina kembali melemah dalam penegakan hukum untuk memberantas korupsi, angka korupsi meningkat lagi. Pada 2014, Cina menempati posisi 102. Penurunan posisi yang sangat melorot. Padahal 2013 mereka masih pada posisi 80.

Fakta ini membuktikan, persoalan korupsi lebih tergantung pada kesungguhan melakukan perang habis-habisan terhadap korupsi secara sistematis, terstruktur, terukur dan konsisten. Masa lalu tidak penting. Pilihan untuk bersungguh-sungguh memerangi korupsi lebih menentukan.

Sejatinya korupsi berakar dalam diri manusia. Semua manusia memiliki potensi untuk menjadi koruptor. Boleh jadi banyak orang belum menjadi koruptor, bukan tidak jadi koruptor. Karena mereka belum dapat kesempatan untuk melakukannya.

Semua kitab suci menjelaskan bahwa hakikinya manusia itu lemah, gampang digelincirkan oleh godaan materi-duniawi. Banyak kisah dalam kitab suci yang menceritakan betapa rentan manusia jika dihadapkan pada kesenangan dan kenikmatan dunia yang membutuhkan modal untuk meraihnya. Pada titik itulah korupsi menjadi godaan yang sangat sulit dihindari.

Atas dasar fakta inilah dibutuhkan cara, aturan, sistem, dan berbagai upaya yang terencana, terstruktur dan terukur untuk menjaga dan mengontrol agar manusia tidak mudah dan tidak bisa menuruti keinginannya mendapatkan kekayaan dan keuntungan dengan cara yang tidak halal dan tidak benar. Semua agama memberikan aturan dan ancaman keras pada pelaku kejahatan termasuk korupsi. Ancaman hukuman ini tentulah dimaksudkan agar manusia tidak melakukannya. Faktanya tidak sedikit manusia yang berani melanggar aturan dan ancaman tersebut.

Manusia, melalui cara-cara yang bisa dilakukannya juga membuat aturan dan sistem untuk mencegah dan menghukum para pelaku korupsi. Nyatanya aturan dan sistem itu ada yang efektif dan berhasil seperti di negara-negara yang bersih dari korupsi seperti negara-negara Skandinavia, Swiss, Selandia Baru, dan Singapura. Namun, tidak sedikit yang gagal atau belum terlalu berhasil seperti Indonesia, Myanmar, dan Turki.

Jadi, menyalahkan masa lalu kala korupsi membelit negara bangsa ini sungguh merupakan tindakan yang sama sekali tidak cerdas, berlawanan dengan nalar, dan sangat tampak merupakan upaya untuk lari dari tanggung jawab.

KORUPSI LEBIH TERKAIT DENGAN KESUNGGUHAN MEMERANGINYA DARIPADA DENGAN MASA LALU NEGARA BANGSA INI.

5 komentar:

  1. Korupsi harus diberantas sampai ke akarnya, bukan tidak mungkin jika tidak diberantas sampai akar akan menimbulkan potensi untuk kembali berkorupsi. Permasalahannya adalah hukum yang tidak berjalan dengan baik dan juga kualitas dari individu tersebut yang buruk. Dalam hal ini diperlukan pendidikan tentang kejujuran yang harus ditanamkan sejak kecil. Disini peran orang tua sangatlah pennting, jika sudah terbiasa bersikap jujur dari kecil, maka itu akan menjadi kebiasaan sampai dewasa dan menjadi pribadi yang jujur. Jika tiap- tiap indiviu memiliki kualitas kepribadian yang jujur seperti ini, maka potensi untuk berkorupsi dapat berkurang. Semua tergantung dari kepribadian masing- masing.

    arif akbar pips b '14

    BalasHapus
  2. Fakhri Rizqi Ekaputera
    P.IPS B 2014
    4915144088

    Belanda pernah menjajah Indonesia. Sebagian pihak mengatakan penjajahan terjadi selama 3,5 abad. Waktu yang lama untuk sebuah negara dalam mengambil alih negara lain. Banyak hal yang dilakukan Belanda pada saat itu, seperti melarang orang Indonesia untuk belajar hingga sistem kerja rodi dan tanam paksa.

    Kita sebagai warga Indonesia harusnya bersyukur dengan kondisi Indonesia saat ini. Tidak ada penjajah seperti Belanda. Namun, yang perlu kita ketahui masalah Indonesia tak kunjung selesai. Kasus korupsi jadi salah satu kasus besar yang dihadapi Indonesia. Pelakunya adalah politisi dari Indonesia sendiri. Sungguh ironi!

    BalasHapus
  3. VIDDYANINGSIH
    P.IPS A 2014
    4915141029

    Ass pak nusa.

    Membahas kata korupsi sungguh kata yang sangat populer di bangsa ini, bayangkan hampir semua permasalahan politik di bangsa Indonesia berbicara mengenai korupsi, korupsi yang tergolong dari kasus yang rendah hingga korupsi yang tergolong dari kasus kelas kakap yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berkerah putih.

    Entah apa yang ada dibenak para pelaku korupsi yang populer dengan sebutan koruptor ini, sungguh mereka tak memaki hati nurani dan logika dengan sengaja merampas uang yang bukan hak miliknya, bahkan merampas uang rakyat dengan begitu mudahnya tanpa memikir panjang resikonya seperti apa.

    Kasus korupsi di Indonesia memang sangat tinggi, bahkan kasus korupsi Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar di dunia. Memang tak ada yang bisa mengyalahkan kenapa korupsi di bangsa ini menjadi fenomena yang umum dan biasa saja di negri ini, entah karena alasan memang karena faktor masa lalu tentang penjajahan bangsa belanda di negri ini yang menerapakan kebisaan membayar upeti, atau memang karena alasan kurangnya rasa sadar setiap rakyat Indonesia, yang jelas kita tidak boleh menyalahkan masa lalu yang mengakibatkan semua ini terjadi , akan lebih baik lagi bila kita menyalahkan pada diri sendiri akan kurangnya rasa sadar di dalam diri kita sendiri.

    BalasHapus
  4. VIDDYANINGSIH
    P.IPS A 2014
    4915141029

    Ass pak nusa.

    Membahas kata korupsi sungguh kata yang sangat populer di bangsa ini, bayangkan hampir semua permasalahan politik di bangsa Indonesia berbicara mengenai korupsi, korupsi yang tergolong dari kasus yang rendah hingga korupsi yang tergolong dari kasus kelas kakap yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berkerah putih.

    Entah apa yang ada dibenak para pelaku korupsi yang populer dengan sebutan koruptor ini, sungguh mereka tak memaki hati nurani dan logika dengan sengaja merampas uang yang bukan hak miliknya, bahkan merampas uang rakyat dengan begitu mudahnya tanpa memikir panjang resikonya seperti apa.

    Kasus korupsi di Indonesia memang sangat tinggi, bahkan kasus korupsi Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar di dunia. Memang tak ada yang bisa mengyalahkan kenapa korupsi di bangsa ini menjadi fenomena yang umum dan biasa saja di negri ini, entah karena alasan memang karena faktor masa lalu tentang penjajahan bangsa belanda di negri ini yang menerapakan kebisaan membayar upeti, atau memang karena alasan kurangnya rasa sadar setiap rakyat Indonesia, yang jelas kita tidak boleh menyalahkan masa lalu yang mengakibatkan semua ini terjadi , akan lebih baik lagi bila kita menyalahkan pada diri sendiri akan kurangnya rasa sadar di dalam diri kita sendiri.

    BalasHapus
  5. Nama : Taufik hidayatulloh
    Kelas : P.IPS
    NIM : 4915145638


    Tindak pidana korupsi di berbagai lapisan pejabat negara yang merugikan keuangan negara mempengaruhi pencapaian tujan negara, yakni mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur Pancasila yang telah diakui kedaulatan sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Selain itu juga bertolak belakang dengan wawasan nusantara sebagai landasan visional bangsa Indonesia. Korupsi memang bukan masalah yang baru, korupsi merupakan masalah riskan dalam sistem tubuh politik yang merupakan kodrat alamiah manusia cenderung berperilaku meniru tokoh-tokoh yang berwenang. Sehingga, korupsi seolah-olah ‘dibiasakan’ oleh masyarakat, karena kodrat alamiah tersebut yang menjadikan korupsi sebagai masalah yang susah untuk diberantas.

    Faktanya korupsi marak terjadi di berbagai elemen pemerintahan, personal maupun golongan. Hal ini begitu mengancam keberlangsungan tata kehidupan bangsa Indonesia. Apabila para pelaku koruptor melakukantindakan tersebut atas pilihan sadarnya, maka dimungkinkan koruptor tersebut tidaklah mengimplementasikan nilai bangsa Indonesia di dalam kehidupannya.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd