Senin, 26 Oktober 2015

SIAPAKAH KITA?

Telaga Saga Warna
     (Farid Hardja)

tersebut cerita lama
di telaga saga warna
dua burung yang berbeda
bercengkrama

burung hitam memuja
indah rupamu kawan
bulu merah dan warna jingga
sayap hijau beruntai putih
dikau burung pujaan...

wahai burung hitam rupa
engkau telah salah duga
warnaku yang beraneka
hanya bencana...

warna merah kecewa
warna jingga pun luka
sayap hijau beruntai putih
seolah perlambang sedih
ku dikejar manusia

**********************

Semua makhluk tanpa terkecuali memiliki kelebihan dan kekurangan. Sangat beragam bentuk dan jenis kelebihan dan kekurangan itu. Kelebihan itu bisa berupa keelokan fisik, suara merdu, kreativitas yang luar biasa, kecerdasan dan bakat bawaan, atau kebagusan perilaku. Rasanya, tak ada makhluk yang hanya memiliki kelebihan atau kelemahan. Pasti memiliki keduanya dalam derajat yang tidak sama.

Keberhasilan dalam menjalani hidup dan merasakan kebahagiaan sangat tergantung bagaimana  menyikapi fakta kelebihan dan kekurangan yang melekat dan kita miliki. Juga bagaimana menyikapi kelebihan dan kekurangan orang lain. Ini tak terelakkan karena kita tak hidup sendirian di planet yang fana ini. Hanya sedikit waktu yang kita lewati dalam kesendirian. Sebagian besar waktu kita lewati dalam kebersamaan.

Persoalan utama yang dihadapi banyak orang dalam menjalani hidup dan membuatnya kurang atau tidak merasa bahagia adalah kegalauan, ketidakpastian, dan ketidakpahaman justru saat berhadapan dengan diri sendiri. Selalu nyembul sejumlah tanya. Siapakah aku sesungguhnya? Mengapa aku begini, tidak begitu? Mengapa begitu banyak kekurangan yang melekat dalam diriku?

Bila berhadapan dengan orang lain, pertanyaan itu terasa makin bertubi-tubi, melebar dan mendalam. Karena kita membuat perbandingan. Menyeruaklah lebih banya pertanyaan. Mengapa aku tidak seberuntung dia? Mengapa dia lebih menarik dibandingkan aku? Mengapa dia lebih bahagia? Mengapa ia lebih disukai? Mengapa ia diterima dan diperhatikan lebih banyak orang? Mengapa omongannya lebih dipercaya dan didengarkan? Mengapa ia memiliki sahabat yang lebih banyak daripada aku? Mengapa nyaris semua orang suka padanya? Mengapa ia terlihat lebih menarik? Mengapa ia sangat sukses dalam karir dan kehidupan? Mengapa ia mendapatkan semua yang diinginkan?

Sebagai akibatnya, kita terpesona pada berbagai kelebihan orang dan merasakan betapa diri ini sangat dibebani oleh berbagai kekurangan. Bahkan tak lagi meyadari bahwa sesungguhnya kita memiliki sejumlah kelebihan yang bila diolah bisa menjadi nilai plus yang menyenangkan dan membahagiakan.

Kita meratapi diri sendiri yang rasanya sepenuhnya merupakan onggokan kelemahan dan kesalahan. Merasa sangat tidak beruntung, tak berguna dilahirkan ke dunia. Hanya menjadi beban bagi siapa saja bahkan bagi diri sendiri. Hidup terasa cupet, sempit, tak bermakna dan penuh kesialan. Akhirnya terbentuk keyakinan bahwa aku adalah kesia-siaan.

Sebaliknya, kita berpendapat dan berkeyakinan bahwa orang-orang lain di sekitar kita, terlihat memiliki banyak kelebihan, hidupnya berlimpah kesenangan, kenyamanan, dan kebahagiaan. Kita mengira, dengan semua kelebihan yang ada pada dirinya, mereka pastilah menjalani hidup yang sangat bermakna. Menjadi perhatian dan pujaan banyak orang. Sangat berpengaruh, didengarkan dan diikuti. Dijadikan panutan, sehingga apapun yang dikatakan dan dilakukannya pasti menyenangkan dan dicontoh banyak orang.

Kita merasa cemburu, mungkin juga iri pada mereka. Ada rasa nelangsa dalam hati. Mengapa kita tidak bisa seperti mereka. Betapa bahagia mereka dan betapa sial hidup kita. Kadang terasa betapa tidak adil dunia ini, betapa tidak peduli hidup pada kita.

Sering muncul tanya, bukankah aku sudah berusaha sangat keras seperti mereka. Tetapi mengapa tidak juga bisa seperti mereka? Oh malangnya hidupku. Sampai kapan akan begini? Apakah akan terus begini? Suasana seperti ini bisa membuat sejumlah orang akhirnya frustrasi.

Mungkin yang harus kita sadari secara sangat mendalam adalah, belum tentu orang lain yang memiliki banyak kelebihan itu hidupnya nyaman,menyenangkan, dan bahagia sebagaimana yang kita lihat dari luar. Boleh jadi, meski kelebihan itu memang memberi keuntungan pada mereka, tetapi sesungguhnya merupakan beban sangat berat yang membuat mereka sama sekali tidak bahagia.

Ingatlah bagaimana kisah hidup Marylin Monroe, Elvis Presley, Michael Jakcson, Whitney Houston, dan sejumlah besar artis Korea Selatan yang bunuh diri seperti Jang Ja Yeon, Park Young Ha, Lee Hye-Ryeon, serta banyak orang terkenal lainnya di seluruh dunia. Mereka terkenal dan menjadi kaya raya karena kelebihannya. Dipuja oleh jutaan dan milyaran orang. Namun, hidupnya berakhir dengan tragis. Ternyata hidup mereka yang penuh dengan kemewahan, kepopuleran dan kesenangan itu sama sekali tidak memberikan kebahagiaan.

Mudah-mudahan kita belum lupa pada Adolf Merckle. Ia adalah salah satu orang terkaya di Jerman yang mati bunuh diri dengan cara menabrakkan dirinya hingga hancur ke kereta api cepat. Pastilah hifupnya tidak bahagia, meski ia kaya raya. Jika bahagia, mana mungkin ia nekad bunuh diri dengan cara yang sangat mengerikan. Kelebihab dalam bentuk kekayaan, bukanlah jaminan untuk dapatkan kebahagiaan.

Ketenaran dan kekayaan, boleh jadi merupakan beban berat yang sangat mengerikan bagi mereka yang mendapatkan dan mengalaminya. Tidak memberikan kesenangan dan kebahagiaan seperti yang kita kira.

Coba cermati, dari kelas sosial mana pengguna terbanyak narkoba? Mereka yang memiliki kelimpahan rezeki, terkenal karena kelebihannya justru yang paling banyak terlibat kecanduan narkoba. Kecanduan narkoba adalah indikatot tak terbantahkan dari kehampaan hidup, perasaan bahwa hidup tidak bermakna. Artinya, mereka tidak merasakan kebahagiaan seperti yang kita pikirkan.

Karena itu tak perlulah terpesona secara berlebihan dengan kelebihan yang dimiliki orang lain. Apalagi sampai membuat kita menjadi tak percaya diri dan merasa diri sepenuhnya merupakan onggokan kekurangan. Apresiasi kelebihan orang lain dengan cara wajar dan terukur. Bagus juga bila bisa dijadikan pemicu positif untuk melesatkan kelebihan yang kita miliki.

Syukuri apapun yang telah kita miliki. Kemudian secara bertahap lakukan perubahan ke arah perbaikan atau peningkatan. Percayalah, semua kita memiliki kelebihan. Sekecil apapun kelebihan itu. Jadikan kelebihan itu sebagai modal awal untuk terus tumbuh kembang.

Tentu saja kita dapat belajar dari kelebihan orang lain. Karena itu jangan hanya berkutat dengan pertanyaan mengapa. Ajukan juga pertanyaan dengan bagaimana? Bagaimana orang lain mengolah kelebihan yang dimilikinya? Bagaimana orang lain mencapai keberhasilan? Bagaimana cara orang lain mendapatkan pengaruh yang sangat besar? Bagaimana cara orang lain dapat diterima oleh banyak orang dan dihargai?

Pertanyaan seperti di atas lebih positif dan dapat memacu serta memicu kita belajar secara positif dari orang lain. Dengan demikian kita bisa mengenali diri sendiri secara lebih mendalam, dan berkesempatan untuk secara positif belajar dari orang lain demi kemajuan diri sendiri.

Meskipun ada bagusnya belajar dari orang lain dan memanfaatkan keberhasilan orang lain sebagai pendorong bagi kemajuan pribadi. Akan lebih bagus bila daya dorong untuk maju dan berkembang berakar dari dalam diri sendiri. Bukan karena terpacu atau iri pada kemajuan orang lain, namun sepenuhnya karena dorongan untuk mengaktualisasikan diri sebagai rasa syukur atas apa yang Tuhan telah berikan pada kita.

Oleh karena Tuhan telah memberikan kelebihan dan sekaligus kesempatan bagi kita, maka sebaiknya pemberian itu terus diasahtajamkan, dikembangkan agar bisa dimanfaatkan untuk kemajuan bersama, diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian keberadaan kita di dunia yang sangat sementara ini ada manfaatnya.

Dorongan dari dalam diri sendiri ini pastilah akan menjadi pemicu yang lebih berakar dan berjangka panjang. Sebab datangnya dari kesadaran yang mendalam atas rasa syukur pada Tuhan yang telah memberikan kelebihan pada kita. Kelebihan yang diupayakan untuk kebaikan bersama.

RASA SYUKUR ATAS KELEBIHAN DAN UPAYA SADAR UNTUK TERUS MENGEMBANGKANNYA ADALAH MODAL KUAT BAGI MANUSIA MEMPEROLEH SUKSES DAN KEMAJUAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd