Senin, 27 Januari 2014

KARYA CIPTA SEMPURNA

Karya cipta sempurna adalah yang tidak pernah diciptakan. Buku sempurna adalah yang tidak pernah ditulis. Manusia sempurna adalah yang tidak pernah dikandung, apalagi dilahirkan.

Semua buku yang pernah ditulis pastilah tidak sempurna. Pasti ada kekurangan. Siapa pun penulisnya. Ada saja yang kurang, mulai dari ukuran huruf yang tidak dapat dibaca dengan nyaman oleh semua orang, salah ketik, pilihan kata yang kurang tepat atau sesuai, kalimat yang terlalu panjang atau tidak jelas subjek dan predikatnya, paragraf yang kurang lengkap, terdiri dari satu kalimat atau berisi lebih dari satu pokok fikiran, wacana yang dibangun oleh paragraf yang tidak nyambung, penalaran yang tidak ajeg, buruknya konsistensi internal terkait dengan pokok masalah, sampai isinya yang tidak jelas. Pokoknya, ada saja kekurangannya. Bila ada tabel atau gambar, mungkin kurang besar ukurannya atau kurang jelas angka-angka yang tertera di tabel tersebut.

Namun, dengan semua ketidaksempurnaan itu, buku-buku itu telah memberikan sumbangan luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia. Ketidaksempurnaan buku-buku itu telah mendorong lahirnya sejumlah buku untuk mencoba melengkapi, mengeritik, dan menampilkan gagasan tandingan. Dunia keilmuan dan pemikiran menjadi kaya dan berkembang karena dan dalam ketidaksempurnaan itu. Selain buku, semua karya cipta sama kondisinya, tidak sempurna, dan tidak akan pernah sempurna. Ketidaksempurnaan itu melahirkan karya baru, kreator dan inovator baru, mazhab dan aliran baru. Itulah berkah ketidaksempurnaan.

Aristoteles adalah murid Plato. Aristoteles merasa banyak yang tidak tepat dalam pemikiran gurunya. Ia kemudian menulis sejumlah besar buku. Kita tahu, dunia pemikiran sampai sekarang terus berkembang dengan cara seperti itu. Karya monumental Al Ghazali Ihya Ulumiddin lahir sebagai kritik atas ketidaksempurnaan kaum Mu'tazillah. Karya-karya Marx merupakan kritik atas ketidaksempurnaan Hegel. C. R. Rogers merumuskan psikologi humanistik sebagai respon atas ketidaksempurnaan behaviorisme dan mazhab psikologi lain. Einstein merevolusi fisika, karena ada banyak kelemahan dalam fisika Newtonian. Ketidaksempurnaan adalah fakta yang kita hadapi setiap waktu.

Semuanya berakar pada fakta yang tak terbantahkan bahwa manusia bukanlah makhluk sempurna, dan tak akan pernah menjadi sempurna. Kesempurnaan pada tataran manusia lebih merupakan ilusi daripada fakta. Itu bermakna manusia sempurna hanyalah gagasan, tak pernah ada dalam kenyataan. Konsekuensinya tak ada karya cipta manusia yang sempurna.

Tak ada manusia yang tak retas. Tak ada manusia yang tuntas. Begitupun karya manusia. Karena itu berkaryalah dengan apa yang kita bisa, kemudian diperbaiki, ditingkatkan secara terus menerus. Tak ada buku, tak ada inovasi dan penemuan sekali jadi dengan model instan.

Wc duduk membutuhkan waktu ratusan tahun sejak dibuat pertama kali sampai dianggap layak untuk digunakan secara luas. Namun, kini wc duduk terus dipercanggih hingga menjadi wc digital. Domba Dolly hasil kloning merupakan upaya yang melewati ribuan kali kegagalan, sebagaimana halnya bayi tabung. Coba cari apa ada inovasi dan karya terbaik dalam bidang apapun yang sekali jadi? Semuanya butuh proses panjang yang dimulai dari kesederhanaan. Berapa ratus kali proposal Walt Disney ditolak dan diperbaiki sampai akhirnya diterima dan menjadi besar seperti sekarang?Pesawat ulang alik yang dinyatakan memenuhi semua persyaratan saja bisa meledak di udara, dan terus diperbaiki serta dipercanggih sampai hari ini.

Pablo Picasso, Rembrant, Salvador Dalli, Hemingway, Sartre, Rendra, Amir Hamzah, Bach, Sting, dan banyak kreator lain memulai dari yang mereka bisa, sesuatu yang seadanya, sangat sederhana. Soros, Bill Gates dan Steve Jobs juga sama. Semua kreator dan inovator mengalami proses panjang untuk sampai di puncak kejayaan, mereka tidak memburu kesempurnaan. Tetapi secara tahap maju berkelanjutan, terus belajar dari kegagalan dan keberhasilan. Martha Tilaar tidak mulai dari membuka gerai di mal, tetapi melangkah pertama kali dari garasi mobil rumahnya. Ia tidak menunggu semuanya tersedia baru memulai.

Ayo, mulailah dari apa yang Anda miliki. Jangan pernah mengalah, apalagi menyerah. Karena, karya terbaik adalah hasil proses panjang yang butuh kesabaran dan keuletan.

Bila ada orang yang berprinsip, tak akan menulis buku jika tak bermutu. Maka orang seperti ini bukan saja tidak akan menghasilkan buku bermutu, bahkan tak akan pernah menulis buku.

Inovator dan kreator sejati adalah orang yang brani menghadapi kegagalan, tak pernah menyerah pada keterbatasan. Mereka bahkan menyiasati keterbatasan sebagai bagian dari upaya melampauinya. Percayalah,

KREATOR DAN INOVATOR SEJATI ADALAH ORANG YANG MELIHAT SISI POSITIF KETIDAKSEMPURNAAN DAN MELAMPAUINYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd