Minggu, 16 Desember 2012

SPONGE BOB SAKIT



Sponge Bob sakit. Ia sangat terganggu. Semua kraby patty yang digorengnya terlihat menjadi sangat besar dan ingin memakan Sponge Bob. Ia kehilangan orientasi diri, bahkan ia tidak lagi mengenali dirinya. Semuanya jadi kacau. Apa pun yang dilihatnya berubah menjadi kraby patty. Akhirnya, tuan Krab meminta Sponge Bob mencari psikiater agar terbebas dari penyakit mengerikan ini.

Sialnya, Sponge Bob datang pada Planktoon yang menyamar sebagai psikiater. Kondisi ini dimanfaatkannya untuk mencuri menu rahasia kraby patty dengan cara memanipulasi Sponge Bob. Tetapi Sponge Bob tidak juga mengungkapkan resep rahasia itu. Akhirnya, Planktoon memintanya istirahat, dalam tidurnya Sponge Bob bermimpi bertemu kraby patty dan bersahabat kembali. Ia terbangun, sehat kembali dan meninggalkan Planktoon yang kecewa berat karena gagal mendapatkan rahasia resep kraby patty.

Di restoran, tuan Krab menyambut gembira kedatatangan kembali Sponge Bob yang telah sehat. Ia merasa bersalah karena telah mempekerjakan Sponge Bob selama 24 jam. Kini ia memberi bonus, Sponge Bob boleh bekerja 23 jam. Sponge Bob sakit karena terlalu keras bekerja, jadi sangat kelelahan.


Bisakah kita bayangkan  melewati waktu, menjalani hidup tanpa bekerja, tanpa pekerjaan, tanpa ada yang bisa dikerjakan. Dalam jangka pendek mungkin bisa dan menyenangkan. Bagaimana bila dalam jangka waktu yang panjang. Pasti mengerikan! Menganngur dalam jangka panjang sangat tidak enak dan memuakkan. Inilah yang membuat banyak pensiunan terserang berbagai penyakit, terutama stroke.

Pada hakikatnya bekerja bukanlah sekedar cara untuk mendapatkan penghasilan. Bekerja adalah aktualisasi diri, pekerjaan memberi makna dan menyempurnakan kemanusiaan kita. Melalui pekerjaan kita memberi cap pada dunia, pekerjaan menegaskan kehadiran kita di dunia.  Hasil pekerjaan atau karya mengabadikan keberadaan, bahkan ketika kita telah tiada. Hasil karya lah yang membuat kita masih mengenal Socrates, Aquinas, Al Ghazali, Ibn Sinna, Pramoedya Annata Toer, dan Buya HAMKA.

Pekerjaan sangat penting bagi manusia dan kemanusiaan. Tetapi, pekerjaan bukanlah segala-galanya. Bagaimanapun pentingnya pekerjaan, pekerjaan hanyalah satu dimensi saja dari kemanusiaan kita yang multidimensi. Banyak dimensi lain dari kemanusiaan kita yang harus diberi perhatian, dipelihara, dikembangkan, dan terus diberi tempat. Bila seluruh hidup  dikorbankan hanya untuk pekerjaan, kita telah bermetamorfosa dari manusia menjadi mesin atau robot. Paling kurang, kita jadi manusia dengan jiwa yang lara, jiwa yang sakit.

Pekerjaan menghancurkan kemanusiaan, bila kita hanyut tenggelam di dalamnya. Jika tak ada lagi celah bagi kesantaian, canda tawa, dan keliaran berfikir. Otak kita ternyata tidak diciptakan hanya untuk bekerja, keseriusan, dan linieritas berfikir. Otak kita terdiri dari banyak belahan, cerukan, lipatan, irisan yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Ada banyak teori yang menjelaskan keberagaman kemampuan dan fungsi otak kita, seperti belahan otak kanan dan kiri dan perkembangannya menjadi quadran otak, kecerdasan jamak, kecerdasan emosional, spiritual, sosial, kultural, dan sejumlah besar kecerdasan lainnya. Semuanya menunjukkan otak kita sangat kaya. Betapa sedih jika dikorupsi hanya untuk pekerjaan, bekerja, bekerja, dan bekerja.......

Pekerjaan, bila proporsional adalah rempah yang membumbui dan menghangatkan hidup. Tapi menjadi benalu bagi otak dan tubuh jika berlebihan. Penyakit adalah konsekuensi yang tak terelakkan. Lihatlah siklus hidup kebanyakan eksekutif muda metropolis. Bekerja keras sepenuh hari. Kemana mereka pergi setelah jam kerja usai. Apakah pulang ke kediaman dan istirah? Tidak! Mereka memburu kegembiraan ke club-club, diskotik, karaoke, dan hiburan malam lain yang penuh gairah, peluh, dan teriakan menggelegar. Berjoget dalam kerlap-kerlip lampu, di tengah aura penuh gairah dan birahi. Alkohol adalah bagian dari kegambiraan itu, terkadang ada narkoba dan seks bebas. Mereka tampaknya gembira, tapi apakah mereka bahagia? Tak bakal! Pekerjaan telah menyandera syaraf dan menyedot keseimbangan otak mereka. Pekerjaan telah jadi virus yang menggerogoti tubuh dan hidup mereka. Ujungnya adalah kelelahan.

Kelelahan, kelelahan yang terlalu menghancurkan kemanusiaan kita. Bisa merubah kita jadi monster. Monster seperti Planktoon yang memanipulasi Sponge Bob yang lelah dan sakit untuk kepentingan dan ambisi pribadi. Ia halalkan segala cara, dan tak peduli pada derita yang dialami orang lain. Planktoon hanyalah simbol dari dimensi lain kemanusiaan. Ketakpedulian pada derita orang lain, pada sakit yang tengah mendera sesama. Otaknya sepenuhnya berisi rencana jahat untuk menguasai dan mencuri, bahkan mencuri kesadaran orang memanfaatkan ketaksadaran atau kondisinya yang sakit. Jadi, ada penyakit yang tak kalah bahaya, libido untuk menguasai, dan merampas hak dan milik orang, tanpa kerja keras, untuk kepentingan sendiri.

SUNGGUH, MANUSIA BISA MENGHANCURKAN DIRI DAN SESAMA DENGAN DAN MELALUI PENYAKIT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd