Jumat, 17 Januari 2014

CUACA DAN TABU

Masyarakat tradisional di seluruh dunia dan kebudayaan hidup dengan sejumlah tabu atau aturan tentang larangan. Sulit mencari keterangan kapan dan oleh siapa tabu itu dibuat pertama kali. Masyarakat tradisional tidak pernah mempersoalkan itu. Bagi mereka yang penting adalah menjaga bagaimana caranya agar tabu itu dipatuhi.

Mereka berkeyakinan, mematuhi tabu pastilah akan mendatangkan kebaikan, bukan saja untuk diri mereka sendiri, bahkan bagi seluruh komunitas dan anak cucu. Biasanya kepatuhan untuk melaksanakan tabu itu dilandasi oleh pengalaman langsung atau tuturan para petua di dalam komunitas bahwa siapa pun yang melanggar tabu itu akan mendapatkan hukuman. Hukuman bisa datang dari komunitas yang ingin memastikan tabu tidak dilanggar, atau hukuman langsung berupa beragam bencana yang dialami oleh orang yang melanggar tabu tersebut.

Biasanya aturan tentang tabu dimaksudkan untuk menjaga keselamatan bersama. Ini penting dilakukan karena masyarakat tradisional merupakan masyarakat komunal yang sangat mementingkan kebersamaan. Konsekuensinya, seluruh anggota komunitas saling menjaga agar tabu itu tidak dilanggar oleh siapa pun.

Tabu yang ada dalam masyarakat tradisional sangat beragam. Berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Misalnya, dalam tiap masyarakat tradisional ada aturan tentang keharusan rumah menghadap ke arah tertentu. Aturan ini tidak boleh dilanggar. Namun, tiap masyarakat menentukan arah yang berbeda.

Semua tabu dalam masyarakat tradisional dilandasi oleh keyakinan yang telah mereka anut secara turun temurun. Keyakinan ini biasanya berisi pandangan hidup paling mendasar terkait dengan hubungan mereka dengan sesama, alam, dan Yang Maha Ada. Masyarakat tradisional percaya dan meyakini bahwa mereka bukan saja harus menjaga hubungan baik dengan sesama, juga dengan alam. Mereka tidak pernah merasa bahwa alam adalah benda mati yang bisa diperlakukan dengan seenaknya. Alam adalah penampakan, simbol dari sesuatu yang lebih dalam dari apa yang tampak. Alam dihayati sebagai saudara tua yang harus dijaga, karena mereka berkeyakinan, alam yang dihormati dan dijaga, juga akan menghormati dan menjaga mereka. Itulah sebabnya kebanyakan tabu terkait dengan alam yang ada di sekitar mereka. Sikap inilah yang membuat masyarakat tradisional seperti masyarakat Baduy Dalam, suku-suku Dayak di Kalimantan, dan suku pedalaman di Papua hidup harmonis dengan alam. Hampir tak ada bencana alam yang pernah mengganggu mereka. Kepatuhan pada tabu tampaknya telah menyelamatkan masyarakat tradisional dari bencana alam yang biasanya dipicu oleh iklim dan cuaca yang kacau.

Sayangnya, tidak sedikit cendekiawan dan orang pemerintahan yang selalu menyebutkan bahwa sejumlah sikap masyarakat tradisional termasuk dan terutama kepatuhan terhadap tabu dianggap sebagai faktor penghambat bagi perubahan masyarakat yang diusahakan melalui pembangunan. Kepatuhan pada tabu dinyatakan sebagai penghambat pembangunan.

Penilaian ini terjadi karena sejumlah tabu, seperti keengganan masyarakat Kampung Naga menggunakan listrik, tidak bersesuaian dengan indikator kemajuan masyarakat dalam tahapan pembangunan yang dicanangkan pemerintah. Pertanyaan kita adalah, apakah cara pandang seperti ini, menilai masyarakat tradisional berdasarkan kriteria yang ditentukan dari luar, bijak dan adil?

Mengapa tabu dalam masyarakat tradisional tidak dilihat dan dikaji secara komprehensif dan mendalam, serta dipertimbangkan kemanfaatannya? Apakah cara berfikir kita yang telah didominasi oleh paradigma modernitas merupakan satu-satunya cara untuk menetapkan kriteria perkembangan masyarakat? Apakah globalisai memang begitu hebatnya sampai kita rela tercerabut dari akar-akar kearifan asli yang justru dapat menyelamatkan kita dari bencana alam?

Memang kita tidak dapat surut, kembali ke alam fikiran abad pertengahan yang dikuasai mitos, karena modernitas telah menggantikan mitos dengan logos. Modernitas telah membawa kemajuan luar biasa. Tetapi, tidak ada salahnya kan mempersoalkan akibat buruk dari modernitas? Apakah tidak ada pilihan lain, selain ikut larut tenggelam dalam modernisasi dan globalisasi?

Kita semua rasanya tidak bersedia hidup  seperti orang Baduy dalam atau orang Dayak di pedalaman Kalimantan. Sebab modernitas telah membiasakan kita dengan ketergantungan pada listrik, peralatan elektronik, makan pabrikan, dan jadwal yang terstruktur. Tetapi mengapa tidak bersikap arif untuk mempelajari secara seksama konsekuensi logis dari kepatuhan terhadap tabu?

Bila suku Baduy Dalam dan Kampung Naga melarang memasuki bagian hutan tertentu, dan tidak boleh sama sekali memotong apalagi menumbangkan pohon tertentu, tidakkah itu suatu cara untuk memastikan bahwa dalam wilayah mereka ada tempat penampungan air, terutama saat hujan deras? Bukankah lebih bijaksana belajar tentang konsekuensi atau dampak tabu bagi kelestatian lingkungan, daripada mempersoalkan kerangka dasar keyakinan yang melandasinya.

Boleh jadi dengan cara seperti itu, kita bisa membangun paradigma baru tentang pelestarian lingkungan dan menjaga cuaca tetap dalam kenormalan. Modernitas tampaknya berhasil membuat kehidupan lebih praktis, tetapi mengepung kita dengan resiko yang mengerikan dari segala penjuru. Saatnya untuk belajar dari masyarakat tradisional, belajar dari kepatuhan terhadap tabu, dan konsekuensi niscaya dari kepatuhan itu. Masyarakat tradisional menunjukkan

SIKAP BERSAHABAT TERHADAP LINGKUNGAN, TELAH MENCEGAH TERJADINYA BENCANA ALAM.

20 komentar:

  1. Nama : Ayatusyifa Wulandari / 4915131390 / P.IPS A 2013
    dalam tulisan cuaca dan tabu ini ada hal - hal yang ingin saya tanyakan kepada bapak mengapa mereka yang mengaku sebagai masyarakat tradisional yang tabu menganggap benda mati seperti pohon dan sebagainya yang tersedia di alam layaknya makhluk hidup seperti kita ? bukankah Yang Maha Esa menegaskan bahwa menyembah dan menganggap benda atau makhluk lain selain Dia adalah termasuk golongan orang musyrik ? tapi mengapa dengan menganggap alam disekitar kita sebagai makhluk yang sama layaknya manusia justru terjaga dari segala bencana ? dan mengapa kita yang hidup dalam kemodernan justru dianggap penyebab utama mengapa bencana selalu datang kepada kita ? apakah salah menjadi khalifah yang memang Allah yakinkan kepada malaikat bahwa manusia akan menjadi pemimpin bagi umatNya ? karena di masyarakat tradisional khususnya suku - suku tertentu, belum ada yang namanya sikap berbaur dengan suku lain yang ada adalah bagaimana caranya menyelamatkan diri dan sukunya dari segala ancaman suku lain, karena mereka beranggapan negatif dengan mereka yang belum dikenalnya. sedangkan di zaman modern ini kita belajar bagimana caranya menjadi individu dari bagian masyarakat yang baik, bagaimana caranya bersosialisasi tanpa melanggar hak privasi diri sendiri ataupun oranglain, juga tak serta merta menimbulkan rasa curiga ataupun negatif kepada orang yang baru kita kenal. karena bukankah kita dilarang meng- judge seseorang dari covernya ?
    jadi menurut saya, bahwa zaman modern dan masyarakat tabu sesungguhnya bisa bersatu menjadi suatu kekuatan yang akan menyelamatkan manusia baik untuk sekarang dan masa mendatang. kita tidak bisa menilai salah satu budaya ataupun sistem yang ada sebagai cara terbaik untuk hidup karena manusia hidup pun tak hanya butuh makan tapi juga butuh minum sama halnya dengan zaman modern dengan masyarakat tabu. tak selamanya yang ada di zaman modern ini dianggap menyesatkan ataupun terlalu banyak hal negatifnya dan tak boleh juga kita menilai bahwa masyarakat tradisional yang tabu sebagai satu - satunya contoh ataupun sikap hidup yang baik. berjalan seiringan itu perlu bukan untuk saling mendahului tetapi untuk saling mengingtakna dan menjadi pelajaran bagi sesamanya.
    terima kasih..

    BalasHapus
  2. assalamu'alaikum,
    apa yang menjadi pertimbangan bapak dalam menulis tulisan ini yang menghubungkan kepercayaan masyarakat tradisional (tabu) setempat dengan fenomena cuaca yang terjadi belakangan ini?
    saya sangat setuju dengan pernyataan yang ditulis oleh bapak mengenai "kita harus banyak belajar pada masyarakat tradisional seperti Suku Baduy dan suku lainnya yang masih memegang teguh adat istiadatnya. karena pernyataan ini pun dulu pernah saya tuangkan dalam tulisan saya mengenai masyarakat Suku Baduy setelah saya pergi melakukan penelitian semester 1 kemarin. Tidak seharusnya kita hanya banyak belajar pada bangsa asing yang canggih akan kekayaan teknologi nya, tapi coba sekali-kali kita terutama para petinggi negeri ini belajar pada kearifan budaya pada masyarakat tradisional jangan hanya memandang sebelah mata saja pada mereka. Karena sesungguhnya berbagai bencana yang terjadi pada Negeri Tercinta kita ini karena ulah manusia itu sendiri yang tidak bersahabat dan tidak bisa menjaga kekayaan alam sekitar dengan baik. Coba saja pohon mempunyai mulut pasti dia akan berbicara "JAGA AKU, RAWAT AKU, SIRAMI AKU, KARENA AKU PUN DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT PADAMU KELAK". Inilah salahnya paradigma masyarakat bangsa ini yang selalu berpikir tentang bagaimana caranya memanfaatkan alam ini agar mendapatkan keuntungan! Mereka tebang pohon-pohon itu dengan liar tanpa melakukan penanaman kembali (Reboisasi), mereka hanya ingin menikmati keuntungannya saja tanpa memikirkan bagaimana nasib anak cucu kita nanti!
    Sungguh Ironisnya Bangsa Ini.

    BalasHapus
  3. KARENA SESUNGGUHNYA ALAM SEKITAR INI BUKAN MERUPAKAN WARISAN UNTUK ANAK CUCU KITA NANTI TAPI MERUPAKAN PINJAMAN DARI ANAK CUCU KITA NANTI, MAKA DARI ITU RAWATLAH DIA DAN JAGALAH DIA KARENA DIA LEBIH TUA DARI YANG LEBIH TUA!!!!!

    BalasHapus
  4. Nama : Siti Alawiyah
    Nim : 4915131385
    Tulisan ini menyadarkan kita bahwa aturan yang masih dijalankan oleh masyarakat tradisional seperti Masyarakat Baduy Dalam dan suku-suku di pedalaman Kalimantan membawa dampak positif bagi lingkungan sekitar. Banyak aturan yang kurang masuk akal tapi setelah diteliti secara mendalam ternyata aturan itu ada manfaatnya. Seperti yang tertulis ditulisan ini, suku Baduy Dalam dan Kampung Naga melarang memasuki bagian hutan tertentu, dan tidak boleh sama sekali memotong apalagi menumbangkan pohon tertentu, tidakkah itu suatu cara untuk memastikan bahwa dalam wilayah mereka ada tempat penampungan air, terutama saat hujan deras? Bukankah lebih bijaksana belajar tentang konsekuensi atau dampak tabu bagi kelestarian lingkungan, daripada mempersoalkan kerangka dasar keyakinan yang melandasinya.Sikap masyarakat tradisional yang sangat bersahabat dengan alam sebaiknya dicontoh oleh masyarakat kota.
    Saya telah membaca beberapa pengertian filsafat ilmu dari beberapa tokoh. Dan dari tulisan ini saya menjadi lebih paham tentang ilmu filsafat itu setelah membaca tulisan ini. Tulisan ini sangat menarik untuk dibaca bagi siapapun karena tulisan ini menyadarkan kita harus bersahabat dengan alam agar alam ini tetap terjaga dan seimbang. Dan kelak anak cucu kita dapat merasakan indahnya bumi kita ini.

    BalasHapus
  5. Titin Watini
    P.IPS B 2013

    Dari tulisan tersebut menurut pandangan saya menyelidiki dan mencari tau bahwa kepatuhan terhadap tabu tersebut mengakibatkan terjaganya alam dan mencegah terjadinya bencana alam seharusnya masyarakat dalam mengikuti modernisasi melihat kehidupan masyarakat tradisional dan melihat bagaimana masyarakat tradisional menjaga alam dengan baik. Tetapi menurut saya masyarakat yang mengikuti modernisasi sangat sulit untuk mengikuti kehidupan masyarakat tradisional karena masyarakat yang mengikuti modernisasi sudah terlalu di manjakan dengan kemajuan teknologi. Namun untuk menjaga alam menurut saya kembali kepada individu dan masyarakat masing-masing. Masyarakat harus memilih ingin di kelilingi oleh bencana alam atau tidak jika memang ingin jauh dari bencana alam maka masyarakat harus menjaga alam dan melestarikan alam. namun dari sisi masyarakat tradisional mereka bisa menjaga alam di karenakan adanya kepatuhan terhadap tabu, namun jika tidak adanya tabu atau pantangan dalam masyarakat tradisional apakah masyarakat tradisional tetap bisa menjaga alam pak ?

    BalasHapus
  6. Titin watini
    P.IPS B 2013

    Dari tulisan tersebut menurut pandangan saya menyelidiki dan mencari tau bahwa kepatuhan terhadap tabu tersebut mengakibatkan terjaganya alam dan mencegah terjadinya bencana alam seharusnya masyarakat dalam mengikuti modernisasi melihat kehidupan masyarakat tradisional dan melihat bagaimana masyarakat tradisional menjaga alam dengan baik. Tetapi menurut saya masyarakat yang mengikuti modernisasi sangat sulit untuk mengikuti kehidupan masyarakat tradisional karena masyarakat yang mengikuti modernisasi sudah terlalu di manjakan dengan kemajuan teknologi. Namun untuk menjaga alam menurut saya kembali kepada individu dan masyarakat masing-masing. Masyarakat harus memilih ingin di kelilingi oleh bencana alam atau tidak jika memang ingin jauh dari bencana alam maka masyarakat harus menjaga alam dan melestarikan alam. namun dari sisi masyarakat tradisional mereka bisa menjaga alam di karenakan adanya kepatuhan terhadap tabu, namun jika tidak adanya tabu atau pantangan dalam masyarakat tradisional apakah masyarakat tradisional tetap bisa menjaga alam pak ?

    BalasHapus
  7. Titin watini
    P.ips B 2013
    Dari tulisan tersebut menurut pandangan saya menyelidiki dan mencari tau bahwa kepatuhan terhadap tabu tersebut mengakibatkan terjaganya alam dan mencegah terjadinya bencana alam seharusnya masyarakat dalam mengikuti modernisasi melihat kehidupan masyarakat tradisional dan melihat bagaimana masyarakat tradisional menjaga alam dengan baik. Tetapi menurut saya masyarakat yang mengikuti modernisasi sangat sulit untuk mengikuti kehidupan masyarakat tradisional karena masyarakat yang mengikuti modernisasi sudah terlalu di manjakan dengan kemajuan teknologi. Namun untuk menjaga alam menurut saya kembali kepada individu dan masyarakat masing-masing. Masyarakat harus memilih ingin di kelilingi oleh bencana alam atau tidak jika memang ingin jauh dari bencana alam maka masyarakat harus menjaga alam dan melestarikan alam. namun dari sisi masyarakat tradisional mereka bisa menjaga alam di karenakan adanya kepatuhan terhadap tabu, namun jika tidak adanya tabu atau pantangan dalam masyarakat tradisional apakah masyarakat tradisional tetap bisa menjaga alam pak ?

    BalasHapus
  8. Lina Wati P.IPS B 2013 . Cerita ini menarik untuk dibaca . Dimana mengajarkan kita untuk bisa belajar dari masyarakat tradisional yang memiliki kepatuhan kepada tabu yang terkait dengan alam. Contohnya dengan menjaga dan menghormati alam dapat menjaga kita dari bencana alam. Hanya saja penulis kurang untuk lebih spesifik lagi menjelaskan mengenai contoh-contoh tabu yang ada disetiap suku-suku yang telah disebutkan tadi.

    BalasHapus
  9. Lina Wati P.IPS B 2013 . Cerita ini menarik untuk dibaca. Dimana mengajarkan kita untuk bisa belajar dari masyarakat tradisional yang memiliki kepatuhan kepada tabu yang berkaitan dengan alam. Contohnya dengan menjaga dan menghormati alam dapat menjaga kita dari bencana alam. Hanya saja penulis kurang untuk lebih spesifik lagi menjelaskan mengenai contoh-contoh tabu yang ada disetiap suku-suku yang telah disebutkan tadi.

    BalasHapus
  10. Saya setuju dengan tulisan Bapak yang berjudul "Cuaca dan Tabu" karena dalam tulisan tersebut memberi pengetahuan kepada kita betapa masyarakat tradisional sangat manjaga kelestarian alamnya, hal tersebut membuat alam pun bersahabat dengan masyarakat tradisional. Berbeda seperti masyarakat di zaman sekarang yang modern ini, yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri bahkan menganggap alam sebagai komoditi yang diperjual belikan demi mendapatkan keuntungan bagi sebagian besar masyarakat modern. dalam karya tulis ini juga saya juga menyukai kutipan Bapak yang mengatakan bahwa, "sikap bersahabat terhadap lingkungan, telah mencegah terjadinya bencana alam". semoga masyarakat yang hidup di zaman yang serba modern serta sangat canggih ini, manusia bisa berkaca pada budaya masyarakat tradisional yang sangat mencintai dan menjaga lingkungan alamnya.

    BalasHapus
  11. Nama : Rizky Rachmawati (4915131381)
    kelas : p.ips A 2013

    dengan membaca tulisan pak Nusa yang berjudul "Cuaca dan Tabu" saya mendapatkan sebuah ilmu yang bisa saya berikan untuk orang lain. saya mengartikan kata "Tabu" adalah sebuah aturan yang tidak terlihat. memang sangat baik jika kita mematuhi tabu tersebut, karena kita hidup di dunia ini tidak untuk diri sendiri tetapi juga orang lain dan generasi penerus. Tetapi aturan larangan yang ada pada sekarang ini hanya sedikit yang mematuhi. kebanyakan dari mereka melanggar peraturan hanya untuk kepentingan sendiri tetapi orang lain juga terkadang ikut merasakan. rata-rata masyarakat yang masih menjunjung aturan yang tabu adalah masyarakat tradisional. padahal jika kita mematuhi aturan terdahulu kehidupan akan lebih baik dan aman sejahtera. tetapi banyaknya aturan yang ada saat ini hanya membuat orang-orang menjadi bingung, maka dari itu banyak orang yang senantiasa melanggar peraturan. tapi jika kita hidup tanpa peraturan yang ada hidup kita akan semakin tidak teratur.

    BalasHapus
  12. Devy Novianti P. IPS REGULER B 2013
    Sejumlah tabu memang selalu ada disetiap adat istiadat. Entah hal tabu itu datangnya dari mana. Tapi entah mengapa banyak orang menganggap hal tabu tersebut berasal dari nenek moyang mereka. Entah mengapa mereka sangat yakin akan hal tabu tersebut sehingga tidak ada masyarakat yg sampai berani melanggarnya ahkan untuk penelitian sekalipun untuk membuktikan apakah benar apa yg dikatakan nenek moyangnya terdahulu.
    Saya sebagai mahasiswa bisa saja hidup seperti orang Baduy pedalaman untuk mengkaji mengapa orang baduy enggan menguunakan listrik dan sebagainya, akan tetapi saya tidak dapat memaksa orang Baduy tersebut untuk mengikuti kehendak saya, Saya percaya mereka mempunyai keyakinan tersendiri agar tidak melanggar hal-hal yg tabu demi kemaslahatan hidupnya dan untuk menjaga kepentingan alam sekitarnya juga.
    Tapi entah mengapa orang selalu menganggap orang baduy tersebut kuno, tidak mau maju, dan lain sebainya. Padahal seharusnya mereka patut bersyukur karena masih ada suku di Indonesia yg masih mau melestarikan adat istiadatnya. Walaupun mereka sangat jauh dari kemajuan.
    Sebenarnya saya disini merasa bingung dari tulisan yang saya baca. Dalam tulisan ini saya mendapat hal positif dan negative dari tabu.

    BalasHapus
  13. seharusnya di tulisan itu terdapat suatu solusi masalah yang jelas dan mendetail dalam suatu keadaan masalah...

    BalasHapus
  14. cerita di atas memang fakta dan banyak terjadi di setiap suku yang ada di indonesia mereka sangat berpegang teguh pada aturan adat. sebenernya saya ga ngerti pak tabu itu apa tetapi tahu maksutnya dan sering mendengar kata-kata itu.
    memang sepertinya aturan tersebut sudah dibikin oleh nenek moyang mereka dan harus dipatuhi oleh penduduk suku tersebut. apabila dilanggar akan mendatangkan hukuman atau bencana. tetapi mengapa penduduk suku tersebut bisa takut atau takluk pada aturan tersebut padahal zaman sekarang sudah modern dan tidak percaya yang begitu begitu, dan mengapa mereka masih bertahan tinggal di suku tersebut padahal aturannya yang ketat padahal mereka bisa saja pindah tempat tinggal.

    BalasHapus
  15. cerita yang bapak buat sangat bagus dan kreatif. saya belum mengerti apa itu tabu?tetapi saya pernah mendengar kata-kata itu. kenapa bapak bisa memasuki kata (tabu) didalam cerita tersebut?

    BalasHapus
  16. Suci Ramadhaniyati
    4915133404
    PIPS B 2013

    Assalamualaikum. Wr. Wb. Pak Nusa. Bagaimana kabar bapak hari ini? Mengingat cuaca yang kurang baik beberapa waktu belakangan ini, saya mencemaskan kondisi masyarakat. Apalagi masyarakat yang terkena bencana banjir, saya turut prihatin akan mereka. Semoga kita keluarga besar P.IPS selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

    Sebelumnya, saya ingin menyampaikan perasaan bertemu dengan mata kuliah Bapak di semester 2 ini. Rasanya saya sangat beruntung dan senang sekali mendapat pengajar seperti Bapak. Jujur, saya sangat terinspirasi oleh Bapak. Terlebih, pada pertemuan pertama, Bapak bilang bahwa, "Saya bisa menghasilkan lebih dari 30 tulisan dalam sebulan." Ekspresi saya saat mendengar itu langsung tercengang dan tergugah untuk menghasilkan lebih banyak tulisan. Selama liburan ini saya hanya bisa menghasilkan 10 tulisan. Padahal saya sudah mencoba menulis setiap hari tetapi sulit untuk menuntaskan tulisan. Mungkin nanti saya bisa belajar banyak dari Bapak ya :)

    Lalu, tentang mata kuliah Filsafat Ilmu, ini kali pertama saya belajar filsafat dan pikiran saya langsung mengawang ketika mungkin saya akan diberikan pertanyaan 'kenapa kita harus tinggal di Bumi?' atau pertanyaan aneh lainnya. Lantas benar saja, kata teman saya (Selasa lalu saya terlambat karena macet), mereka diberikan pertanyaan aneh tentang 'kentut' sontak saya pun tertawa. Memang seperti yang Bapak jelaskan, filsiafat adalah ilmu yang sangat luas, dapat diakarkan dan mendalam. Kita tahu bahwa seorang filsuf butuh bertahun-tahun untuk nenemukan inti pemecahan masalah yang mendalam. Maka terkadang banyak orang(termasuk saya) berpersepsi bahwa mempelajari filsafat itu selalu merenung atau berpikir keras. Apakah itu benar Pak?

    Dalam tulisan ini, saya setuju dengan Bapak bahwasanya keselarasan cuaca dengan kita sangat bergantung pada alam dan konsep tabu yang diterapkan dalam masyarakat. Memang zaman saat ini telah didominasi oleh modernisasi dalam segala bidang kehidupan. Maka banyak masyarakat perkotaan yang sudah melupakan tabu yang dahulu mengakar dalam jiwa masyarakat. Mungkin persepsi orang sekarang, masyarakat yang masih berpegang pada tabu adalah kuno, ketinggalan zaman atau bisa dibilang cupu. Padahal terlepas dari itu, sebenarnya masyarakat yang masih memegang teguh tabu dalam lingkup hidupnya justru lebih bersahabat dengan alam. Seperti yang Bapak bilang bahwa masyarakat Baduy atau suku pedalaman lainnya jarang terkena musibah karena mereka begitu menghormati alam. Semua itu memang bertolak belakang dengan masyarakat di kota-kota besar yang justru semakin lama kurang menghormati alam, padahal alamlah yang membesarkan kita. Ironis memang, ketika suatu masyarakat yang terbelakang justru terbebas dari bencana alam, sedangkan kita yang berintelektual lebih maju justru sedang digencar musibah dimana-mana. Ya Allah, apa karena kita yang mendustai alam?
    Lantas bagaimana kita menyikapinya? Atau dengan belajar filsafat bisa menjawab semua itu Pak?
    Menurut saya, tabu tidak melulu dipandang negatif. Justru menurut saya, tabu dapat dijadikan aturan seperti yang dilakukan masyarakat tradisional. Namun, kita boleh memegang teguh tabu tetapi tabu dalam artian positif.

    Terima kasih Pak, Bapak selalu bisa menginspirasi saya dengan tulisan Bapak yang SUPER. Kalau boleh, saya ingin belajar banyak sama Bapak tentang tulis-menulis, karena saya suka menulis(terutama fiksi) tetapi saya jarang memiliki review jadi saya tidak tahu tulisan saya seperti apa.

    Sekian dari saya, sukses selalu ya Pak. Wassalamualaikum. Wr. Wb.

    BalasHapus
  17. Suci Ramadhaniyati
    4915133404
    PIPS B 2013

    Assalamualaikum. Wr. Wb. Pak Nusa. Bagaimana kabar bapak hari ini? Mengingat cuaca yang kurang baik beberapa waktu belakangan ini, saya mencemaskan kondisi masyarakat. Apalagi masyarakat yang terkena bencana banjir, saya turut prihatin akan mereka. Semoga kita keluarga besar P.IPS selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

    Sebelumnya, saya ingin menyampaikan perasaan bertemu dengan mata kuliah Bapak di semester 2 ini. Rasanya saya sangat beruntung dan senang sekali mendapat pengajar seperti Bapak. Jujur, saya sangat terinspirasi oleh Bapak. Terlebih, pada pertemuan pertama, Bapak bilang bahwa, "Saya bisa menghasilkan lebih dari 30 tulisan dalam sebulan." Ekspresi saya saat mendengar itu langsung tercengang dan tergugah untuk menghasilkan lebih banyak tulisan. Selama liburan ini saya hanya bisa menghasilkan 10 tulisan. Padahal saya sudah mencoba menulis setiap hari tetapi sulit untuk menuntaskan tulisan. Mungkin nanti saya bisa belajar banyak dari Bapak ya :)

    Lalu, tentang mata kuliah Filsafat Ilmu, ini kali pertama saya belajar filsafat dan pikiran saya langsung mengawang ketika mungkin saya akan diberikan pertanyaan 'kenapa kita harus tinggal di Bumi?' atau pertanyaan aneh lainnya. Lantas benar saja, kata teman saya (Selasa lalu saya terlambat karena macet), mereka diberikan pertanyaan aneh tentang 'kentut' sontak saya pun tertawa. Memang seperti yang Bapak jelaskan, filsiafat adalah ilmu yang sangat luas, dapat diakarkan dan mendalam. Kita tahu bahwa seorang filsuf butuh bertahun-tahun untuk nenemukan inti pemecahan masalah yang mendalam. Maka terkadang banyak orang(termasuk saya) berpersepsi bahwa mempelajari filsafat itu selalu merenung atau berpikir keras. Apakah itu benar Pak?

    Dalam tulisan ini, saya setuju dengan Bapak bahwasanya keselarasan cuaca dengan kita sangat bergantung pada alam dan konsep tabu yang diterapkan dalam masyarakat. Memang zaman saat ini telah didominasi oleh modernisasi dalam segala bidang kehidupan. Maka banyak masyarakat perkotaan yang sudah melupakan tabu yang dahulu mengakar dalam jiwa masyarakat. Mungkin persepsi orang sekarang, masyarakat yang masih berpegang pada tabu adalah kuno, ketinggalan zaman atau bisa dibilang cupu. Padahal terlepas dari itu, sebenarnya masyarakat yang masih memegang teguh tabu dalam lingkup hidupnya justru lebih bersahabat dengan alam. Seperti yang Bapak bilang bahwa masyarakat Baduy atau suku pedalaman lainnya jarang terkena musibah karena mereka begitu menghormati alam. Semua itu memang bertolak belakang dengan masyarakat di kota-kota besar yang justru semakin lama kurang menghormati alam, padahal alamlah yang membesarkan kita. Ironis memang, ketika suatu masyarakat yang terbelakang justru terbebas dari bencana alam, sedangkan kita yang berintelektual lebih maju justru sedang digencar musibah dimana-mana. Ya Allah, apa karena kita yang mendustai alam?
    Lantas bagaimana kita menyikapinya? Atau dengan belajar filsafat bisa menjawab semua itu Pak?
    Menurut saya, tabu tidak melulu dipandang negatif. Justru menurut saya, tabu dapat dijadikan aturan seperti yang dilakukan masyarakat tradisional. Namun, kita boleh memegang teguh tabu tetapi tabu dalam artian positif.

    Terima kasih Pak, Bapak selalu bisa menginspirasi saya dengan tulisan Bapak yang SUPER. Kalau boleh, saya ingin belajar banyak sama Bapak tentang tulis-menulis, karena saya suka menulis(terutama fiksi) tetapi saya jarang memiliki review jadi saya tidak tahu tulisan saya seperti apa.

    Sekian dari saya, sukses selalu ya Pak. Wassalamualaikum. Wr. Wb.

    BalasHapus
  18. Anggi ratna furi kelas p.ips reg b 2013. Dalam tulisan ini sudah sesuai dengan filsafat ilmu, karena telah terdapat ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu seharusnya. dalam tulisan ini juga telah menanyakan suatu pertanyaan yang bisa untuk diteliti untuk bisa mengetahui jalan untuk memperolehnya.

    BalasHapus
  19. Rikky Leander
    4915133427
    P.IPS B 2013

    Maaf telat comment pak, menurut saya adanya tulisan tentang cuaca dan tabu ini sangatlah filosofis sekali, dan dengan adanya kepercayaan Tabu pada masyarakat tradisional maka hal itu mengingatkan bahwa kita sebagai umat manusia harus memelihara alam dan terus memperindah kepercayaan tabu tersebut. Terima kasih

    BalasHapus
  20. Luthfiyani Nadia
    4915133432
    PIPS B 2013

    Di setiap adat pasti mempunyai hal-hal tabu yang ada di dalamnya. Tapi mengapa mereka sangat yakin akan tabu tersebut? Apakah mereka mengetahui awal mula tabu tersebut? Dengan apa yang mereka lakukan tersebut banyak yang menganggap mereka sangat ketinggalan zaman karena masih patuh kepada aturan nenek moyang mereka, tapi seharusnya kita bangga di dalam era modern ini masih ada yang mempertahankan adatnya.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd