Ia kini delapan belas tahun, tamat SMK dan bekerja jadi penjaga toko di Tanah Abang. Tetapi penghasilannya hanya cukup untuk ongkos pulang pergi ke tempat kerja, dan makan siang. Ia sama sekali tidak bisa membantu keluarga. Ia anak ketiga dari enam bersaudara. Keenam mereka perempuan. Ia tidak pernah mau dan tidak tertarik membicarakan ayahnya. Ia hanya prihatin dengan ibunya yang sakit-sakitan. Kakaknya yang pertama menikah dengan lelaki yang pekerjaannya juga tidak jelas, sehingga tidak dapat membantu keluarga.
Dulu, sewaktu masih sekolah dia pernah ikutan pesta-pesta dengan teman-temannya ke diskotik, sesekali ia ikutan bersama dengan temannya melayani tamu. Dengan cara itu ia dapat menyelesaikan sekolahnya.
Ketika selesai sekolah ia berharap dapat membantu keluarganya dengan pekerjaan yang benar, tidak jadi jablay. Dia telah coba, tetapi selama empat bulan bekerja, yang didapatnya hanya keletihan. Ia sama sekali tidak dapat membantu keluarganya.
Ia mulai mengontak teman-teman yang dulu sama-sama pesta dan mencari tamu. Mulailah episode baru dalam hidupnya. Ia memilih kembali menjajakan dirinya. Ia sungguh bertekad mau membantu keluarganya, tiga adiknya masih sekolah. Meski ia mulai meragukan makna sekolah, karena ia tetap gagal membantu keluarganya setelah tamat sekolah, ia masih berkeinginan adik-adiknya tetap bersekolah.
Ia memilih nongkrong di sebuah pusat hiburan di Jakarta Pusat. Tidak setiap malam, paling tidak pada akhir pekan. Targetnya adalah uang kontrak rumah, bayar listrik, dan uang sekolah adik-adiknya. Ia tidak lagi bekerja di Tanah Abang.
Entah bagimana ceritanya, kakaknya yang berusia dua puluh tahun mulai ikutan dengannya nongkrong di pusat hiburan. Kini ia merasa bebannya lebih ringan. Ada pembagian tanggung jawab. Ia mencari uang untuk kontrak rumah dan bayar listrik, dan kakaknya bertanggung jawab uang sekolah adik-adiknya. Dengan begitu, keduanya masih bisa menikmati uang hasil kerjanya untuk diri sendiri, sisa nyetor untuk keperluan keluarga.
Karena selalu bersama, mereka kini lebih sering nongkrong. Langganan bertambah terus. Mereka kini sama-sama mencari teman-teman yang mau bergabung dalam pekerjaan yang mereka jalani. Keikutsertaan teman-teman dimaksudkan untuk menambah jaringan dan penghasilan. Karena para tamu dan pelanggan selalu mencari 'anak baru'. Agar hubungan dengan tamu dan pelanggan tetap terjaga, mereka harus terus mencari anak baru.
Anak baru sebenarnya adalah mereka yang sebenarnya sudah terbiasa berhubungan dengan tamu juga. Tetapi sekarang mereka berhimpun membangun komunitas yang saling membantu. Membantu mencari tamu dan pelanggan baru, serta teman-teman baru.
Namun, kebersamaan itu kadang memunculkan beragam masalah. Masalah persaingan memperebutkan tamu, dan keseringan melakukan pesta bersama ke diskotik yang menghabiskan penghasilan. Uang mereka juga habis untuk jor-joran kecantikan. Mereka jadi berlomba ke salon untuk selalu merubah warna rambut, memperhalus kulit dan perawatan kecantikan lainnya.
Pastilah kedua bersaudara ini kena imbas. Mereka juga mulai rajin ke salon. Uang yang mereka dapatkan mulai berkurang. Setoran untuk keluarga sangat berkurang. Dalam suasana penuh persaingan itu, kedua adik dua bersaudara ini yang berusia 17 dan 15 tahun juga ikutan nongkrong dan ditawarkan pada tamu.
Sungguh mengerikan, 4 saudara kandung menjadi penjaja tubuh. Dampaknya adalah, uang setoran untuk keluarga meningkat. Uang sekolah lancar. Ibu mereka juga bisa lebih santai, tidak terlalu keras bekerja.
Rupanya uang telah menjadi ukuran utama bagi keluarga ini. Sang ibu bukan sekadar tahu tetapi ikut mengelola dari rumah. Saat keempat anaknya terlibat dalam pekerjaan itu, sang ibu mulai lebih aktif ikut campur mengatur. Terutama pengaturan keuangan agar tidak habis hanya untuk bersenang-senang oleh para anaknya.
Tetapi inilah paradoks uang. Semakin banyak bukan semakin cukup, malah semakin kurang. Saat uang bertambah, banyak keinginan tiba-tiba jadi kebutuhan. Uang berapa pun jadi terasa tidak cukup. Uang sedikit rupanya memunculkan kehati-hatian dan sikap yang lebih rasional. Keluarga ini sedang mengalami paradoks ini. Empat anak menjadi penjaja tubuh, tetapi kebutuhan keluarga terasa tetap tak terpenuhi. Pekerjaan baru ini ternyata telah merubah keempat anaknya menjadi remaja penuh gaya. Kebutuhan keluarga tetap megap-megap.
Putri ketiga dalam keluarga ini, yang pertama nyemplung ke dalam pekerjaan ini mulai berfikir untuk melibatkan adik terkecilnya yang masih SMP kelas satu untuk ikut serta. Ia selalu bilang, ini bisnis keluarga, semua harus terlibat demi keluarga.
UANG MEMANG BISA MEMAKSA MANUSIA BAHKAN JADI APAPUN YANG TAK TERDUGA.
NAMA : RENI NURJANAH
BalasHapusNIM : 4915131388
KELAS : P.IPS A 2013
Uang memang mempengaruhi segalanya. Tanpa uang hidup memang tidak karuan dan terombang-ambing oleh kekacauan yang menyebabkan kemiskinan. Tetapi seharusnya dalam batas yang sewajarnya saja, jangan sampai merelakan harga dirinya direnggrut oleh para lelaki hanya demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Dan anehnya lagi para saudara kandungnya pun ikut terjun dalam dunia kotor itu. Dan yang paling membuat semua orang tercengang, ibunya pun ikutandil dalam pembagian keuangannya agara tetap terkontrol dengan baik dan tidak habis dengan percuma. Orang tua seharusnya menjadi panutan yang baik untuk anak-anaknya. Tak seharusnya seorang ibu tega membiarkan anak-anaknya menjual harga dirinya. Yang seharusnya dilakukan seorang ibu adalah memberi nasihat kepada anaknya bahwa itu adalah perbuatan tercela yang akan merugikan dirinya sendiri sekarang dan dimasa yang akan datang. Masih banyak pekerjaan lain yang jauh lebih halal dari pada pekerjaan tersebut. Karena Allah berfirman, Janganlah sekali-kali kamu berbuat zina karena sesungguhnya mendekatinya saja Allah haramkan baginya mendekati syurga atau nerakalah tempatnya. Sungguh sangat rusak nilai moral yang terdapat dalam sebuah keluarga tersebut. Betapa tidak, bisnis seperti ini dikatakan sebagai bisnis keluarga yang artinya setiap anggota keluarganya berhak berpartisipasi dalam pekerjaan keji tersebut. Bisnis keluarga itu harusnya mengarah pada progres yang baik dari dalam maupun dari luar.
Pertanyaan :
1. Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
2. Apakah pemerintah tahu dengan keadaan keluarga yang satu ini? Lalu apakah peran Pemerintah dalam menyelesaikan masalah ini?
3. Adakah dampak positif dan negatif yang diberikan keluarga tersebut kepada masyarakat sekitar?
Dessy Permata Sari (4915131417)
BalasHapusEkonomi yang sulit dapat mendorong manusia kepada hal negatif. Dari tulisan diatas, kebutuhan ekonomi yang sulit mendorong anak untuk menjual tubuhnya ke para lelaki hidung belang. Ironisnya bisnis perpelacuran ini sudah menjadi bagian dari bisnis keluarga. Yang lebih mengerikan, anak kelas satu SMP sudah dijadikan pelacur demi kebutuhan keluarga yang semakin tak terpenuhi. Semakin banyak uang bukan semakin cukup, malah semakin kurang. Kebutuhan memang tak terbatas.Yang lebih ironis mengapa bisnis perpelacuran tersebut mendapat dukungan penuh dari orang tua? Bahkan ibu dari mereka yang menyetir keuangan mereka, agar pengaturan keuangan tidak habis hanya untuk bersenang-senang oleh para anaknya. Dunia memang sudah gila. Seorang ibu yang seharusnya menjadi panutan dan pendidik yang baik bagi anak-anaknya, malah menjerumuskan anaknya kepada hal yang negatif. Semua sudah gila terhadap uang dan kegelimangan harta. Sungguh moral dari generasi muda penerus bangsa telah hancur. Kebanyakan sudah gila terhadap materi dari kehidupan dunia yang fana ini.
1. Apa yang menjadi landasan dan pendorong seorang ibu tega membiarkan anaknya untuk melakukan hal seperti itu?
2. Mengapa bisnis keluarga seperti ini di era sekarang malah bertambah banyak?
3. Mengapa di zaman sekarang sudah banyak manusia tergila gila bahkan menjadi budak uang dan mulai lupa pentingnya nilai agama?
4. Apakah turunnya nilai agama di era sekarang dapat menjadi salah satu pendorong manusia melakukan bisnis negatif seperti itu?
Luthfiyani Nadia (4915133432)
BalasHapusPIPS B 2013
Dampak kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang berbeda memunculkan akibat yang berbeda juga. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya menjajakan diri guna membantu kebutuhan sehari-hari, ditambah lagi mengajak saudara kandungnya untuk ikut serta dalam menjajakan diri. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Buruknya generasi penerus adalah dampak yang berbahaya akibat kemiskinan. Jika anak-anak putus sekolah dan bekerja karena terpaksa, maka akan ada gangguan pada anak-anak itu sendiri seperti gangguan pada perkembangan mental, fisik dan cara berfikir mereka. Dampak kemiskinan pada generasi penerus merupakan dampak yang panjang dan buruk karena anak-anak seharusnya mendapatkan hak mereka untuk bahagia, mendapat pendidikan, dan lain sebagainya. Ini dapat menyebabkan mereka terjebak dalam kesulitan hingga dewasa dan berdampak pada generasi penerusnya. Apa yang menyebabkan uang mempunyai daya tarik yang lebih? Seharusnya sebagai ibu yang baik melarang anaknya untuk melakukan hal seperti itu, apakah dalam dirinya tidak mempunyai naluri seorang ibu?
Titin Watini
BalasHapusP.IPS B 2013
Pekerjaan dengan menjual diri menjadi bisnis keluarga. Menurut saya kasus tersebut menggunakan Metode penelitian kualitatif karena berupa interpretasi terhadap penomena tersebut dan berupa ringkasan fakta. dari kasus tersebut memang Sangat ironis ketika pekerjaan menjadi jablay di jadikan bisnis keluarga, pekerjaan menjual diri di jadikan bisnis karena alasan ekonomi keluarga, lagi-lagi karena perekonomian keluarga yang tidak tercukupi, menjadikan dirinya rela untuk bekerja menjadi jablay bahkan kedua adik dua bersaudara ini ikut bekerja menjadi jablay. Namun dari pernyataan tersebut penghasilan dari bisnis keluarga ini tidak mencukupi, memang pada kenyataannya semakin banyak penghasilan maka semakin banyak juga pengeluaran. Manusia memang tak pernah puas dan tak pernah merasa cukup.
Pertanyaan :
1. Apakah karena sulitnya mencari pekerjaan mengakibatkan menjadikan seseorang perempuan itu memilih pekerjaan untuk menjual dirinya ?
2. apakah bisa jika kasus ini bisnis keluarga menggunakan metode penelitian kuantitatif ?
3. apakah karena keadaan ekonomi menjadikan manusia melakukan pekerjaan apapun walaupun pekerjaan itu sangat keji dan diharamkan ?
Uang memang bisa membeli banyak hal, tetapi uang tidak dapat membeli segalanya. Kebutuhan manusiapun cenderung tidak terbatas . Biasanya saat satu kebutuhan sudah terpenuhi, manusia cenderung berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan lain. Terlebih jika uang sudah berada di tangan, keinginan berubah menjadi kebutuhan. Manusia akhirnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang.
BalasHapus1. Mengapa fenomena tersebut sering terjadi di kalangan masyarakat miskin?
2. Mengapa norma kesusilaan telah terkikis dalam kehidupan masyarakat indonesia?
3. Apa tindakan yang tepat untuk mengembalikan moral bangsa indonesia?
Lucy Santa Katarina (P. IPS A 2013)
BalasHapusMembaca cerita diatas, sedih rasanya bila tujuan hubungan keluarga hanya semata-mata demi uang. Bukankah keluarga adalah tempat untuk tumbuh kembang dewasa? bukankah keluarga tempat akhir untuk kembali dari setiap masalah? Bagaimana bisa seorang kakak yang seharusnya melindungi adiknya, menuntun adiknya, mengajarkan hal-hal yang baik malah ikut menerjunkan adiknya kedalam lubang neraka? Dimanakah arti dari seuah keluarga? Sungguh sangat ironis sekarang, uang menjadi iblis yang bermuka tebal dalam kehidupan manusia.
Nama saya Ade Nika Oktavia keas P. Ips Reg. A 2013
BalasHapusTulisan bapak ini sangat membuat saya terkejut akan problema kehidupan yang begitu pedih dan berbahaya. Suatu keluarga tersebut sama-sama saling mendukung satu sama lain dalam menjalani pekerjaan yang keji bagi wanita. Tetapi mereka tetap melakukannya karena terjepit dengan kebutuhan hidup yang harus selalu berjalan. Ironisnya, orangtua yang harusnya mendidik anak-anaknya agar mempunyai kepribadian baik justru ibu yang mengandungnya mendukung dan mengelola bisnis keluarga tersebut karena harus menjaga kelangsungan hidup keluarga. Problema kehidupan seperti ini memang sering terjadi di Jakarta, pergaulan bebas tanpa batas yang kemudian menyesatkan para remaja yang harusnya masih belajar dengan tekun tetapi sudah mengalami kehilangan kesuciannya sebagai wanita. Pada hakikatnya wanita yang baik adalah wanita yang mampu menjaga kesuciannya dengan baik pula tidak diperdagangkan kepada kaum adam. mungkin bagi keluarga tersebut itu adalah jalan yang terbaik untuk bisa menompang hidup agar bisa terpenuhi segala kebutuhan tanpa memikirkan akibatnya. uang yang dihasilkan dengan pekerjaan tersebut tidak akan berkah dalam kehidupannya karena mereka mencari dengan haram. Suatu saat nanti pastinya Allah akan menyadarkan dengan suatu ujian hidup lebih berat agar mereka bisa menjalankan hidup dengan lebih baik lagi.
Apakah dampak yang akan terjadi dalam diri wanita-wanita tesebut ?
Bagaimana cara menanggulangi agar mereka mengetahui bahwa pekerjaan tesebut berbahaya bagi diri mereka ?
Bagaimana cara kita sebagai mahasiswa memberikan solusi dari pandangan penyimpangan sosial tersebut ?
Nama : Anggie Nur Swastika
BalasHapusNIM : 4915131406
Kelas : P.IPS A 2013
Dalam kasus ini menerangkan bahwa dengan materi kita bisa membeli semua keperluan kita agar terpenuhi dengan sempurna. Materi bisa kita dapatkan dengan segala cara positif maupun negatif. Namun dengan segala cara mereka halalkan yang sebelumnya dianggap haram oleh agama dan dianggap halal jika orang tersebut melanggarnya. Contohnya menjajahkan tubuh ke orang-orang yang dapat memberikan dan menghasilkan uang. Hal ini dapat terjadi karena orang yang tergiur oleh materi yang dapat menghasilkan kesenangan semata. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah jangan mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan pikiran kita tanpa memikirkan dampaknya seperti apa. Semua dapat kita selesaikan dengan hal yang positif. Kita bisa mendapatkan materi yang limpah ruah bisa dengan cara yang halal kok tidak perlu mengambil dengan cara jalan pintas yaitu dengan menjajahkan tubuh atau menjualkan diri wanita ke orang lain.
Pertanyaan
1. Bagaimana sikap kita untuk menyelesaikan masalah ini agar tidak terulang kembali untuk generasi yang akan datang ?
2. Apakah karna materi orang bisa bertindak yang tidak dipikirkan dahulu sebelum tahu dampaknya seperti apa. Apakah faktor yang mendasar jika karna materi ini dapat menimbulkan kasus seperti itu terjadi ?
3. Bagaimana jika kasus ini masih sering terjadi di negeri kita. Bagaimana peran orangtua untuk menyelesaikan masalah ini ?
Kusumaningdyah (4915133417) PIPS 2013 B
BalasHapusSewaktu saya membaca artikel ini, saya sangat kesal. Bisnis keluarga macam apa ini. Tapi inilah realitas. Inilah cara mereka mempertahankan hidupnya. Tapi akan lebih baik jika mereka membuka pemikiran mereka mengenai lahan pekerjaan. Memang mencari pekerjaan tidaklah mudah, akan tetapi, selalu ada jalan untuk orang-orang yang mau berusaha.
Pertanyaan:
1. Mengapa anak ketiga yang pertama kali mencoba pekerjaan ini menyekolahkan adik-adiknya kalau pada akhirnya adik-adiknya dipaksa untuk melakukan hal yang sama seperti dirinya?
2. Kemana ayah mereka?
3. Akankah mereka bertaubat?