Sponge
Bob tak bisa bobok karena lampu di ruang tidurnya terlalu terang. Ia mematikan
lampu agar bisa bobok, tetapi ia malah menjadi ketakutan di dalam kegelapan,
Sponge Bob takut gelap. Akhirnya ditemukan solusi, pasang lampu tidur yang
temaram, tidak terlalu gelap dan tidak terlalu terang. Namun, saat lampu tidur
dihidupkan di kamar tidur, ada kegelapan di kamar mandi. Sponge Bob sungguh
terganggu dengan kegelapan. Akhirnya semua tempat dan sudut di kediaman Sponge
Bob diterangi lampu tidur. Akibatnya rumah Sponge Bob menjadi terang benderang
di malam hari. Saat itulah Sponge Bob sadar. Persoalnnya bukanlah kegelapan
yang ada di sekitar kita, di luar diri kita, yang acapkali menyembulkan
ketakutan. Persoalan pokoknya ialah: ADA KEGELAPAN DI DALAM DIRI KITA!
Semua
orang, tanpa kecuali, menyembunyikan kegelapan dalam dirinya. Ada gradasi dalam kegelapan itu, mulai dari
temaram, kelam, sampai gelap gulita. Mengapa mesti ada kegelapan dalam diri?
Karena
pada hakikatnya, kita adalah manusia yang tak sempurna dan tak akan pernah
sempuran. Manusia adalah makhluk yang terluka, bahkan sarat kecacatan. Manusia
adalah makhluk yang jatuh, jatuh terjerembab karena kebebasan dan keberaniannya.
Adam
mengunyah, menggerogoti dan melahap buah terlarang, menelannya dengan nikmat.
Adam hendak tunjukkan, peraturan dibuat ya untuk dilangar. Ini bukti, dalam
kebebasan melekat resiko, dan Adam berani mengambil resiko itu. Karena ada
kenikmatan dalam kebebasan. Kenikmatan menjadi manusia yang sadar, sadar akan
dirinya, akan keberadaannya. Meskipun padamulanya kesadaran itu
mengejuthentakkan, karena membuatnya telanjang bulat di hadapan Tuhan, semesta
dan orang lain. Ini mengisyaratkan, kesadaran dan keberadaanku selalu berarti
ada bersama orang lain, bersama yang lain. Orang lain bisa jadi mitra, juga
bisa jadi neraka.
Inilah
resiko kebebasan, dilemma pilihan. Sponge Bob juga rasakan itu. Memilih lampu,
lampu tidur atau kegelapan. Lampu membuatnya silau dan tak bisa bobok, lampu
tidur yang temaram memberinya ketenangan sekejab dan bayangan ketakutan akan
gelap, kegelapan membangkitkan rasa takut yang sesungguhnya. Namun justru
membangkitkan fajar pencerahan tentang kegelapan dalam diri sendiri.
Menjalani
hidup sebagai manusia mengharuskan untuk memilih, meskipun mengandung resiko.
Sebab pilihan adalah tanda dan ukuran kebebasan. Kebebasan adalah hakikat
manusia. Manusia yang tak bebas, manusia yang tak brani gunakan kebebasannya,
sebenarnya bukanlah manusia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd