Kakus ikut menentukan tempat kita di akhirat.
Kakus bukan hanya berkorelasi dengan kesehatan dam moralitas. Kakus juga punya kaitan dengan dimensi spiritualitas manusia. Oleh karena itu kakus memberi kontribusi pada kehidupan di seberang kematian. Sebab kakus dapat ikut menentukan keabsahan dan kualitas ibadah.
Semua agama, beragam kepercayaan, dan kebijakan kemanusiaan dalam semua zaman memiliki ajaran fundamental tentang prinsip-prinsip pokok tentang perilaku manusia di hadapan sesama, alam semesta, dan Yang Maha Agung.
Prinsip-prinsip pokok itu menggariskan apa yang wajib, apa yang seharusnya, dan apa yang tidak boleh dilakukan manusia. Tercakup di dalamnya pedoman perilaku mulia dan tercela. Sudah barang tentu, bukan hanya perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang diatur, pun perilaku dalam beribadah. Prinsip-prinsip pokok itu kemudian diurai menjadi serangkaian atau seperangkat aturan-aturan yang rinci tentang tatakelakuan dalam menata diri seperti bagaimana membersihkan diri kala buang hajat telah dituntaskan. Karena itu terkait dengan kakus ada pembahasan yang khusus dan rinci.
Kakus adalah topik penting dalam bab kesucian. Kakus berurusan dengan persoalan buang air kecil (air seni) dan buang air besar (tinja). Baik yang kecil maupun yang besar adalah sisa dari proses dalam pencernaan berupa kotoran. Bukan hal luar biasa bila untuk mengetahui penyakit tertentu di dalam tubuh, dokter meminta agar air seni atau tinja diperkisa di laboratorium. Karena itu kakus berkutat dengan ritual kebersihan. Serangkaian tatacara untuk membersihkan diri setelah melepas hajat kecil atau besar. Ritual ini tidak sama dalam setiap tradisi, budaya, dan agama. Tak usah kaget bila sebuah komunitas memiliki tradisi cebok yang berbeda dari kita. Jangan juga heran bila ada begitu banyak benda dan peralatan yang digunakan untuk membersihkan diri setelah buang hajat. Juga ada berbagai variasi cara untuk membebaskan diri dari kotoran setelah hajat lepas dari tubuh. Mulai dari menggunakan batu, tisu, air, sampai sekedar berdehem.
Bila orang kurang atau tidak memperhatikan urusan kakusnya yang kecil atau yang besar, biasanya ia disebut jorok. Dalam Islam istilah yang digunakan untuk kotoran itu adalah najis. Secara istilah, najis lebih dari kotoran. Najis bisa mencemarkan dan menghalangi orang melakukan ibadah, terutama shalat. Najis juga bisa merusak atau membatalkan shalat. Bila sedang shalat orang buang angin atau kentut, maka shalatnya batal. Orang tersebut harus bersuci lagi dan mengulang shalatnya dari mulai lagi. Itu artinya najis itu memiliki kekuatan yang merusak yaitu menghalangi, mencemarkan, dan membatalkan ibadah.
Orang yang hendak shalat bukan saja harus membersihkan dirinya dari najis, juga pakaian dan peralatan shalat, sekaligus tempatnya shalat. Hajat kecil dan hajat besar yang menjadi isi kakus digolongkan najis.
Secar fisik, najis itu harus dibuang dan dibersihkan dulu mengikuti aturan tertentu yang memastikan najis itu sudah sungguh-sungguh bersih. Barulah ibadah dapat dilakukan. Aturan ini bermakna bahwa urusan kakus itu mutlak harus dikelola dengan sebaik-baiknya, agar kita bisa membudayakan kebersihan.Kebersihan menjadi syarat mutlak dalam melakukan ibadah. Itulah sebabnya bila membersihkan diri dalam kaitan kakus untuk beribadah diberi istilah bersuci. Bersuci merupakan syarat mutlak dalam ibadah. Ibadah merupakan salah satu cara mengungkapkan dan mengejawantahkan keimanan. Diyakini, kebersihan adalah sebagian dari iman. Keyakinan ini semakin mempertegas fungsi kakus dalam konteks spiritual.
Secar simbolik, orang harus bersih terlebih dahulu sebelum melaksanakan ibadah bermakna, kala menghadap Tuhan, jangan ada najis pada tubuh dan hatimu. Kebersihan atau kesucianmu saat menghadap Tuhan adalah jalan untuk mensucikannmu. Bersih atau suci juga bisa bermakna, kosong dari noda. Hanya yang kosong bisa diisii. Bila kita kosong dari dosa, maka bisa diisi dengan kebajikan, pahala, dan kesucian.
Bila ada kotoran yang melekat pada tubuh dan hatimu, secara fisik dan simbolik, itu akan menghalangimu, mengganggumu untuk beribadah, bahkan bisa merusak ibadahmu. Kakus sebagai sistem pembuangan yang merupakan jalan untuk melakukan pembersihan diri menjadi penting di sini. Itulah sebabnya ritual kakus mengharuskan kita untuk melakukan serangkaian tindakan yang memastikan kita menjadi sungguh bersih. Sekarang ini semakin diterima bahwa ritual kakus mengharuskan kita menggunakan sabun atau yang lainnya untuk memastikan bahwa warna dan bau sebagai jejak kotoran benar-benar tuntas, tak ada yang tersisa. Ibadah mengharuskan ini. Tampak benar kebersihan yang menjadi salah satu tujuan ritual kakus sungguh menentukan keabsahan ibadah. Maknanya,
KAKUS IKUT MENENTUKAN KUALITAS IBADAH KITA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd