Dengarkan suara hatimu, pergilah ke mana suara hatimu mengajak. Suara hatimu datang dari palung terdalam hatimu, suara kemurnian. Percayalah pada suara hatimu yang tak pernah ragu-ragu dan tak pernah salah. Itulah rajutan kalimat emakku yang selalu diulang-ulang saat aku masih kecil.
Pada lain waktu emakku berucap, jangan lakukan apa pun jika kau tak ikhlas. Ikhlas adalah ruh semua perbuatan. Perbuatan apa pun tak ada nilainya bila tak dilandasi oleh keikhlasan.
Aku sangat percaya dan patuh pada emakku. Apa yang dikatakannya menjadi pedoman dalam hidupku, merupakan mercu suar dikegelapan, sampai hari ini. Aku meyakini, apa yang dikatakan emakku berakar dari pengalaman hidupnya yang panjang, dan dari penghayatannya terhadap keyakinan spiritualnya. Bukan dari sekolahan atau buku bacaan.
Sewaktu aku kecil, emakku selalu bercerita kala menjelang bobok. Aku suka heran darimana ia mendapatkan berbagai cerita yang tak pernah kudengar di sekolah. Aku ingat suatu malam emakku pernah bercerita tentang Nabi Muhammad. Emakku bilang, sebelum mendapat wahyu, sebelum menjadi Nabi, Beliau sering menyendiri setelah menyaksikan apa yang terjadi dalam masyarakatnya.
Menurut emakku, Nabi pergi menyendiri atas perintah suara hatinya, dan hening dalam kesendirian bukan untuk berfikir, tetapi menyimak kebeningan suara hatinya. Suara hati atau nurani selalu bening dalam keheningan, bagai sumur di tengah belantara. Tidak seperti fikiran yang selalu menggelegak bagai air mendidih.
Suara hati mengalir dari dalam diri, bagai mata air yang tak pernah kering. Suara hati menjaga diri dan hidupmu dengan terus menyuarakan kebenaran. Kebenaran bening murni yang tak butuh argumentasi. Kebenaran apa adanya, kebenaran yang sederhana tanpa cela.
Itulah sebabnya, suara hati mampu menegurmu dengan rasa bersalah bila kamu melakukan sesuatu yang tidak selaras dengannya. Rasa bersalah merupakan kekuatan yang datang dari keperkasaan suara hati untuk menjagamu agar tetap berada dan selalu bersama kebenaran.
Bagai tubuh yang selalu memberi tanda saat terjadi ketidakseimbangan dan gangguan, begitulah rasa bersalah muncul dari suara hatimu bila kau mulai melenceng dari kebenaran. Merupakan kewajiban bagimu untuk tetap memelihara kemurnian suara hati, agar rasa bersalah tetap dapat berfungsi menegur dan mengingatkanmu untuk terus berada dalam kebenaran.
Emakku bilang, tidak mudah menjaga kemurnian nurani, apalagi bila lingkunganmu telah berubah menjadi sampah busuk yang menjijikkan. Jangan heran bila Nabi memilih hijrah ke Madinah saat Mekkah dikuasai oleh gerombolan penjahat yang memegang tampuk kekuasaan dengan antek-anteknya pada hampir semua lini kehidupan.
Ketahuilah kejahatan dan penjahat yang mampu mengorganisir diri selalu bisa mengalahkan kebenaran untuk sementara waktu. Para gerombolan penjahat itu biasanya sangat kompak dan solid karena diikat oleh kepentingan duniawi, berbagi kuasa, jabatan dan penghasilan. Mereka bisa dan biasa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya. Itulah karakteristik penjahat dan kejahatan.
Percayalah, kejahatan dan penjahat tak akan pernah bertahan lama. Mereka tak pernah bisa sembunyikan kejahatannya dalam jangka panjang. Ada saatnya kejahatan mereka akan ngablak, terbuka habis tanpa tudung saji.
Jadi, jangan pernah berfikir saat memutuskan untuk hijrah, Nabi takut menghadapi kejahatan dan orang jahat. Nabi harus menjaga suara hatinya dan para pengikutnya. Itu adalah bukti betapa sangat tidak mudah menjaga suara hati.
Aku selalu merasa, dalam hidupku yang juga semakin panjang, bahwa ucapan emakku tetap bisa dijadikan pedoman saat menghadapi puting beliung kehidupan. Emakku seakan bercakap-cakap denganku melalui suara hati. Aku pastilah patuh. Aku tak mau jadi Malin Kundang di hadapan emakku, di hadapan suara hati. Apapun yang terjadi dalam hidup, tetaplah
DENGARKAN SUARA HATI, PERGILAH KE MANA SUARA HATI MENGAJAKMU.
Assalamualaikum Pak Nusa saya Fajar Wijaksana kelas non reg 2012 491517046
BalasHapusKomentar:
saya sependapat tentang apa yang dikemukakan tentang suara hati pak, saya terenyuh kedalam tulisan bapak yang seakan akan memberikan suatu cahaya terang yang masih ada di dalam tubuh kita, tapi bukan hanya saat zaman nabi saja pak kejahatan nurani diaplikasikan ke diri manusia bahkan sekarang di tempat tempat pendidikan pun hampir tidak ada hati nurani karna duniawi yang mengejar kekuasaan banyak orang orang ber'hati nurani bersih dijatuhkan dihancurkan, tapi kejahatan dari kekotoran nurani saya berani jamin tidak seberat saat zaman nabi Muhammad yang sampai hijrah, kita bisa menindas balik kekotoran nurani dengan suara hati kita yang tenang jernih dan bersih untuk menghapus kejahatan nurani di dunia ini dan jangan sampai kita kalah, kita berjihad ke jalan kebenaran yang pasti di ridhoi Allah SWT. dari tulisan bapak ini saya bisa menyemangati diri saya untuk bisa berbuat lebih benar lagi .Wassalam