Malam di Pantai Jimbaran. Temaram di
bawah bulan. Kilauan lampu di kejauhan bagai bintang bertaburan. Kerlip lampu
pesawat dan Bandara Ngurah Rai berpendaran. Malam bertambah indah ditimpali
deru ombak berkejaran, dan tambah syahdu karena ada cinta bermekaran. Ada yang
ingin menyatakan cinta, tapi dikendala keraguan. Canda tawa mahasiswa menambah
kegembiraan. Inilah suasana makan malam Jimbaran.
Ini adalah makan malam yang sangat
mengasyikkan. Sebab kami tidak tahu dengan pasti apa menu makanan yang
disajikan. Dalam ketemaraman malam, kami tak dapat melihat dengan jelas apa
yang tersaji. Panitia telah memesan makanan terlebih dahulu, dan kami tidak
diberi tahu. Makan malam mirip proses eksplorasi dalam ilmu. Beranjak dari
keraguan dan ketidaktahuan, justru itu yang membuatnya mengasyikkan.
Suasana sungguh hangat, cair dan
menyenangkan. Ada candaan tentang kisah asmara para mahasiswa. Tentang yang
sedang pedekate, yang mencoba memantapkan hubungan, dan yang sedang ngambek,
padahal saat makan siang masih kelihatan mesra. Ya inilah cerita cinta anak
remaja yang sedang beringsut dewasa. Juga cerita tentang seorang mahasiswa yang
bertubuh Agung Hercules berhati Olga.
Di meja makan yang panjang, di bawah
bulan yang ditelan awan, kami berdiskusi tentang mayat di Truyan, Pohon Truyan
yang unik dan perkembangan penduduk di desa Truyan. Menjadi menarik tatkala diskusi mulai
memasuki hal-hal mistis tentang mayat di Truyan. Diskusi hangat, penuh tawa dan
fikiran-fikiran nyeleneh yang liar. Pastilah sulit membangun suasana hangat,
akrab, bebas dan menyenangkan seperti ini di kelas. Sungguh ini kuliah yang.
sesungguhnya.
Kuliah tidak berfungsi sekedar mengasah
ketajaman kecerdasan-kognitif para mahasiswa. Kuliah adalah proses belajar
bersama, dan saling belajar antara mahasiswa dan dosen yang mendorong proses
pemanusian manusia, menjadikan manusia sungguh manusiawi. Maknanya, kuliah
harus mengembangkan semua dimensi kemanusiaan dan kecerdasan mahasiswa dan
dosen. Dosen bukanlah otoritas tunggal pemegang hak prerogatif kebenaran.
Kebenaran dicaritemukan dalam semangat kebersamaan dan saling menghargai yang
dijiwai keterlibatan empatis.
Dalam aura seperti ini, kuliah tidak
sekedar wadah interaksi dosen dan mahasiswa dalam fungsi formalnya. Melampaui
itu, kuliah harus lebih mengembangkan kesempatan untuk bertemunya mahasiswa dan
dosen sebagai sesama manusia dalam semangat kebersamaan untuk saling berbagi
demi mengeksplorasi kebenaran.
Konsekuensinya mahasiswa bukanlah gelas
kosong yang pasif, dan sekedar menunggu diisi. Mahasiswa adalah kumbang pencari
madu yang dapat menghisap madu dari kembang manapun. Dan dosen adalah kembang
yang selalu terbuka untuk disinggahi dan disedot madunya. Sang dosen sadar
betul, ia memproduksi madu bukan hanya untuk dirinya, tetapi justru untuk
menumbuhkembangkan lebih banyak kembang karena jasa sang kumbang.
Dalam hubungan simbiosis mutualisme
seperti ini, pastilah merupakan keanehan dan anomali bila masih muncul dosen killer, dan mahasiswa abadi. Abadi
menjadi mahasiswa karena tak lulus-lulus. Karena kuliah bukan sekedar
interaksi. Tetapi pertemuan. Karena itu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd