Sabtu, 03 Januari 2015

SISI BAIK MUSIBAH

Alhamdullillah, dalam tempo yang relatif cepat Basarnas menemukan Air Asia yang hilang kontak. Meskipun kita tetap berduka karena tampaknya pesawat itu hancur dan nyaris tak ada kemungkinan penumpang dan awak pesawat yang selamat. Namun, kita harus tetap bersyukur karena ditemukan. Coba bandingkan dengan pesawat Malaysia yang sampai kini tak diketahui keberadaannya.

Penemuan pesawat itu membuka kesempatan para korban bisa dikuburkan oleh keluarga. Pastilah ini akan mengurangi kesedihan karena rasa penasaran bila pesawat itu tidak diketemukan.

Kita semua berduka. Karena siapa pun yang menjadi korban, ia adalah bagian dari keluarga besar kemanusiaan. Karena itu kita panjatkan doa agar yang pergi diterima sesuai amal baiknya, dan yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Musibah seperti ini pastilah mengoyak moyak hati. Hanya orang gila yang dirasuki iblis saja yang tidak bersimpati dan menjadikan musibah ini sebagai bahan olok-olok dan lucu-lucuan yang menjijikkan.

Saat khabar Air Asia hilang kontak, selama proses pencarian dan ditemukan sampai saat evakuasi sekarang ini, kita sungguh menyaksikan sisi baik musibah. Sejumlah besar orang, di mana pun mereka berada ikut bersimpati dan berdoa. Suasana menyambut tahun baru berubah bahkan dibatalkan karena musibah ini. Orang lebih memilih berdoa daripada berpesta meriah dengan kembang api yang megah.

SeJumlah pemerintahan bereaksi cepat dengan mengirimkan kapal dan pasukan untuk membantu evakuasi korban dan penemuan kotak hitam pesawat. Banyak orang dengan beragam latar belakang saling membantu untuk mengevakuasi korban di tengan tantangan alam yang bisa merenggut nyawa mereka yang melakukan evakuasi. Sementara itu doa lintas agama dilakukan di banyak tempat yang melibatkan banyak orang.

Musibah, kepedihan, dan penderitaan memang lebih cepat, kuat, lekat erat meyatukan manusia dalam kebersamaan yang tulus dan mendalam. Kebersamaan karena musibah sangat berbeda dengan kebersamaan saat menikmati pesta kembang api kala pergantian tahun.

Kebersamaan karena musibah meyatukan manusia secara emosional, bahkan spiritual karena kesadaran sangat mendalam bahwa semua manusia tanpa terkecuali bisa menjadi korban musibah, kapan dan di mana pun. Kita semua bisa menjadi korban musibah. Musibah yang merenggut nyawa bisa terjadi kapan dan di mana pun, dan menimpa siapa pun.

Kesadaran itu tertancap sangat dalam pada alam bawah sadar. Ia menyeruak bila kita menyaksikan musibah yang menimpa siapa pun. Meski yang terkena musibah itu sama sekali tidak kita kenal, bahkan sangat berbeda dengan kita warna kulit, kebangsaan dan keyakinannya, kita sama sekali tak peduli. Yang kita rasakan adalah kesedihan yang sangat menohok yang nyembul dari sanubari paling dalam. Hanya itu yang kita rasakan dan pedulikan. Kita bukan saja bersimpati, bahkan berempati.

Seringkali musibah yang terjadi, entah di mana pun itu dan menimpa entah siapa pun dalam bentu apapun, membuat kita sangat merasa, betapa rentan manusia dihadapan taqdir, nasib yang mewujud menjadi kenyataan yang sangat melukai, melukai kesadaran kemanusiaan kita. Kita terhenyak dan ikut merasa tak berdaya.

Kita menangis, merasa sangat sedih dan terpukul serta berdoa. Bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk mereka yang menjadi korban dan keluarganya. Musibah mampu mengikis dan menyiangi ego tiap kita, memampukan kita keluar dari pasungan ego yang selalu menghambat dan menghalangi kita untuk berempati, peduli dan berbagi untuk sesama.

Musibah bahkan mampu mengondisikan kita untuk berdoa dengan khusu' dan fokus bagi orang lain, sesuatu yang bahkan jarang kita alami saat berdoa untuk diri sendiri. Musibah memiliki kekuatan untuk membangkitkan semua yang terbaik yang tersimpan dalam nurani kemanusiaan kita.

Musibah pada awalnya membangkitkan kesadaran betapa rentan manusia berhadapan dengan takdir. Namun, kesadaran yang membangkitkan empati banyak orang, dan yang mendorong siapa pun untuk bertindak, melakukan apapun yang bisa dikerjakan sebagai bentuk nyata empati, menguatkan kita. Memberi kita kesadaran yang mencerahkan bahwa manusia selalu bisa dan mampu mengatasi bergam keterbatasannya melalui kebersamaan.

Musibah yang menghentakkan kita, dan menempatkan kita pada posisi yang sangat lemah dan rentan, dengan cara yang tak terduga membangkitkan keyakinan kemanusiaan kita tentang kekuatan doa dan ketulusan hati. Semua kita yakin bahwa doa-doa kita dalam beragam bahasa, yang diucapkan dengan tulus dari banyak tempat, dengan khusu' dan linangan airmata akan menjadi kekuatan yang luar biasa bagi mereka yang gugur dalam musibah itu. Juga bagi keluarga yang ditinggalkan.

Kekuatan doa tulus yang mengalir dari semua penjuru angin, yang diucapkan dengan ketulusan dan linangan airmata semoga menjadi kereta kencana yang membawa para korban ke tempat-tempat terbaik yang penuh rahmat. Doa yang dipanjatkan dengan harapan, semoga yang pergi, pergi dalam ketenangan dan kebermaknaan. Dan yang ditinggalkan diberi kesabaran dan kekuatan.

MUSIBAH MESKI MEREMUKKAN EMOSI, NAMUN DAPAT MENYATUKAN DAN MEMPERKUAT KEMANUSIAAN KITA DALAM KEBERSAMAAN DAN DOA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd