Senin, 09 Desember 2013

BUYA MANDELA



Mandela adalah matahari paling cerlang dalam kepemimpinan dunia. Di tanah airnya ia dipanggil Buya Mandela. Artinya yang terpilih, terhormat dan terpuji. Kecerlangannya merupakan konsekuensi logis dari keterpilihan, keterhormatan, dan keterpujiannya. Bukan karena lamanya ia berkuasa dan banyaknya harta yang ia kumpulkan selama berkuasa.

Buya Mandela adalah moralitas yang hidup, etika yang mengejawantah. Ia menunjukkan keteladanan bagaimana berjuang tanpa kebencian dan dendam, memimpin dengan hati dan kasih. Dengan tegas ia menunjukkan dengan perilaku apa makna manusia adalah sesama yang harus saling menghormati. Ia menunjukkan semuanya lebih banyak dengan perbuatan, bukan dengan kata-kata.

Buya Mandela adalah korban. Korban dari sejumlah manusia yang dengan sengaja menghina orang lain karena perbedaan. Para penghina itu melakukan penjajahan bersenjata untuk menghancurleburkan orang lain yang karena berbeda kemudian dinyatakan lebih rendah dan hina. Para penjajah penghina itu merasa lebih tinggi derajatnya karena mereka putih dan lebih beradab. Siapa pun selain mereka dianggap hanya binantang.

Buya Mandela menentang melawan karena ia berkeyakinan bahwa di hadapan Tuhan semua manusia adalah sama. Perbedaan antara manusia seperti perbedaan warna kulit dan perbedaan-perbedaan lain justru sebagai bagian dari anugerah Tuhan yang memperkaya kemanusiaan.

Berbeda dari banyak pergerakan yang melawan dan menentang rezim apartheid, Buya Mandela memilih jalan damai dengan cara membentuk partai politik. Jalan damai yang dipilihnya justru membuat dia menghadapi dua pihak sekaligus yaitu rezim aparthheid dan saudara setanah airnya yang memilih perlawanan dengan kekerasan bersenjata.

Buya Mandela menempuh jalan damai karena ia berkeyakinan melawan kekerasan dengan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan yang lebih parah. Sebab melawan kekerasan dengan kekerasan akan beranak pinak kekerasan, yang menjerumuskan orang dalam siklus kekerasan tak berujung.

Buya Mandela sangat menyadari arti dan konsekuensi dari kekerasan karena ia adalah seorang petinju. Tak ada petinju yang bisa memenangkan pertarungan dengan kelembutan. Tinju adalah kekerasan. Justru karena itu, Buya Mandela lebih memilih cara-cara damai.

Namun, rezim apartheid malah mengganjarnya dengan penjara seumur hidup. Buya Mandela tidak menyerah. Ia tetap memimpin dan menggelorakan perlawanan dari dalam penjara. Seruan perlawanannya tetap mempertahankan cara-cara damai. Buya Mandela selalu mengingatkan, jika kamu ingin dihargai orang lain, maka hargai orang lain terlebih dahulu.

Sejarah mencatat, jalan damai yang ditempuh Buya Mandela akhirnya dapat meruntuhkan rezim apartheid, meski untuk itu dia harus mengalami penghinaan di penjara selama 27 tahun.

Saat terpilih secara mutlak sebagai Presiden Afrika Selatan, Buya Mandela mengingatkan semua orang agar hidup dalam penghayatan sebagai sebuah keluarga besar kemanusiaan. Tak boleh ada kemarahan karena masa lalu, apalagi balas dendam. Kehidupan dan kemanusiaan harus dijaga dalam harmoni dan saling menghormati. Jangan heran bila Buya Mandela diberi hadiah Nobel Perdamaian.

PENDERITAAN TELAH MENEMPA BUYA MANDELA MENJADI MANUSIA PARIPURNA YANG MENGEJAWANTAH MENJADI KASIH YANG HIDUP DAN TELADAN KEMANUSIAAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd