Nr (14 tahun) anak wanita, anak keempat dari lima bersaudara. Kakaknya dua perempuan, satu lelaki, dan adiknya seorang perempuan. Ibunya mengutip buah dan sayur, bapaknya meninggal ketika adiknya berusia dua tahun.
Untuk ukuran anak pasar, Nr tergolong cantik dan cerdas. Karena tidak pernah sekolah ia ikut paket A di Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN). Ibunya mengijinkan Nr ikut paket A bila penghasilannya mengutip sayur membantu ibunya diganti. Sebagai kompensasi, ibunya kemudian diberi modal untuk menjual sayur.
Nr anak yang rajin, ia minta belajar 'ngebordir' dan dibiayai. Hasil bordirannya rapih dan bagus. Nr sungguh anak yang membanggakan. Ia sangat rajin. Setelah bisa ngebordir dia bisa hasilkan uang dari keterampilan barunya ini.
Ia juga rajin mengikuti berbagai pelatihan keterampilan yang diselenggarakan YNDN. Ia pernah mengikuti pelatihan daur ulang barang bekas, menjahit, membatik, dan merangkai bunga. Dalam pelatihan apa pun, hasil kerja Nr selalu rapih dan bagus. Ia sudah bisa membuat tempat tisu, tas, taplak meja, dan dompet dari bekas sedotan. Karena rapih dan bagus, segera laku terjual.
Lulus ujian persamaan SD, Nr minta sekolah di SMP biasa. Setelah mendapat izin ibunya, Nr disekolahkan di SMP swasta. Ibunya berjualan, Nr sekolah. Ia sekarang sudah bisa membuat janur selain tetap 'ngebordir', juga masih rajin mengolah bekas sedotan.
Setelah sekolah dan rajin memproduksi berbagai hasil keterampilan, Nr benar-benar tidak mau lagi menjadi pengutip buah dan sayur. Ia habiskan waktunya untuk membuat berbagai keterampilan yang bisa hasilkan duit. Kini ia jadi andalan ibunya yang lebih sering sakit. Nr memang menggunakan penghasilannya untuk menopang hidup keluarganya. Meski masih tergolong anak-anak, ia adalah andalan atau tulang punggung keluarganya.
Ibunya sakit, ada gangguan paru-paru, sesak nafas, dan minta diantar pulang ke kampung. Ibunya mau Nr tetap di Jakarta. Karena masih sekolah dan sudah bisa menghasilkan uang, untuk sementara Nr dititipkan pada kakak perempuannya.
Bulan Ramadhan, Nr ikut Pesantren Ramadhan anak jalanan yang diselenggarakan YNDN dekat stasiun kereta api Pasar Minggu. Ia sangat gembira karena bisa berkumpul dengan banyak anak dari berbagai tempat pembinaan. Namun, yang paling membuatnya sangat gembira adalah, ia akan mengajar anak-anak mengolah bahan bekas, terutama bekas sedotan. Sudah lama ia menunggu kesempatan ini. Para kakak pembina memang sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk pelatihan ini. Nr sudah bercerita kepada teman-temannya bahwa ia akan mengajar mereka. Teman-temannya juga sangat senang.
Pada hari kedua pesantren Ramadhan, menjelang buka puasa, kakak perempuan Nr datang dengan berurai air mata. Ia minta izin mau membawa Nr pulang kampung karena ibu mereka sakit keras. Panitia mengizinkan dan menawarkan diri untuk mengantar. Kakak perempuan Nr menolak tawaran itu. Ia bawa Nr dengan tetap menangis. Kami beri bantuan dana agar mereka bisa segera ketemu ibunya yang sakit.
Dua hari kemudian ketika anak-anak sedang taraweh di lapangan di depan tenda tempat mereka menginap, ada suara tangisan. Beberapa kakak pembina bergegas ke arah tangisan itu. Di kepekatan malam gulita, di bawah pohon Nr nangis sesegukan. Kakak pembina perempuan memeluknya. Nr tambah kencang tangisnya. Kemudian Nr dibawa menjauhi tenda dan lapangan.
Sepanjang jalan Nr menangis dan memaki, ia menyumpahnyerapahi kakaknya. Di antara sumpah serapah itu terucap 'Aku dijual kakakku.' Kami semua kaget dan belum mengerti apa yang sesungguhnya terjadi antara Nr dan kakaknya.
Semalaman mereka tenangkan Nr. Ia bercerita, ia dipaksa melayani lelaki yang sudah tua, kakaknya yang memaksa membuka bajunya. Ia menolak dan menangis, tetapi kakaknya tetap memaksa. Nr memang kelihatan kacau, wajahnya pucat, rambutnya berantakan dan seluruh tubuhnya terus saja gemetaran.
Beberapa relawan pria langsung menuju kontrakan kakak Nr pada dini hari. Sesampai di sana didapati kontrakan itu kosong dan lampunya padam. Tetangga bilang kakak Nr sudah beberapa hari tidak pulang, katanya pulang kampung melihat ibunya sakit. Ketika ditanya apakah kemarin Nr dibawa ke mari. Mereka bilang tidak.
Setelah bertanya dengan kenalan Ibu Nr, kami mendapatkan alamatnya di kampung. Subuh itu kami menuju kampung Ibu Nr. Karena sulit mencarinya, baru menjelang buka puasa kami temukan tempat tinggal Ibu Nr. Ia tidak sakit parah, bahkan sudah mulai sehat. Kakak Nr tidak pernah pulang kampung, sudah tiga bulan ini. Ibunya menanyakan kabar Nr, sebab ia tahu Nr masih rajin mengikuti berbagai kegiatan di YNDN.
Dengan berat hati kami ceritakan apa yang menimpa Nr dan bagaimana keadaan Nr sekarang. Ibu Nr sama sekali tidak kaget, ia menanggapi dengan datar saja. Kemudian ia berucap," Ya biarin aja. Nr begitu karena belum biasa, masih sakit. Ntar lama-lama juga biasa. Gak apa-apa Nr begitu. Dulu kakaknya Nr, saya yang jual ke jagoan pasar. Udah biarin aja."
Ibunya mengucapkan kata-kata itu dengan nada yang sangat biasa. Tak ada rasa kaget dan sedih. Ia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda marah. Sungguh omongannya sangat datar. Ia meminta kami untuk ngurusin Nr. Ia juga memohon kejadian ini gak usah dipanjang-panjangin. Ia malah memberi petuah bahwa setiap orang telah ditentukan jalan hidupnya. Apa yang dialami Nr itu adalah jalan hidup Nr. Baginya yang penting Nr masih hidup dan bisa tetap mencari rezeki untuk membantu hidupnya dan adik-adik Nr.
Kami bengong, terkesima, kaget dan geram. Mau marah sama siapa? Seorang ibu kandung yang sudah mulai renta sama sekali tidak kaget, marah dan sedih anak gadisnya dijual. Bahkan ia pun ternyata pernah menjual anaknya, kakak Nr yang kini gantian menjual Nr. Ia bahkan meminta kami tidak usah mempersoalkan perilaku kakak Nr yang tega menjual adik kandungnya sendiri.
Setelah itu kami berkonsentrasi memulihkan Nr dan mencari kakaknya yang hilang lenyap seperti dihisap lumpur hidup di tengah hutan. Beberapa relawan mencoba mengusahakan persoalan ini diselesaikan melalui jalur hukum. Kami bersepakat mencari kakak Nr sampai ketemu dulu dan memulihkan Nr. Ternyata menggunakan jalur hukum persoalannya akan sangat berbelit-belit dan panjang. Sementara kakak Nr tidak pernah bisa diketemukan lagi. Pemulihan Nr kemudian menjadi prioritas.
BILA ANAK DIHAYATI SEBAGAI KOMODITI, APA PUN BISA TERJADI PADANYA.
Nama saya Anzani Mutiara, kelas P.IPS A 2013. Saya sangat kaget begitu membaca tulisan Bapak yang berjudul “Aku Dijual Kakakku”, sebuah kenyataann yang memilukan saat seorang ibu dengan tega membiarkan anaknya sendiri dijual oleh kakaknya. Hal menyedihkan yaitu pasti rasa trauma yang diderita NR sulit hilang. Seorang anak yang cerdas dan rajin seperti NR harusnya dikembangkan, bukan dijerumuskan. Meskipun keadaan yang sulit, namun tidak sepantasnya seorang anak yang jadi korban. Seorang anak yang sewajarnya diberi kasih sayang dan rasa aman, akan membantu anak tersebut tumbuh menjadi pribadi yang berakhlakul karimah. Memang dalam kasus ini sulit ini untuk memarahi kakanya, karena ibunya pun membiarkannya yang dapat dilakukan yaitu mengobati korban dalam hal ini yaitu NR untuk bisa bangkit dan melupakan kejadian yang menyedihkan ini, agar ia tidak mengikuti jejak kaka dan ibunya itu.
BalasHapus1. Bagaimana cara agar tidak ada kasus seperti ini lagi ?
2. Apa yang bisa kita lakukan agar kaka dan ibunya berjalan dijalan yang benar ?
3. Apa yang dapat dilakukan agar trauma yang dialami NR dapat hilang ?
Nama : Anggie Nur Swastika
BalasHapusNIM : 4915131406
Kelas : P.IPS A 2013
Sebagai orangtua seharusnya tidak membiarkan hal ini terjadi. Karena hal ini dapat merusak martabat seorang anak yang diperalat oleh kakaknya dan ibunya sendiri. Setidaknya orangtua hadir di dalam pribadi anak untuk membimbing, mengajarkan, dan menasehati bukannya membuat anak terjerumus ke dalam lubang setan yang dapat merugikan anak tersebut. Anak itu harus dijaga dengan sebaik-baiknya agar terhindar dari bahaya-bahaya yang tidak kita inginkan. Apa yang terjadi karna hanya untuk kepentingan semata yang dapat merusak semuanya. Contohnya uang, karna uang bisa membuat orang jadi gelap mata dan dapat membuat orang bertindak yang tidak-tidak. Pelajaran yang dapat kita ambil jangan karna masalah kepentingan sendiri anak menjadi korban untuk memecahkan dan menyelesaikan semua masalah yang membelit keuangan keluarga. Kita dapat mencari jalan keluar untuk menyelesaikan semuanya tidak perlu dengan jalan pintas yang dapat merugikan orang lain.
Pertanyaan
1. Bagaimana peran semua orangtua agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi untuk ke depannya ?
2. Bagaimana langkah-langkah yang dapat diambil orangtua untuk menyelesaikan kejadian ini ?
3. Mengapa hal ini sering terjadi dikalangan masyarakat menengah kebawah. Apa faktor yang sangat mendasar untuk masalah yang seperti ini bisa terjadi ?