Kemuliaan hati bisa tumbuh dalam diri siapa saja. Pun dalam diri seorang lonte.
Namanya R. Ia sedang mengikuti pelajaran di kelas enam madrasah ibtidaiyah pada pagi yang cerah itu. Tiba-tiba bu guru memanggilnya. Ia diminta keluar kelas. Di luar, bapaknya sudah menunggu dengan sepeda. Tak jelas apa yang diucapkan bapaknya. Bapakya meminta ia naik ke boncengan sepeda dan mereka menuju pulang. R bahkan tak sempat mengambil bukunya yang masih ada di meja. Bapaknya memaksa agar segera pulang. R tak pernah menyangka ia tak pernah bisa datang lagi ke sekolah yang membuatnya selalu gembira karena bisa belajar dan bermain dengan teman-teman.
R bingung selama dalam perjalanan pulang. Sesekali ia masih melihat ke belakang. Menatap sekolahnya. Ia bayangkan teman-temannya yang lagi belajar. Ia kaget karena bapaknya meminta ia turun. Rupanya sudah sampai di rumah. Ia bertanya-tanya dalam hati, mobil siapa yang diparkir di depan rumahnya yang reot. Saat masuk rumah ia kaget, ada lelaki sangat tua duduk di kursi rombeng ruang depan sedang bercakap-cakap dengan si mbok. Si mbok menyambut kedatangannya, dan memintanya menyalami lelaki sangat tua itu. Uban merata di kepala lelaki tua yang berkacamata itu. Setelah bersalaman ia masuk ke bagian dalam rumah. Kedua adik perempuannya masih di sekolah, jadi rumah kosong. Ia lihat ada tas kecil di dekat dipan, tempat tidur kayu. Ia periksa. Ia semakin kaget karena berisi pakaiannya.
Tak lama berselang, si mbok menyusulnya. Si mbok dengan lembut memintanya duduk di pinggir dipan. Si mbok memulai percakapan, "Nduk, maafin bapak dan si mbok ya. Hanya kamu yang bisa mbantu keluarga kita. Kamu nanti ikut pak haji. Gak bakal lama. Nanti kamu bisa sekolah lagi. Si mbok juga sedih, tapi kan gak bakal lama".
R sama sekali tak mengerti ada apa. Tetapi dia mulai merasa dadanya sesak. Air mulai mengalir deras di matanya. Ia sungguh tak dapat menggerakan lidah dan bibirnya. Ada keinginan untuk bertanya, namun yang ia rasakan tubuhnya gemetar. Tak berapa lama ia merasa semuanya seperti gelap, nafasnya sesak. Ia tak ingat apa yang selanjutnya terjadi.
Kala sadar ia tertidur lemah di tempat tidur yang bagus. Kamarnya indah dan wangi. Perlahan, dalam pandangan agak buram ia lihat bapaknya duduk di pinggir tempat tidur. Bapaknya mengusap telapak tangan R. R perlahan mencoba duduk. Kala mampu duduk dan dengan tegas melihat wajah bapaknya, R mulai bingung lagi mau berbuat apa. Ia memilih diam. Bapanya juga diam. R mulai nangis. Bapaknya berbicara dengan suara agak berat, "Nduk, Bapak mohon kamu baek-baek di sini dengan pak haji ya. Pak haji sudah nolongin keluarga kita. Cuman kamu yang bisa nolong bapak ama si mbok dan adik-adikmu. Bapak mau pulang. Nanti si mbok dan adik-adikmu datang ke sini. Bapak pamit ya". Si bapak mencium kening R. Tampak ia juga ragu tinggalkan R.
R merasa tiba-tiba dirinya diserbu dan dicekam sepi, sepi yang nyeri. Badannya terasa linu. Ia sama sekali tak faham ada apa ini. Dalam sepi sendiri itu ia mulai mengingat tetangganya, teman sebaya yang dibawa ke kota dan tidak pernah pulang sampai kini. Apakah ia bernasib sama dengan temannya itu. Samar-samar ia mulai mengerti mengapa si mbok sangat bangga dengan kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya. Ia pun sangat bangga. Sekarang, untuk pertama kali, ia merasa sangat menyesal menjadi perempuan cantik bertubuh molek. Bila saja ia sama dengan kebanyakan temannya, pastilah ia masih di sekolah sekarang ini.
Ia mulai menenangkan dan menghibur diri. Ia ingat ucapan si mbok dan bapak, bahwa ia telah menolong keluarganya. Hanya kata-kata ini yang membuat ia merasa enakan.
Inilah awal kisah R berkorban untuk keluarganya. Sekitar empat bulan ia tinggal di rumah pak haji. Suatu sore ia diantar pulang oleh supir pak haji. Ia terperanjat karena rumahnya kini menjadi lebih baik. Ia berlari bersimpuh di depan si mbok. Kedua adiknya memeluknya. R merasakan kebahagiaan luar biasa bisa berkumpul lagi dengan kedua adik perempuannya. Ia membawakan sejumlah hadiah yang tergolong mahal. Pakaian, tas, boneka, makanan, peralatan sekolah, dan beragam asesori anak wanita. R mau tunjukkan kasih sayang pada adik-adiknya.
R menikmati kebersamaan dengan adik-adiknya. Ia bawa adiknya jalan-jalan. Ketika adiknya bertanya ke mana saja ia selama ini, dengan fasih, seperti sudah terlatih, ia bilang bekerja di Bandung, ikut pak haji yang punya toko pakaian. R meminta adiknya belajar sungguh-sungguh. Jangan sampai seperti dia yang hanya bekerja di toko baju.
Harapan R untuk sekolah lagi pupus. Rupanya bapaknya sudah berhasil mencarikan lelaki pengganti pak haji. Lebih muda dan ganteng pula. R memang kecewa, namun kali ini tampaknya ia sudah lebih siap menghadapinya. Saat harus pergi ke tempat kelaki itu, ia lebih tenang diboncengan motor bapaknya.
Meskipun baru pertama bertemu, R langsung bisa akrab dengan lelaki itu. Kali ini ada rasa suka, karena lelaki itu muda dan ganteng. R berharap bisa memiliki anak dengannya.
Hari-hari berlalu. R tahu bila ia hanya wanita simpanan. Lelaki ganteng itu telah memiliki tiga istri. Kelihatannya lelaki itu pejabat. Mungkin lurah di suatu tempat yang agak jauh dari tempat tinggalnya bersama lelaki itu. Lelaki itu baik, sering ngobrol dengannya, beda betul dengan pak haji yang baru nyamper jika ingin 'mengasah pedang'. Di meja makan pun, pak haji jarang bicara, hanya makan bareng. Sekarang ia bisa ngobrol saat makan atau menonton televisi. R merasa ini rumah tangga beneran. Ia sangat berharap kali ini bisa langgeng. Tidak seperti dengan pak haji, sangat singkat. Hanya dalam hitungan bulan.
Namun, R harus kecewa. Masih dalam hitungan bulan, ia harus kembali ke rumah keluarganya. Ia juga kaget, sekarang rumahnya sudah sepenuhnya batu, dan ada kios permanen di depan rumahnya. Sewaktu ia kembali sore itu, adik-adiknya sedang menjaga kios yang berisi makanan kering dan beragam kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, kopi, dan makanan kering lainnya. Si mbok bilang, ini semua merupakan hasil kerja kerasnya. R merasa senang dalam hati, karena sungguh bisa membantu keluarga.
Kali ini agak lama ia di rumah. Ia sudah tahu berbagai cerita yang berkembang tentang dirinya. R sama sekali tidak terpengaruh. Bukan ia sendiri yang seperti ini. Banyak tetangganya yang juga seperti ini. Si mbok sudah menanamkan sejumlah petuah, bahwa mereka yang ngeributin dirinya cuma iri dengan rumah bagusnya, dan kiosnya yang terbilang lengkap, juga motor baru bapaknya. Mereka, meski sudah seperti dirinya, namun tidak mendapatkan sebanyak yang dia dapatkan. Kali ini R benar-benar mensyukuri kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya. Sebagai tanda syukur si mbok secara teratur telah menyisihkan penghasilannya untuk membangun masjid yang terbilang besar dan megah di wilayahnya tinggal. Si mbok juga rajin memberi sedekah pada anak yatim. Pak ustaz bilang pahala perbuatan baik dapat menghapus dosa perbuatan jahat. Karena itu si mbok rajin bersedekah dari penghasilan si R. R merasa ia telah banyak berbuat kebaikan, si mbok yang selalu yakinkan ia.
R sudah gak kepikiran mau sekolah lagi. Ia sungguh mau membantu keluarganya dengan apa yang dia bisa. Dalam masa tunggu ini, ia selalu berbincang dengan si mbok tentang lelaki. Ia mulai mengedepankan secara terbuka pada si mbok, lelaki kayak apa yang dia inginkan. Ia katakan pada si mbok kehendaknya untuk berumah tangga beneran, punya suami yang menyayanginya dan punya anak. Si mbok bilang, nanti ada waktunya. Sekarang belum saatnya karena R terlalu muda untuk menjadi seorang ibu. Wong, anak-anak koq mau punya anak, kata si mbok. R menimpali dengan santai, tapi kan udah bisa bikin anak. Makin pinter rupanya anakku, gumam si mbok.
Kelihatannya kali ini si bapak tidak mudah untuk mendapat lelaki berikutnya. Karena kelamaan di rumah, R mulai bertanya pada bapaknya apakah sudah ada lelaki yang mau dengannya. Bapak selalu bilang, sabar.
Akhirnya lelaki yang ditunggu datang juga. Kali ini usianya lebih dekat ke pak haji. Tampilannya tampak kurang menyenangkan. Pada mulanya R kelihatan tidak mau. Si mbok meyakinkan lelaki itu sangat baik. Bapak bilang pada si mbok, lelaki itu tawarannya paling tinggi, jadi si mbok harus yakinkan agar R tidak menolak. R juga diminta si mbok menceritakan cerita bagus. Maksudnya, R ngaku baru pertama kali kenal lelaki ya dengan pak haji yang sudah sangat tua itu. R harus bilang, pak haji dulu sudah sangat tua dan sakit-sakitan, jadi gak bisa berbuat banyak. Pada mulanya R tidak faham. Setelah berkali-kali dijelaskan si mbok, akhirnya R faham. Ini soal membantu ekonomi dan kehidupan keluarga.
Memang berbeda lelaki yang satu ini. Meski tampaknya kurang menyenangkan, tetapi ia sungguh baik. Sabar, dan sangat mengayomi. R betah dengannya. R sangat ingin punya anak. Ia fikir jika sampai punya anak, mungkin ia tidak perlu harus gonta-ganti lelaki lagi. Ia memang benar-benar ikhlas membantu keluarga. Namun, ia ingin juga menikmati kehidupan rumah tangga seperti wanita lainnnya. Memiliki anak dan hidup tenang. Ia tenang, si mbok, bapak, dan adik-adiknya juga tenang.
Apa mau dikata, jalan hidup tak selalu mengikuti kendali kita. Ada saja jalan berbelok, mendaki, dan menurun, bahkan curam. Lelaki baik itu mendapat serangan yang membuatnya sungguh tak berdaya karena komplikasi diabetes dan darah tinggi. Diduga ada gangguan pada otak. Ia mulai pemarah, kurang sabar, dan penghasilannya tidak lagi sebesar seperti saat sehat. R mulai limbung. Usia dan pengalamannya belum memberi ia kemampuan untuk hadapi ini.
Si mbok memang cekatan, ia segera ambil si R, dan meminta bapak membawanya ke tempat yang jauh. R tidak tahu apa rencana bapak dan si mbok. Suatu sore bapak membawanya ke Bandung dengan mobil carteran. Di Bandung ia diserahkan pada seorang lelaki pendek dan gendut. Dari warna kulit, mata sipit dan cara bicara, R tahu dari mana asal lelaki itu. Bapak turun dari mobil, bicara dengan lelaki gendut di dekat mobilnya. Si lelaki memberi kantong plastik hitam. Kemudian bapak kembali ke mobil, meminta R cepat-cepat turun dan pergi ke mobil lelaki itu. Bapak cuma bilang, nduk, hati-hati ya, jaga dirimu.
R masuk ke mobil itu, dan mobil mulai berjalan. Hari sudah malam, dan hujan gerimis. Mobil terus berjalan, si lelaki mengajak ngobrol. Ia sangat ramah. Ia sodorkan coklat pada R. Berjalan hampir dua jam, mereka berhenti di restoran. Sewaktu makan malam, lelaki itu sungguh menunjukkan keramahan dan perhatian. Rupanya setelah makan malam mereka tidak melanjutkan perjalanan. Malam itu R tidur bersama lelaki itu di penginapan kecil. R sudah terbiasa dengan ritual kayak gini, dia jalani saja dengan tenang, dan juga menikmatinya.
Selesai sarapan pagi perjalanan dilanjutkan. Lama berjalan, akhirnya mereka sampai di suatu tempat. Lelaki bilang, ini Jakarta. R baru pertama kali injakkan kaki di Jakarta. Di depannya kini ada bangunan empat tingkat. Pagarnya sepenuhnya tertutup fiber hitam. Ia turun dari mobil membawa tas pakaian. Dari dalam rumah keluar seorang wanita paruh baya menyambutnya. R merasa tenang karena wanita itu menyapanya dengan bahasa daerahnya yang diucapkan dengan medok. R merasa seperti berkunjung ke rumah buk denya.
Masuk rumah, ia mendengar suara ribut orang bercanda. Ia makin senang karena bahasanya ia kenal betul. Ia berfikir, dunia ini sempit. Kemana pun pergi, ya ketemu orang sekampung terus. Di lantai dua, ia melihat banyak wanita muda, sebagian sebaya dengannya menggunakan pakaian yang tergolong seksi. Kelihatan mereka semua gaya dengan potongan rambut modis dan penuh warna. Beberapa ia lihat sangat cantik dengan rambut pirang. Ia diperkenalkan dengan mereka satu per satu. Mereka berkenalan dengan bahasa daerah. R merasa tenang dan senang. Tetapi memang kelihatan, meski belum didandani seperti mereka, R tampak lebih cantik dari mereka. R merasa, beberapa di antara mereka melihatnya dengan pandangan yang kurang menyenangkan.
R diberitahu di mana kamarnya. Setelah sedikit berbincang dengan teman-teman barunya, R dipanggil wanita paruh baya yang tadi menyambutnya. Bersama dengan wanita itu ada wanita yang sedikit lebih tua dari R. R diberi tahu apa yang menjadi pekerjaanya, dan semua peraturan yang harus dia ikuti. Nanti sore, wanita muda itu akan membawanya belanja pakaian baru dan perlengkapan wanita lainnya. Nanti ada yang mengajarinya berdandan. R harus mengerti, Jakarta kota besar. Tidak cukup hanya bermodalkan wajah cantik. Harus kelihatan menarik, seksi dan menggoda.
Kala membeli pakaian, R hanya menuruti. Ia benar-benar asing dengan model pakaian dan pakaian dalam yang dibelikan. Warna dan modelnya betul-betul aneh baginya. Ia mulai mikir, mau kemana dengan pakaian seperti itu? Rasanya seperti tidak menggunakan pakaian jika mengenakannya. Ia hanya diam. Ia kuatkan hati, ia kemari mau membantu keluarganya, terutama adik-adiknya
Di pondokan baru, malam itu ia dilatih menggunakan semua pakaian yang aneh itu, termasuk pakaian dalam. Ia juga dilatih menggunakan sepatu hak tinggi. Ia takut jatuh atau kepletok. Ia diminta memperhatikan bagaimana gaya dan sikap teman-temannya saat ada lelaki yang datang untuk melihat dan memilih. Ia jadi faham, mengapa harus mengenakan pakaian yang aneh-aneh itu.
Ia belum boleh menerima tamu. Malam itu ia disuntik. Semua wanita di sini rutin disuntik agar tidak hamil dan tidak kena penyakit. Malam itu ia diminta memperhatikan dengan cermat bagaimana sikap terhadap tamu.
Malam itu juga ia ditemani menonton film porno. Wanita paruh baya itu menjelaskan bagaimana cara melayani tamu. Sewaktu menyaksikan film itu hatinya sungguh bergetar. Ada rasa jijik dalam hatinya. Ia bertanya, apa harus begini untuk mencari uang. Banyak adegan dalam film itu menurutnya hanya pantas dilakukan binatang. Ia sering menunduk dan memejamkan mata saat menyaksikan berbagai adegan tak pantas itu.
Wanita paruh baya malah memutar ulang adegan yang ia tak ingin lihat. Ia mulai merasa terguncang. Ia mulai ketakutan. Seperti dulu di kamar pak haji untuk pertama kali. Ia merasa tenggelam dalam sepi yang nyeri. Ia mulai menangis.
Malam itu ia tak bisa tidur. Teman sekamarnya tampaknya mengerti persaannya. Ia kemudian bercerita bagaimana persaannya waktu pertama sekali datang ke tempat ini. Ia pun punya persaan yang sama. Temannya meyakinkan, lama-lama ia akan terbiasa. R tetap saja gundah.
Malam itu R mendengarkan cerita temannya itu mengapa dan bagaimana ia sampai ke tempat ini. R merasa sangat bersyukur karena nasibnya lebih baik dari temannya ini. Karena temannya ini tidak secantik dan semolek R, jalan hidupnya lebih banyak liku dan kerikil. Lewat temannya ini R jadi tahu, ada ribuan anak seperti mereka. Bos pemilik tempat ini, memiliki banyak tempat seperti ini. Rupanya tiap tiga bulan mereka harus pindah, agar nanti bisa diperkenalkan sebagai anak baru dari kampung. Si bos punya tempat begini di Surabaya, Medan, Makasar, Bandung, dan Batam. Di Jakarta ada lima tempat. Temannya itu pernah bertugas di Surabaya dan Batam. Bulan depan ia akan dipindah ke Makasar. Di Batam, si bos punya ratusan wanita pekerja, karena ada yang khusus tari seksi. R sama sekali tidak tahu apa itu nari seksi. Ia makin gundah. Saat temannya tidur, R berdoa. Ia minta Tuhan membawa si mbok ke mari agar ia bisa pulang. Ia menangis sampai pagi.
Sewaktu mandi pagi, R diminta mandi di lantai tiga. Ada kamar mandi besar di situ. Di kamar mandi itu ada beberapa wanita sebayanya. Mereka semua telanjang bulat. R diminta membuka bajunya. Ada cermin besar di kamar mandi itu. R diminta memperhatikan tubuhnya yang telanjang di depan cermin besar itu. Mereka menunjukkan bagian-bagian tubuhnya yang harus mendapat perhatian khusus. Ia diminta mengangkat tangannya. Ia diminta segera membersihkan rambut di ketiaknya dengan cairan dan alat tertentu. Pada bagian-bagian tertentu di tubuhnya, yang warnanya tidak semulus tempat lain, ia diminta perhatikan apakah ada warna yang kusam atau jika ada sedikit benjolan, nanti akan dibersihkan. Dia diajari menggunakan sejumlah cairan dan alat untuk membersihkan bagian-bagian tubuhnya, terutama yang warnanya dianggap mengganggu.
Tak berapa lama wanita paruh baya ikut masuk ke kamar mandi yang pintunya tidak ditutup. Ia meminta R duduk di dudukan wc dan melebarkan kedua pahanya ke arah luar. R jadi tampak agak ketakutan. Rupanya wanita itu memeriksa dengan cermat lubang kemaluannya. Ia memeriksa bentuk, warna dan aromanya. Dia bilang pada R, kamu pinter ya jaga hartamu. Ia juga memeriksa lubang dubur R. Kemudian ia memberi perintah kepada teman-teman R untuk mengajarkan bagaimana membersihkan harta itu dengan cairan dan alat tertentu. Mereka bilang agar tetep sedep, legit, dan ohe. R bingung. Teman-temannya sungguh kagum, karena tubuh R sangat indah. Mereka yakin R akan segera jadi primadona, dan akan sering dipindah-pindahkan. Malah ada yang bilang, jangan-jangan jatah bos besar, karena kemarin bos besar yang jemput dan nyobain. Mendengar kata nyobain, R nyeloteh, dikira sandal jepit apa?
R kembali diminta menonton film porno, kali ini dengan para teman yang sudah berpengalaman atau senior. Bedanya kali ini filmnya dibuat berjalan lambat saat adegan oral seks. Para senior memberi macam-macam komentar. Ada senior yang memperagakannya menggunakan alat peraga berbentuk kemaluan lelaki. Pastilah heboh dan penuh canda tawa dan saling ledek. R tampak merah mukanya, dan merasa sangat tidak suka. Ibu separuh baya yang dipanggil mami oleh para wanita itu mengingatkan agar anak buahnya terus meningkatkan kemampuan menyervis. Saat ada anak asuh yang bercanda meminta si mami memeraktikkan, si mami mengambil alat peraga dan menggunakannya seperti mikrofon dan bernyanyi. Semua mereka tertawa ngakak. Rupanya oral seks merupakan menu wajib yang harus dilakukan. Kala R diminta melakukan, ia nampak enggan. Ketika dipaksa, R lakukan dan dia muntah. Mami meminta yang lain berdandan karena hari sudah mulai siang.
Beberapa hari R tidak berada di penampungan. Teman-temannya mengira dia dilatih khusus di tempat lain. Ternyata dia tinggal di rumah bos besar. Cukup lama R tinggal bersama bos besar. Dia benar-benar menikmati semua kemewahan orang kaya. Tetapi akhirnya R dipulangkan ke tempat penampungan. R sangat sedih, tetapi dia merasa terhibur karena selama di rumah bos besar, pundi-pundinya bertambah sangat banyak.
Rupanya R dianggap sudah waktunya menerima tamu. Akhirnya ada seorang lelaki tua yang membokingnya. Sampai tiga hari. R dibawa ke puncak. Mereka dibolehkan menerima tips atau uang tambahan dari tamu. R tentu menyelipkan bonus untuk mami. R laris manis, ia jadi rebutan. Biasalah, sejumlah teman mulai tak menyukainya. R rupanya sudah diajari mami cara menghadapi teman-temannya yang iri padanya.
Waktu terus bergulir, bergerak tanpa terasa. R sudah hampir setahun di penampungan. Dia sudah mengalami pindah tempat ke Batam, Surabaya, Makasar dan Medan. Saat akan dikembalikan ke Jakarta, dia memilih keluar. R merasa, mesti penghasilannya besar ia tidak suka berada di tempat ini. Sama sekali tidak ada kebebasan. Kala sedang haid, ia dibolehkan pergi berbelanja. Tetapi setiap kali keluar pondokan, mesti dikawal keamanan pondokan. Ia juga tidak suka karena tidak boleh pacaran. Keluar dari pondokan tentulah tidak mudah. Rupanya R telah pintar berstrategi, ia dibantu tamu langganan yang sayang padanya. Ia pura-pura akan dipelihara oleh tamu itu. Tentu saja ada kompensasi yang harus dibayarkan. R merasa senang bisa keluar dari tempat itu. Ia sempatkan pulang kampung dan berkumpul bersama dengan keluarganya. Ia sangat sayang pada adik-adiknya. Ia bawakan beragam hadiah berharga.
Suatu malam, di teras rumahnya bersama seseorang yang dekat dan dipercayanya ia curhat. Malam makin larut, R mulai larut dalam persaan yang tak karuan. Sambil agak gemetar ia bilang pada orang itu. Aku ini lonte. Bapak dan mbok menjual aku berkali-kali. Dalam keremangan tampak matanya berkaca-kaca, ada cahaya memantul dari air matanya. Ia menahan nafas. Terasa nafasnya berat. Aku akan terus jadi lonte. Jadi lonte itu gak enak banget. Tapi aku mau terus jadi lonte. Kalo aku brenti jadi lonte, bapak dan mbok pasti jual adik-adikku. Aku gak sudi mereka dijual kayak aku. Aku mau mereka tamat aliyah, aku mau mereka jadi orang bener, wanita yang shalehah. Aku rela jadi lonte, pokoknya mereka tetep bisa sekolah. Aku mau bapak dan mbok seneng, gak usah mikirin cari duit, gak usah kerja keras. Jaga kios aja. Nampak ia tak dapat menahan air matanya. Dengan agak gemetar, ia berucap mantab, aku ikhlas jadi lonte, demi adik-adik, demi mbok ama bapak.
SEBAGIAN ORANG TUA MEMANG MENGANGGAP ANAK ADALAH BARANG BERHARGA YANG PANTAS DIJUALBELIKAN BAGAI SANDAL JEPIT.
Assalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusSaya Shaiba Ayu Widyawati P.IPS Reguler B 2013
Kagum sekaligus kaget membaca tulisan bapak yang satu ini, kagum karena bapak dan tim bisa melakukan penelitian serumit ini dan data yang di dapatkan pun memang bisa dibuktikan kebenarannya. Ironis ketika saya membaca sosok si R yang rela melalukan semua itu, namun saya pun
Bangga kepada sosoknya yang ikhlas melakukan apapun demi kebahagiaan keluarga terutama adik-adiknya itu. Meskipun dengan cara menjual semua itu dengan cara yang tidak halal. Memang ironis ketika kita tau pada zaman ini uang memang penguasa segalanya dengan uang orang bisa melakukan apa saja menyulap apa saja yang tidak dia miliki menjadi ia miliki. Semua orang rela melakukan apa saja demi mendapatkan uang itu, namun sungguh ironis dan menjijikan ketika uang tersebut di samakan dengan apa yang menjadi harta kita aurat kita. Tapi disini pun saya tidak bisa menyalahkan sosok R sepenuhnya karena disini peran orang tua nya lah yang menguasai sepenuhnya anak itu akan dibuat seperti apa , akan dibawa kejalan yang baik atau buruk. Namun yang jadi pertanyaan saya ialah, apa sesungguhnya peran orang tua itu ketika melihat anaknya diperlakukan seperti itu? Bagaimanakah perasaannya mereka? Bukankan anak tersebut merupakan titipan dari tuhan dan menjadi sebuah amanah yang nantinya pasti akan di pertanggung jawabkan? Dan mengenai penelitian bapak ini, dari mana bapak mengetahui kasus seperti ini? Dan cara atau metode apa yang bapak gunakan dalam memilih topik atau permasalahan dalam penelitian ini? Cukup kah metode penelitain kualitatif saja yang digunakan dalam mendapatkan sumber-sumber atau cerita dari pelaku nya tersebut? Bisakah dalam penelitian ini kami pun menggunakan metode kuantitatif dengan menghubungkan teori yang ada dengan realita? Terimakasih, wassalamu'alaikum wr.wb
HIMAWAN WIGUNA
BalasHapus4915133410
P.IPS REG B 3013
komentar saya tentang anak, kekerasan dan pengorbanan, di dalam tulisan tersebut tidak ada unsur kekerasan. perilaku orang tua (bapak) dan mbok pada tulisan tersebut sungguh tidak mencerminkan perilaku yang baik. di dunia ini materi memang segala galanya. tulisan tersebut juga menceritakan bagaimana mudah dan cepat mendapatkan uang. apakah bapaknya tidak memikirkan masa depan anaknya? bagaimana jika bapaknya itu berada di posisi R? apakah akan bersedia berkorban untuk keluarga? sebagai tulang punggung keluarga tidak adakah usaha untuk menafkahi anak anaknya dengan jeri payah keringat dan hasil yang halal?
nama : Ari Setiya Dewi
BalasHapuskelas : P.IPS REG B 2013
nim : 4915133398
menurut saya perbuatan orang tua tersebut terkesan tidak baik, hanya demi harta beliau mau menjual anaknya membuat anaknya berhenti sekolah. perbuatan orang tua yang kurang masuk akal walaupun kenyataanya sekarang-sekarang ini saya juga tahu hal tersebut sudah sangat banyak terjadi, tetapi dimana perasaan orang tua tersebut sebenarnya sehingga orang tua tersebut tega menjual buah hatinya sendiri yang mungkin bisa mengangkat derajat keluargannya agar lebih tinggi. mengapa mereka hanya mengutamakan kesenangan dunia semata tanpa memikirkan tentang akhirnya atau akhiratnya. perbuatan yang menurut saya sangat tidak baik. mengapa mereka orang tuanya tidak mencari pekerjaan saja demi membahagiakan keluargannya serta anak anaknya selagi mereka mampu.
1. bagaimana sebenarnya peranan orang tua terhadap anak-anaknya jika orang tuannya hanya mempekerjakan anaknya yang masih diluar atau dibawah umur tanpa mereka mau berusaha?
2. bagaimanakah cara menanggulangi hal tersebut jika terjadi di banyak lingkungan?
3. mengapa para orang tua tega melakukan hal tersebut?
Kasus diatas didapat dengan metode kualitatif (wawancara& observasi), dari dapat saya lihat hal seperti kasus diatas adalah rahasia umum artinya banyak kasus serupa yang seperti ini.setiap tahunnya pasti ada saja perempuan dari daerah datang kerja di kota besar sebagai wanita p[enghibur. Entah dijual,terpaksa atau kemauan sendiri.biasanya wanita2 itu termotifasi dari ekonomi keluarga yang sulit, saya juga bisa melihat mereka sadar ini hal yang salah tapi tetap melakukannya karena ingin merubah kehidupannya dan keluarganya!
BalasHapusSiapakah yang salah disini?
Menurut bapak dengan metode atau cara apakah merubah pola pikir atau mindset para masyarakat yang miskin agar tidak mengorbankan anak atau cucu perempuan mereka?