Sabtu, 08 Maret 2014

PELACUR ANAK

Pada era 90an bersama dengan sejumlah mahasiswa saya melakukan observasi ke sejumlah mal di Jakarta. Pada waktu itu sedang marak pemberitaan banyak anak sekolah dan mahasiswi menjadi pereks atau perempuan eksperimen, sebuah penghalusan istilah pelacur.

Kami tertarik melakukan observasi  karena ada pertanyaan mendasar yang harus dijawab yaitu, apakah yang menjadi pereks itu sungguh anak sekolah dan mahasiswi atau orang yang ngaku-ngaku anak sekolah dan mahasiswi untuk meninggikan harga jual? Jika benar yang melakukan itu mahasiswi dan anak sekolah, apa motifnya?

Kami melakukan observasi ke semua mal yang kecil, sedang, dan besar. Ternyata ada pola yang berbeda terkait dengan cara-cara mendekati pria, model transaksi dan persaingan di antara mereka. Pilihan mal tempat nongkrong berkaitan dengan status sosial mereka. Mereka yang berasal dari status sosial bawah, nongkrong di mal kecil dan menengah, sedangkan yang berstatus sosial menengah dan atas mencari tamu di mal besar dan mewah.

Terbukti lebih dari sembilan puluh persen dari sekitar delapan puluh orang yang berhasil kami wawancara adalah pelajar dan mahasiswi. Jumlah yang paling banyak adalah para pelajar. Usia mereka saat memulai melakukan kegiatan sebagai pereks adalah 16-17 tahun.

Hanya ada dua siswi yang menjadi pereks karena alasan kemiskinan. Mereka melakukan itu sebagai usaha agar tetap bisa bersekolah. Yang satu ibunya tukang cuci dan ayahnya tidak jelas dimana, yang satu lagi tidak jelas pekerjaan orang tuanya. Selebihnya menjadi pereks untuk menopang gaya hidup perkotaan yang membutuhkan biaya besar.

Kini rupanya terjadi kemajuan luar biasa. Banyak anak usia 13 tahun telah menjadi jablay. Jablay merupakan istilah baru pengganti pereks dan salome.

Dulu ada pelajar kelas tiga SMU yang menjadi mucikari atau koordinator yang mencarikan tamu bagi teman-teman sebayanya. Seorang koordinator memiliki anak buah 3-5 orang. Kini ada pelajar kelas tiga SMP yang melakukan aktivitas itu. Seorang koordinator bisa mengatur 15 - 25 orang anak usia 13-16 tahun sebagai anak buahnya. Semua anak buahnya masih menjadi pelajar aktif. Karena itu ada aturan main, hanya boleh melayani tamu setelah jam sekolah usai atau pada hari libur.

Dulu tempat pertemuan adalah mal. Sekarang tempat pertemuan adalah mal, diskotik, pusat hiburan, dan resto. Juga komunikasi langsung lewat telepon genggam. Bersamaan dengan makin dominannya peran teknologi komunikasi, internet juga digunakan sebagai media komunikasi oleh mereka. Bisa melalui FB, Tweet, dan media sosial lain.

Ada keberagaman latar belakang anak-anak yang menjadi jablay, kini dikenal dengan istilah cabe-cabean. Sebagian berasal dari keluarga-keluarga miskin yang tinggal di pemukiman padat. Pada mulanya mereka mau melakukan pekerjaan ini untuk membantu ekonomi keluarga, meski keluarganya tidak tahu apa yang dia kerjakan. Semakin sering berhubungan dengan tamu, mereka mulai mengubah penampilan dengan mengenakan baju yang mengikuti tren model, dan pergi ke salon. Akhirnya pekerjaan ini dijadikan penopang gaya hidup.

Terdapat sejumlah anak yang berasal dari keluarga menengah. Mereka sejak mula menjadi jablay demi gaya hidup. Mereka tidak perlu mencari duit bagi keluarganya. Itulah sebabnya anak-anak ini penampilannya lebih modis dan harganya lebih mahal. Uang yang didapatkan anak-anak ini sepenuhnya digunakan untuk gaya hidup yaitu: membeli telepon genggam berkelas yang mahal, membeli pakaian baru yang trendi, perawatan di salon, dan nongkrong di tempat-tempat hiburan terutama diskotik.

Anak-anak itu belajar di sekolah negeri dan swasta. Pada umumnya mereka rajin bersekolah. Mereka melayani tamu setelah pulang sekolah setelah mengganti pakaiannya. Tentu saja perilaku ini sangat menarik. Mereka memiliki disiplin, tidak mau kehilangan kesempatan untuk terus belajar, namun berusaha mencari uang menggunakan tubuhnya.

Menariknya, anak-anak ini selalu berusaha untuk mencari teman agar bisa diajak untuk mengikuti jejaknya. Bila bisa mengajak teman, mereka bisa menambah penghasilan. Itulah sebabnya, kini jaringan pelacur anak ini semakin marak dan melibatkan anak dalam jumlah yang terus bertambah.

Tampaknya, selain pengguna, jaringan mereka jarang melibatkan orang dewasa. Anak-anak ini telah memiliki kemampuan melakukan tatakelola tanpa melibatkan orang dewasa. Tentu, ada saja  anak-anak itu menjadi korban penipuan dan kekerasan para pelanggannya.

Di beberapa tempat memang ada mami yang merupakan orang dewasa yang mengatur jaringan ini. Namun, sekarang ini keterlibatan mami seperti itu semakin jarang. Anak-anak itu semakin sadar bahwa keikutsertaan orang dewasa dalam pengaturan hanya merugikan mereka, karena para mami memotong atau mengambil persen terlalu banyak. Anak-anak itu rupanya banyak belajar dari pengalaman.
Di beberapa lokasi anak-anak itu bekerjasama dengan para keamanan seperti keamanan hotel dan diskotik untuk mendapatkan tamu. Hubungan mereka bersifat tidak tetap dan pasti saling menguntungkan.

Pastilah keadaan ini sangat mengkhawatirkan dan memprihatinkan kita semua. Tak usah pula kita terjebak untuk saling menyalahkan. Setiap kita mestinya mulai mengambil tindakan sekuat yang kita mampu untuk ikut mencarikan jalan keluar bagi masalah yang mengerikan ini. Karena ini meyangkut nasib sebagian generasi muda kita.

Bisa jadi hasil observasi ini merupakan sebuah kasus yang khusus dan tidak terjadi di banyak tempat, betul-betul kecelakaan. Tetapi boleh jadi  hasil observasi ini adalah puncak gunung es dari masalah yang lebih dan sangat besar.

Paling tidak kita sekarang mengerti bukan hanya kemiskinan ekonomi atau harta yang mendorong anak-anak itu berani mengambil tindakan untuk memasuki dunia yang penuh resiko dengan menjual diri. Gaya hidup moderen yang penuh kemewahan kelihatannya merupakan pesona tersendiri yang mampu menggelincirkan anak-anak itu ke dalam resiko. Semua ini menegaskan bahwa,

KEMISKINAN JIWA BISA MENDORONG MANUSIA BERANI LAKUKAN APA SAJA.

30 komentar:

  1. Nama Kelompok :
    1. Diandra Sukma Zahara 4915122534
    2. Kamilia Fairuz Hisana 4915122535
    3. Natalia 4915122536
    Pendidikan IPS A 2012


    1. Teknik apa saja yang digunakan untuk pengumpulan datanya?
    • Observasi, dan
    • Wawancara

    2. Bagaimana pemeriksaan keabsahan data dilakukan?
    • Menggunakan pengujian depenability dan pengujian konfirmability (dimana pengujiannya dilakukan bersama dan hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan dan mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian).

    3. Bila Anda yang lakukan penelitian, jelaskan langkah-langkah pelaksanaan penelitiannya?
    • Menentukan masalah yang masih remang-remang, dinamis, bersifat sementara, tentatif, dan akan berkembang/berganti setelah berada dilapangan.
    • Melakukan perjajakan pendahuluan dengan mendatangi tempat yang akan di teliti lalu membuat catatan lapangan.
    • Memfokuskan pada penelitian, serta
    • Penelitian lapangan (wawancara secara mendalam, pengamatan partisipatif, FGD, dan analisis).

    Terima kasih,pak :)

    BalasHapus
  2. Nama : Dinta Fajryenti
    Nim : 4915131386
    P IPS REG A 2013

    Kemiskinan merupakan hal besar yang terjadi di indonesia khususnya di ibukota. Seperti yang dikemukan tulisan di atas kemiskinan bisa mendorong manusia melakukan apa saja, itu benar !. buktinya saja sudah banyak anak dengan usia dibawah umur melakukan pekerjaan yang sangat hina yaitu menjadi seorang pelacur anak. seharusnya mereka tidak melakukan pekerjaan itu karena mereka belum sepatutnya untuk mencari kerja. mungkin sebagian kecil dari mereka memilih pekerjaan itu adalah untuk membantu orangtuanya atau untuk membayar uang sekolah. tapi kenyataannya adalah mereka melakukan pekerjaan yang hina itu untuk memenuhi gaya hidup dijakarta. yang kita tahu gaya hidup dijakarta cukup glamor terutama di sekolah sekolah mahal. mungkin yang mereka pikirkan adalah bagaimana mereka bisa hidup bermewah mewah dengan cara yang cepat. dan pada akhirnya mereka melakukan pekerjaan seperti itu untuk memenuhi kebutuhan gaya hidupnya agar terlihat lebih mewah.

    Pertanyaan :
    1. Bagaimana meminimalisir keberadaan pelacur pada anak ?
    2. Tindakan apa yang seharusnya kita lakukan untuk mendidik pelacur anak tersebut ?
    3. Kenapa keberadaan pelacur anak terus bertambah ?
    Terima kasih.

    BalasHapus
  3. Nama : Almira Maulidita Mathin
    NIM : 4915131411
    Kelas : P.IPS A 2013

    Pada dasarnya memang manusia tidak pernah puas dengan apa yang telah ia miliki. Orang yang sudah berkecukupan saja merasa kurang apalagi yang tidak berkecukupan. Memang di zaman yang serba modern ini banyak sisi negatifnya contohya seperti pada tulisan ini anak anak di bawah umur rela menjual harga dirinya sendiri, banyak faktor yang mendorong anak tersebut melakukan perbuatan tersebut salah satunya demi gaya hidup moderen yang penuh kemewahan.

    Pertanyaan :
    1. Mengapa orang yang berkecukupan masih saja menjadi pelacur? apakah orang tua tidak mencukupi kehidupan mereka sehingga mereka menjadi pelacur?
    2. Bagaimana mengatasi masalah tersebut agar populasi pelacur semakin berkurang?
    3. Mengapa semakin banyak anak dibawah umur yang menjadi pelacur?

    BalasHapus
  4. INTAN BAHRIANI KHAER
    4915131391
    PIPS A 2013

    Terkait dengan tulisan bapak diatas, saya juga turut prihatin dengan kedaan seperti itu. Banyak motif yang membuat anak melakukan kegiatan haram tersebut. Saya tinggal di daerah yang cukup jauh dari pusat kota di Bogor, tetangga saya mulai dari anak SMP sampai seumuran saya banyak yang menjadi cabe-cabean. Saya tahu informasi dari mulut ke mulut bahwa motif mereka juga berbagai macam, ada yang untuk bayar uang sekolah, untuk bergaya dan bahkan disuruh kedua orang tuanya, bahkan tamunya dibawa kerumah orang tuanya untuk melakukan hubungan dengan anaknya, alhasil sekarang gadis itu telah memiliki anak bayi namun tidak jelas siapa ayahnya. Rumah yang tadinya sederhana kini menjadi berkelas dan minimalis ditambah kendaraan roda empat yang gonta-ganti. Menurut warga sekitar, orangtuanya sengaja menjual anaknya untuk kehidupan yang lebih layak, astagfirullah. Zaman semakin gila, jangankan diperkotaan yang sudah jelas banyak bukti, di perkampungan pun telah marak kasus seperti ini. Upaya yang dilakukan seakan sia-sia karena kasus ini seperti penyakit yang parah dan telah meyebar ke seluruh tubuh sehingga sulit untuk disembuhkan. Ada cara yang mungkin dapat ditempuh, yaitu lebih selektif dalam memilih pergaulan khususnya para perawan. Karena yang lebih banyak jadi penghibur itu perempuan walau tak sedikit pula laki-laki penghibur dengan istilah sekarang terong-terongan. Lebih mendekatkan diri kepada spiritual dan banyak bersyukur atas apa yang dimiliki akan mengurangi penyebaran virus cabe-cabean seperti ini.

    Pertanyaan:
    1. Apa pemerintah mengetahui kasus yang tidak dapat disepelekan ini?
    2. Apa ada motif lain dari menyebarnya kasus haram seperti ini?
    3. Mengapa pelajar usia 16-17 tahun yang mendominasi dalam kegiatan ini?

    BalasHapus
  5. Saya Annisa Ekafenty Ramadhania (4915131407) dari pendidikan IPS A 2013, saya ingin mengomentari tulisan yang berjudul Pelacur Anak. Tulisan ini adalah fakta yang berdasarkan penelitian serta dilakukan oleh Bapak Nusa dan sejumlah mahasiswa yang memiliki dasar untuk mengetahui sebab musabab mengapa anak-anak remaja melakukan pekerjaan menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) atau pereks. Pekerjaan seks yang dilakukan oleh remaja tersebut selain karena kekurangan dari segi faktor ekonomi, mereka juga ingin mempunyai gaya hidup yang mewah dengan cara menjualkan tubuhnya kepada pria-pria. Menurut saya, seharusnya dengan ada pekerja seks di bawah umur, harus ada peran orang tua serta peran manusia yang bisa mencegah timbulnya pekerja seks tersebut. Karena, masa depan mereka akan hancur dengan pekerjaan tersebut. Selain itu, dari segi psikologis anak tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya. Ketika kita mengetahui bahwa ketika suatu tindakan yang dilakukan seseorang atau sebuah kaum itu salah, kita harus memberitahu serta mencegah seseorang atau kaum tersebut bahwa tindakan itu salah. Karena, tindakan dan pekerjaan tersebut sangatlah berdosa serta zinah. Menurut saya, Pekerja Seks Komersial atau pereks harus diberantas karena akan berpengaruh pada moral manusia, khususnya remaja-remaja dan generasi bangsa. Terima kasih.

    1. Apakah para remaja tersebut tidak dibimbing oleh orangtuanya sehingga melakukan pekerjaan tersebut?
    2. Apakah para Pekerja Seks Komersial tersebut tidak takut dengan adanya Allah SWT dan azab Allah SWT?
    3. Bagaimana jika masalah ini dibiarkan dan bagaimana moral anak bangsa di masa yang akan datang?

    BalasHapus
  6. WINDI MELANDINI
    4915131379
    P.IPS A 2013
    Setelah membaca tulisan bapak saya sadar bahwa yang menyebabkan banyaknya pelacur anak karena terjadinya kerusakan moral. Kurangnya mendalami ilmu agamalah yang menyebabkan kerusakan moral itu terjadi. Gaya hidup modern yang menyebabkan anak-anak itu lupa dan menyebabkan keyakinan beragama luntur, kepercayaan kepada tuhan tinggal simbol, larangan dan suruhan tuhanpun tidak dihiraukan demi mendapatkan kehidupan yang mewah. Kekuatan pengontrol yang ada didalam diri anak-anak tersebut tidak ada karena kurangnya pegangan terhadap ajaran agama selain itu kurangnya pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua dan sekolah, bahkan teman sepermainan dapat mempengaruhi anak-anak itu, karena usia remaja adalah usia yang sedang labil-labilnya, mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar jika orang tua tidak mengarahkan dan kurangnya mendalami ilmu agama maka kerusakan moralpun terjadi.
    1. Apakah ada cara untuk mengurangi jumlah pelacur anak?
    2. Apakah pemerintah sudah berupaya untuk mencegah bertambahnya pelacur anak?
    3. Apakah anak-anak tersebut tidak khawatir tetang pekerjaan mereka yang beresiko terjangkit penyakit kelamin?

    BalasHapus
  7. Agustina R
    P.IPS.B 2013

    Dengan observasi yang bapak lakukan permasalahan semakin jelas. Dulunya seorang anak menjadi pereks bisa karena kemiskinan dan juga keterpaksaan. Tetapi justru sekarang yang ada perilaku tersebut digunakan hanya sebagai penopang gaya hidup. Semakin maraknya kasus ini bisa saja karena masalah pergaulan yang salah di lingkungan sekolah. Perhatian orang tua yang kurang juga dapat menyebabkan hal itu. Dalam pandangan negara kasus ini sangat merugikan, karena SDM yang ada pada generasi muda akan berkurang kualitasnya. Dengan semakin majunya zaman, moral para remaja jusrtu semakin rusak. Hedonisme sudah mengakar pada para remaja masa kini yang telah membudaya, sehingga remaja menghalalkan segala cara. Untuk memperbaiki generasi selanjutnya tentunya anak-anak sejak kecil lebih didekatkan dengan agama.
    1. Apakah ada rasa takut dosa kapada mereka yang melakukan?
    2. Apa ada yang berhenti setelah melakukan pekerjaan itu?
    3. apa tidak ada rasa curiga orang tua kepada anknya?

    BalasHapus
  8. Nama: marsella dwi rahmah
    Nim: 4915131394
    Saya sangat setuju dengan perkataan bapak “KEMISKINAN JIWA BISA MENDORONG MANUSIA BERANI LAKUKAN APA SAJA.” Tanpa berfikir panjang biasanya orang yang sudah terdesak dalam situasi yang memprihatinkan bisa melakukan apa saja tanpa berfikir akibat yang akan didapatkan demi kepuasan jiwanya. Mungkin yang dilakukan sebagian anak dibawah umur tersebut baik, mereka berniat untuk tidak membebani orangtua mereka yg terdesak ekonomi untuk biaya sekolah, namun cara yang dia gunakan salah. Saya salut dengan anak-anak seperti mereka karena mereka sangat disipin waktu dan mengutamakan sekolahnya. Seharusnya kita bisa mengambil sisi positif yang mereka lakukan, sebagai orang yang hidup dalam ekonomi yang cukup dan mapan seharusnya lebih giat lagi dalam belajar,lebih disiplin dan menghargai waktu. Modernisasi memang tidak hanya membawa dampak positif bagi kita, tetapi membawa dampak negatif bagi generasi muda diindonesia. Seperti sebagian mereka yang menjual diri karena ingin mengikuti trend yang sedang berlaku seperti menggunakan teknologi canggih, pergi ketempat-tempat yang mewah dll. Akhirnya pekerjaan yang mereka lakukan menimbulkan Hedonisme. Pelacuran anak seperti ini memang sungguh memprihatinkan generasi muda yang akan datang.
    Kemiskinan jiwa bisa mendorong manusia melakukan apa saja karena latar belakang mereka juga miskin kerohanian, karena jika kita miskin kerohanian apa saja juga bisa dilakukan karena rendahnya iman tetapi jika kita tidak miskin akan iman insyaallah apa yang dilakukan dipertimbangkan dengan aspek baik buruk terhadap apa yang kita lakukan.
    1. Apa yang harus dilakukan agar pelacuran anak tidak terjadi lagi?
    2. Bagaimana menyadarkan mereka agar tidak melakukan perzinahan itu?
    3. Siapa yang salah apakah orang tua atau anak ketika pelacuran anak dilakukan karena terdesaknya perekonomian keluarga?

    BalasHapus
  9. Nama: marsella dwi rahmah
    Nim: 4915131394
    Saya sangat setuju dengan perkataan bapak “KEMISKINAN JIWA BISA MENDORONG MANUSIA BERANI LAKUKAN APA SAJA.” Tanpa berfikir panjang biasanya orang yang sudah terdesak dalam situasi yang memprihatinkan bisa melakukan apa saja tanpa berfikir akibat yang akan didapatkan demi kepuasan jiwanya. Mungkin yang dilakukan sebagian anak dibawah umur tersebut baik, mereka berniat untuk tidak membebani orangtua mereka yg terdesak ekonomi untuk biaya sekolah, namun cara yang dia gunakan salah. Saya salut dengan anak-anak seperti mereka karena mereka sangat disipin waktu dan mengutamakan sekolahnya. Seharusnya kita bisa mengambil sisi positif yang mereka lakukan, sebagai orang yang hidup dalam ekonomi yang cukup dan mapan seharusnya lebih giat lagi dalam belajar,lebih disiplin dan menghargai waktu. Modernisasi memang tidak hanya membawa dampak positif bagi kita, tetapi membawa dampak negatif bagi generasi muda diindonesia. Seperti sebagian mereka yang menjual diri karena ingin mengikuti trend yang sedang berlaku seperti menggunakan teknologi canggih, pergi ketempat-tempat yang mewah dll. Akhirnya pekerjaan yang mereka lakukan menimbulkan Hedonisme. Pelacuran anak seperti ini memang sungguh memprihatinkan generasi muda yang akan datang.
    Kemiskinan jiwa bisa mendorong manusia melakukan apa saja karena latar belakang mereka juga miskin kerohanian, karena jika kita miskin kerohanian apa saja juga bisa dilakukan karena rendahnya iman tetapi jika kita tidak miskin akan iman insyaallah apa yang dilakukan dipertimbangkan dengan aspek baik buruk terhadap apa yang kita lakukan.
    1. Apa yang harus dilakukan agar pelacuran anak tidak terjadi lagi?
    2. Bagaimana menyadarkan mereka agar tidak melakukan perzinahan itu?
    3. Siapa yang salah apakah orang tua atau anak ketika pelacuran anak dilakukan karena terdesaknya perekonomian keluarga?

    BalasHapus
  10. assalamualaikum warohmatulohi wabarokatuh
    nur muhammad
    4915137158
    p.ips b 2013

    memang benar sekali yang ditulis kan oleh bapak semakin berkembang nya zaman era 90an hinga sekarang istilah - istilah untuk pekerja yang rela menjual tubuh nya sering berubah - ubah. tidak hanya istilah nama yang dapat berubah karena zaman , akan tetapi berbagai mcam motif dari mereka pun bukan karena faktor kemiskinan akan tetapi karena gaya hidup .gaya hidup dikota memang berbeda dengan di desa.apalagi untuk kalangan remaja ibukota yang selalu menikmati dunia malam , dengan nongkrong di diskotik sehingga secara tidak langsung mereka seolah - olah ingin terliat lebih gaul dan tak mau kalah oleh zaman. sehingga banyak anak di bawah umur yang tergiur dengan pekerjaan ini, karena mereka tak perlu bekerja dengan keras untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang besar. banyak sekali berbagai jaringan pelacur di bawah umur di kota jakarta ini. sehingga para lelaki hidung belang tidak sulit untuk menemukanya. pelajar dan mahasiswi memang mempunyai daya tarik yang masih begitu dahsyat bagi para lelaki hidung belang ini.

    pertanyaanya.:.

    1. siapakah yang salah dalam permasalahan pelacur di bawah umur ini?
    2. apakah pemerintah pasrah saja dengan permasalahan ini?
    sampai kapankan pemerintah dapat mengatasinya?
    3. dimanakah peran orang tua mereka?

    BalasHapus
  11. Titin Watini
    P.IPS B 2013
    Modernisasi dan globalisasi membawa pengaruh terhadap segala aspek. Seperti cara berpakaian yang ke barat-baratan, gaya hidup di Indonesia yang serba wah dan gaya hidup perkotaan yang membutuhkan biaya besar. Menggunakan metode penelitian kualitatif karena melakukan observasi dan melakukan wawancara dan berbasic pada studi kasus. Terlihat dari kasus tersebut sangat ironis memang ketika anak sekolah dan mahasiswa itu melakukan pekerjaan menjual dirinya karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengikuti gaya hidup perkotaan yang membutuhkan biaya besar dan karena ingin mengikuti trend, namun memang ada diantara mereka dengan alasannya ingin membantu perekonomian keluarganya, tetapi jika memang ingin membantu perekonomian. mengapa tidak mencoba mencari pekerjaan yang lain yang lebih halal dan tidak Hina ? contohnya seperti mencari kerja di toko atau menjaga toko mengapa harus memilih pekerjaan menjual diri. “anak-anak ini selalu berusaha untuk mencari teman agar bisa diajak untuk mengikuti jejaknya. Bila bisa mengajak teman, mereka bisa menambah penghasilan” dari pernyataan tersebut apakah mungkin maraknya pekerjaan penjualan diri ini tidak akan pernah berhenti ? bagaimana cara mengubah pola pikir anak-anak tersebut agar tidak sampai menjual dirinya karena alasan ingin mengikuti gaya hidup perkotaan ? pada saat ini keperawanan sudah tidak berarti.

    BalasHapus
  12. menurut saya maslah yang ada diartikel diatas tersebut adalah faktor krisis ekonomi krna terutama di ibukota jakrta ini banyak sekali yang sudah terpengaruh modernisme.apalagi remaja yang menginjak usia dini sangat terpengaruh terhadap pergaulana bebas karna menurut mereka perilaku pergaulan bebas gaul banget.padahal disana banyak sekali hal negatifnya dibanding hal positifnya.maka dari itu masyarakat terutama remajanya harus menjaga dirinyaaa karna pergaulan dizaman skrg itu sudah merajalela.jadi kesimpulannya menurut saya krna adanya krisis ekonomi dikeluarga yang sangat rendah.

    pertanyaan:
    1.apa akibat pergaulanan bebas yang dipengaruhi dengan krisis ekonomi?
    2.Bagaimana peranan orangtua terhadap anaknya yang berperilaku yang terjurumus dipergaulan bebas?
    3.Apakah remaja zaman sekrang lebih mementingkan mencari ekonomi dibandingkan dengan pelajaran?

    BalasHapus
  13. Nama : Rizky Rachmawati
    Kelas : P.IPS A 2013
    Nim : 4915131381
    Dalam kehidupan nyata Indonesia, khususnya kota-kota besar memang tidak bisa terlepas dari dunia yang gemerlap. Terbukti banyak wanita malam yang menjual dirinya kepada orang lain tanpa adanya status diantara mereka. Kehidupan yang sudah modern seperti ini membuat mereka harus rela menjual tubuhnya kepada lelaki yang tidak jelas asal usulnya. Sungguh miris melihat keadaan seperti ini. Karena tidak hanya wanita yang berumur saja yang menjalankan pekerjaan ini,banyak wanita yang masih bersekolah mengikuti pekerjaan yang tercela ini. Sungguh tidak mencerminkan orang yang berpendidikan. Tapi kalau dilihat hanya dari satu sisi memang, pekerjaan seperti ini sungguh tercela, tapi bila kita lihat dari sisi yang lain mereka bekerja seperti itu untuk kelangsungan hidup mereka. Jika kegiatan seperti itu tetap dijalankan maka akan merusak psikis dan kesehatan anak itu sendiri. Kegiatan rohani dapat membantu mereka untuk perlahan menjauhkan dari kebiasaan terburuk itu. Karena sebenarnya banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dan mendapatkan hasil yang halal.
    Pertanyaan
    1. Rintangan apa saja yang bapak hadapi ketika melakukan penelitian?
    2. Metode apa yang bapak dilakukan dalam observasi?
    3. Dalam melakukan penelitian, adakah hal positif yang bisa bapak ambil?

    BalasHapus
  14. Nama : Vivich Husnul Khotimah
    NIM : 4915131387
    Jurusan : Pend. IPS A 2013
    Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
    Sungguh sangat ironis dan mengelus dada membacanya, sampai seperti itu kah mereka merelakan harga diri dan keperawanannya hanya untuk berpenampilan modis? Apakah ini bertanda bahwa masyarakat kita tidak bisa melawan arus modernisasi? Hingga melakukan perbuatan yang sangat tercela seperti itu. Sungguh sangat tercengang membaca artikel ini, anak SMP dan SMA yang seharusnya belajar dan merangkai cita-cita untuk masa depan tetapi malah menjadi seorang mucikari atau pelacur hanya untuk berpenampilan modis. Gaya hidup modern memang selalu menghantui setiap orang, dan kita juga dituntut untuk bergaya hidup modern oleh zaman, namun gaya hidup modern bukan berarti seperti itu yang berpenampilan modis dengan menggenggam gadget mahal, mengenakan baju mewah, nongkrong di rumah makan mewah dan sebagainya, tetapi kita dituntut untuk hidup sesuai dengan masa kini, mampu hidup selaras oleh zaman dan berlomba-lomba untuk bereksplorasi terhadap kemampuan yang kita miliki salah satunya yaitu dengan belajar.
    Mereka rajin belajar disekolah, tetapi mereka juga rajin menjadi pelacur. Bagaimana dengan nilai-nilai yang telah mereka pelajari disekolah? Apakah mereka lupa. Bahwa setiap apa yang mereka pelajari dan dapatkan di sekolah bukan hanya mereka terapkan disekolah tetapi diterapkan pula di rumah atau lingkungan masyarakat.
    Di mana orang tua mereka? Apakah mereka tidak tahu apa yang dilakukan anak-anaknya diluar? Sudah sepatutnya orang tua memberikan perhatian yang khusus dan lampu merah terhadap anak-anaknya agar anak-anak mereka tidak terjerumus dalam lubang setan tersebut. Sudah semestinya antara orang tua dan guru saling selaras satu sama lain, guru mendidik anak disekolah dan orang tu mendidik anak dirumah dengan tetap menjaga apa yang diajarkan oleh guru tetap diterapkan dirumah.
    Apa jadinya bangsa ini jika generasi mudanya seperti itu? Sudah sepatutnya kita peduli terhadap masalah seperti itu dan mencari solusi bersama untuk memecahkannya. Mereka adalah harapan kita, harapan bangsa karena dipundaknya kita memberikan harapan kepada mereka untuk menjadikan bangsa ini lebih maju.
    Pertanyaan :
    1. Apakah ilmu bisa menjawab permasalahan seperti itu?
    2. Apa resiko dari perilaku tersebut terhadap jiwa psikologis anak?
    3. Bagaimanakah cara mengubah persepsi anak remaja seperti itu untuk menghentikan perbuatan yang telah dilakukannya?

    BalasHapus
  15. Nama : Septi Dwi Ambarwati
    NIM : 4915131371
    P.IPS A 2013
    "Pelacur anak"
    Cabe-cabean merupakan hal terhits dibicarakan akhir-akhir ini, cabe-cabean adalah sebutan bagi para wanita liar di Indonesia. Sasaran dan pelakunya adalah mulai dari anak SD, SMP, SMA bahkan Mahasiswa. Hal ini sudah sangat menjamur dalam pergaulan bebas yang sudah sulit dikendalikan.
    Faktor orang tua merupakan hal terpenting yang seharusnya membimbing gejolak pertumbuhan dan perkembangan perilaku dari buah hatinya. Mampu memberikan kasih sayang, kenyamanan, bahkan kebutuhan materil yang sangat guming dibutuhkan para remaja.
    Sebagai anak seharusnya juga memahami bagaimana usaha orang tua dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan kita. Rasa ego yang sangat tinggi dalam diri remaja menjadi alasan terbesar mereka untuk melakukan berbagai hal baik secara normal maupun abnormal dan menghalalkan segala cara. Selain itu, gengsi adalah salah satu alasan terbesar bagi para remaja untuk tampil trend pada zaman sekarang dihadapan teman-temannya. Hal itu juga dilengkapi dengan barang-barang elektronik yang tidak murah harganya. Sehingga membuat mereka berbuat nekat sampai merelakan harga diri keperawanannya kepada orang yang tidak seharusnya.
    Terbukti dari kasus pelacur anak sudah jelas bahwa etika, akhlak dan perilaku moral anak remaja saat ini sangatlah buruk dan harus di kendalikan, karena apa? Jika kita diamkan terus menerus akan dibawa kemana generasi muda Indonesia?

    Pertanyaan:
    1) Bagaimana peran orang tua menanggapi hal tersebut?
    2) Pergaulan seperti apa yang seharusnya di dapatkan remaja?
    3) Bagaimana peran pemerintah menangani hal tersebut?
    4) Bagaimana cara memupuk rasa harga diri yang tinggi?

    BalasHapus
  16. Nama: APRI TRIWIBOWO
    KELAS: P.IPS B 2013
    NIM: 4915133396
    Banyaknya anak-anak yang menjajahkan sex mungkin karena proses globalisasi dan modernisasi yang melanda negeri ini. Proses tersebut bagaikan dua sisi mata pisau, satu menguntungkan satu lagi merugikan. Modernisasi dan globalisasi telah melunturkan nilai-nilai tatakarma, norma dan nilai yang ada di masyrakat. Pesatnya perkembangan modernisasi dan globalisasi sangat mempengaruhi tuntutan gaya hidup apalagi di kota-kota besar. Apalagi untuk anak-anak ABG (anak baru gede) yang menelan mentah-mentah kejadian tersebut. sehingga banyaknya kasus-kasus pelanggaan norma, yang salah satunya adalah kasus pelacuran anak. Banyaknya kasus tersebut juga tidak lepas dari orang tua yang kurang memberi perhatian kepada si anak. Orang tua di kota-kota besar mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri sehingga anak kurang terkontrol.
    Hal yang ingin saya tanyakan disini adalah:
    1. Dimanakah peran negara disini ? kenapa sepertinya pemerintah hanya diam dan seolah-olah itu tidak pernah ada ?
    2. Apakah masalah ini bisa diselesaiakn dengan suatu disiplin ilmu ? jika bisa bagaimana cara kerja ilmu tersebut ? jika tidak solusi apa yang harus ditempuh ?
    3. Bagaimana siakap kita seharusnya terhadap fenomena ini ?
    4. Mengapa hal ini cenderung dibiarkan oleh masyarakat ? hal ini terlihat dari tahun-ketahun yang terjadi hanyalah penggantian nama untuk fenomena ini, dan yang terjadi hangat-hangatnya tahun sekarang adalah cabe-cabean.
    5. Mengapa masyarakat memberikan nama penghalus untuk penjajah sex ? bukankah itu malah meningkatkan prestise dari suatu pekerjaan itu, hal ini seolah-olah ada dukungan dari masyarakat. Bukankah yang harus dilakukan adalah menghentikan fenomena ini ?

    BalasHapus
  17. nama : Ilmiawan Dwi Yulianto
    kelas : P.IPS A 2013
    Nim : 4915131370
    saya sangat berpendapat dengan tulisan pak Nusa yang berjudul “PELACUR ANAK”. Setelah say abaca tulisan pak nusa membuat saya mengerti arti sebuah ilmu dan observasi langsung, apa lagi obeservasinya tentang pelacur anak. Kalau bicara tentang pelacur anak agak sedih ya, karena pelacur di identik dengan orang dewasa, namun ini pelacurnya anak anak masih bersekolah bangku dasar sampai ke jenjang atas. Pasti ada suatu alasan kenapa anak tersebut begitu rela menjual kehormatan dia untuk memuaskan nafsu laki-laki yang menyewa anak tersebut, karena alasan ekonomi yang orang tua nya tidak bercukupan, bahkan ayah atau bapaknya tidak jelas kemana, ibunya yang bekerja di rumah tangga membuat perekonomian tersebut sulit, dan anak tersebut menjadi merelakan kehormatan demi menambah perekonomian ayah dan ibu nya. Miris melihat kondisi ekonomi yang ada di lingkungan tersebut. ada nama yang unik dalam sebutan istilah lain pelacur hingga menjadi sejarah nama tersebut, dulu di kenal perek, jablay sampai sekarang dinamakan cabai-cabaian sebutan pekerja sek komersial (psk).
    Tampak nya pelacur anak ini orang nya sangat rajin dan pinter di lingkungan sekolah, maka tak jarang kelihatan antara pelayan sek dan pelajar. Namun memang benar pastinya ada untuk mendorong mengikuti jejak yang sudah di alaminya, mengikuti pekerja sek komersial tersebut. tempat kerja sek komersial ini biasanya berada di mall dan diskotik tempat hiburan yang memuaskan hasrat nafsu. Dan sudah bekerja sama oleh satpam dan yang punya diskotik tersebut.
    MENJAGA KEHORMATAN ITU SUDAH MENJADI TANGGUNG JAWAB MANUSIA, NAMUN KEHORMATAN BISA DI JUAL DI SEBABKAN PEREKONOMIAN YANG KECIL.
    Pertanyaan:
    1. Kenapa jaman sekarang bisa terjerumus kegiatan atau pekerjaan sek komersial?
    2. Hal apa orang tua tersebut menjual kehormatan anaknya?
    3. Harus bagaimana peran dan membangun sebuah membangun semangat kembali kepada anak sek komersial tersebut?

    BalasHapus
  18. NAMA : NUR ANISA ATMAJA (P.IPS.A2013)
    NIM : 4915131383

    Kemajuan jaman yang diiringi teknologi yang sangat maju menjadikan sikap seseorangpun mengalami perubahan gaya hidup yang konsumtif, glamour dan terkadang bersifat hura-hura. Dalam menyikapi tulisan ini, kasus seorang pelajar ataupun mahasiswa yang menjadi pelacur adalah ada kaitannya dengan kemajuan jaman yang semakin modern. mereka tak permah berpikir panjang apa konsekuensi atas pekerjaan yang boleh dibilang hina ini. Yang jelas mereka melakukannya berdasarkan hasrat memenuhi gaya hidupnya. Entah dengan alasan membantu keluarga ataupun untuk pribadi sendiri. Gengsi yang tinggi akan teknologi yang sedang berkembang menuntut mereka tak mau kalah saing dengan teman-teman yang mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa harus menjadi pelacur. Mungkin, jika di indonesia ini memiliki banyak peluang pekerjaan yang layak dan memiliki penghasilan tinggi, para orang tua juga mampu menghidupi anak-anaknya tanpa harus anak-anaknya menjadi pelacur tanpa sepengetahuan orang tua. karena di indonesia ini banyak keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan. kemiskinan yang tidak diselimuti dengan iman dan ketakwaan terhadap tuhan dan agamanya pun menjadi sarang tindak negatif yang menjerumuskan diri sendiri. Oleh karena itu, indonesia ini harus menjadi negara yang dapat mensejahterakan rakyatnya agar tidak terjadi kasus pelacuran lagi. Ini adalah PR bagi kita semua sebagai warganya.
    pertyanyaannya adalah:
    1. Bagaimana caranya untuk mencegah dan mengatasi masalah anak sekolah atau remaja dan mahasiswa agar tidak terjerumus dalam tindak pelacuran?
    2. Bagaimana peran pemerintah dalam menyelesaikan kasus ini?
    3. Apa mungkin mereka melakukan pekerjaan menjual diri ini tanpa merasa bersalah dan berdosa?

    BalasHapus
  19. Nama : Selvi Indriani
    Nim : 491531405
    P.IPS 2013

    Saya setuju dengan artikel diatas karena bukan hanya miskin harta tetapi miskin jiwa yang mempengaruhi seseorang untuk terjerumus kedalam pergaulan bebas bahkan anak seusia dini sudah berani mencoba dunia seks . Mereka melakukan itu untuk life style mereka agar tidak dibilang ketinggalan zaman . Mereka hidup mewah dari hasil menjual tubuh mereka sendiri . Bahkan anak usia remaja sudah ada yang menjadi mucikari atau nama lainnya disebut germo ,ditambah lagi sekang banyak jaringan pelacur . Semakin banyak anak-anak yang masuk kedalam dunia pelacuran dan semakin hancur lah generasi penerus bangsa yang bisa membenahi kehidupan jaman sekarang .

    1. Bagaimana upaya untuk memperkecil jaringan pelacur anak di indonesia ?
    2. Apakah pengaruh orang tua juga sehingga mereka terjerumus kedalam dunia pelacuran itu ?
    3. Apakah para pelacur tersebut masih mengingat akan dosa yang mereka tanggung ataukah mereka hanya mementingkan dunia saja ?

    BalasHapus
  20. Nama : Selvi Indriani
    Nim : 491531405
    P.IPS 2013

    Saya setuju dengan artikel diatas karena bukan hanya miskin harta tetapi miskin jiwa yang mempengaruhi seseorang untuk terjerumus kedalam pergaulan bebas bahkan anak seusia dini sudah berani mencoba dunia seks . Mereka melakukan itu untuk life style mereka agar tidak dibilang ketinggalan zaman . Mereka hidup mewah dari hasil menjual tubuh mereka sendiri . Bahkan anak usia remaja sudah ada yang menjadi mucikari atau nama lainnya disebut germo ,ditambah lagi sekang banyak jaringan pelacur . Semakin banyak anak-anak yang masuk kedalam dunia pelacuran dan semakin hancur lah generasi penerus bangsa yang bisa membenahi kehidupan jaman sekarang .

    1. Bagaimana upaya untuk memperkecil jaringan pelacur anak di indonesia ?
    2. Apakah pengaruh orang tua juga sehingga mereka terjerumus kedalam dunia pelacuran itu ?
    3. Apakah para pelacur tersebut masih mengingat akan dosa yang mereka tanggung ataukah mereka hanya mementingkan dunia saja ?

    BalasHapus
  21. Siti Mastoah
    P.IPS A 2013
    memang sangat benar sekali bahwa gaya hidup moderen sangat membawa dampak yang sangat luare biasa.kini sudah tidak asing lagi mendengar dikalangan para pelajar dan mahasiswa yang menjadi cabe-cabean. mungkin saja akibat dari pergaulan bebas dan miskinnya jiwa. mereka diiming-imingi memiliki uang banyak dan menjadi anak gaul, anak keren, dan modis. awalnya hanya mencoba-coba saja dan lama-kelamaan menjadi ketagihan karena mereka sudah mengenal uang dan kebutuhan mereka terpenuhi. mereka tidak memikirkan dampak negatif sama sekali yang penting bisa hidup enak.
    apakah orang tua mereka tidak pernah memperhatikan anak-anaknya hingga anaknya itu menjadi cabe-cabean ???
    bagaimana pendapat para filsuf mengenai kasus seperti diatas ???
    apakah anak-anak tersebut bisa diajak untuk menjadi anak yang baik dan tidak miskin jiwanya ???

    BalasHapus
  22. TRIA MAULIDA AGUSTIAR
    P.IPS A 2013

    Pelacur anak yang terjadi kalangan remaja apakah tidak ada perhatian dari orang tua dan lingkungannya. menurut saya pelacur anak dapat diatasi apabila lingkungannya peduli dan memberika perhatian yang lebih kepada anak tersebut. karena kenakal anak remaja tidak akan terjadi apabila lingkungan dan orangtuanya memperhatikan tingkah laku dan perbuatan anak tersebut. memang pada zaman modern dan globalisasi ini yang dilihat hanya materi dan bergaya yang modis tanpa memperhitungkannya materi yang dia miliki, yang pada hal nya tidak menyukupi. pemikiran yang selalu terbayang itu membuat anak-anak tersebut hilang arah dan tidak memikirkan baik dan buruknya cara untuk mendapatkannya.

    1. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran atas kesalahan tindakan mereka??
    2. Bagaimana cara bapak dalam pendekatan terhadap cabe-cabean??

    BalasHapus
  23. Ayu Anggraeni
    P.IPS A/ 2013
    Modernisasi dan globalisasi telah masuk kedalam sendi- sendi kehidupan remaja masa kini. Bukan hal yang aneh jika gaya westernisasi juga di terapkan oleh remaja masa kini, anak remaja atau ABG masa kini terobsesi untuk berpenampilan glamor dan diagap borjois oleh teman-temannya sehingga ada kebanggan tersendiri jika mereka berpenampilan seperti itu. mereka rela menjadi cabe-cabean untuk memenuhi keinginannya. Setelah mereka nyaman dengan dunianya mereka enggan untuk meninggalkan pekerjaan tsb.
    Hanya Perhatian keluarga, lingkungan, dan kesadaran diri sendiri serta agamalah yang mampu menjembatani anak remaja agar tidak menjadi cabe-cabean.
    1. Apakah peran dan fungsi keluarga si cabe-cabean sudah tidak berfungsi sehigga mereka bisa berkelakuan seperti itu? Dan apakah keluarganya sendiri tidak menyadari jika anak-anaknya sudah menjadi cabe-cabean?
    2. Bagaimana memulihkan dan mengembalikan kesadaran pada mereka yang sudah menjadi cabe-cabean?
    3. Apakah mereka yang menjadi cabe-cabean sudah tidak punya urat malu dan apakah mereka yang menjadi cabe-cabean tidak memikirkan akibat dari perbuatannya?

    BalasHapus
  24. Siti Chadijah
    P.IPS B 2013


    'Pelacuran Anak' ini yang bermula ingin membantu orang tua, malah keterusan karena bisa mendapatkan uang yang besar. Walaupun mereka melacur tapi mereka juga tidak lupa statusnya sebagai pelajar. Bagaimana orang tua mereka tidak mencari tahu dari mana anak mereka mendapatkan uang? padahal untuk anak sekolah pelajar susah mendapatkan pekerjaan atau jika mereka kerja benar pasti hasilnya tidak sebesar jika mereka melacur. Tidak bisakah mereka mencari pekerjaan yang lain jangan menjual diri, tidak baik buat kesehatan tubuh kita dan tidak tahu bagaimana untuk kelangsungan masa depan mereka. Dan satu lagi bagaimana nasib mereka diakhirat nanti, walaupun mereka pertama berniat membantu orang tua.

    - bagaimana tanggapan orang disekitar mereka? apakah tidak ada seseorang yang mencoba untuk mengembalikan mereka kejalan yang benar?
    - apakah orang tua mereka tidak curiga terhadap anaknya?
    - apakah untuk bekerja melacur ada kontraknya? atau ada batas umur?
    - bagaimana persaingan antar pelacur?

    BalasHapus
  25. RIKKY LEANDER
    4915133427
    PIPS REG B 2013

    pada kasus dan realitas yang terjadi saat ini di jakarta maupun kota kota lainnya, memang sangatlah jelas sekali menunjukkan kepada kita bahwa gaya hidup yang keras, tingginya dan sulitnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mengakibatkan orang berpikiran buntu dan mengambil jalan pintas dengan menjadi Pereks. Dalam observasi dan pengamatan bapak dilapangan sangatlah jelas menunjukkan kepada kita bahwa pelacur anak adalah suatu kasus yang timbul karena adanya probelamatika keuangan pada setiap masing-masing anak yang dibesarkan oleh keluarganya. Peran orangtua pun disini tidaklah sangat kuat untuk mencegah perbuatan hina anak-anaknya, yang dipikirkan orang tua ialah bahwa si anak telah membantunya mencari nafkah dan rejeki untuk membantu pekerjaan yang sebagaimana layaknya di lakukan oleh dia. Namun tuntutan kerasnya akan kehidupan jakarta, tak mampu diredam oleh para pelacur anak, mereka terus membuat link, mencari korban baru, serta menyesatkan sendiri teman-temannya dengan mengiming-imingi duit jajan tambahan. Mungkin ini juga disebabkan karena adanya suatu perubahan jaman, yang tentunya sangatlah merubah mindset dan gaya hidup anak-anak tersebut. HEDOISME DAN LIBERALISME lah yang sangat jelas sekali terlihat disini dalam mempengaruhi kehidupan anak-anak sekolah untuk mengambil jalan pintasnya tersendiri tanpa sepengetahuan orang tuanya.

    Pertanyaan :
    1. Apakah faktor penyebab lainnya selain problematika keuangan, sehingga seseorang menjadi pelacur di bawah umur ?
    2. Peran sekolah dalam memberikan pendidikan sangatlah besar bagi perkembangan tingkah laku anak, namun mengapa mereka malah melakukan pekerjaan hina tersebut padahal mereka telah di larang dalam ajaran agama maupun sekolah ?
    3. Mengapa pelacur anak kian marak dan menjamur semakin banyak ? apa penyebabnya ? mengapa para korbannya mau untuk terhasut ? dapatkah hal ini diungkapkan dengan penelitian kualitatif ?

    BalasHapus
  26. Yurida Adlani
    4915133397
    Pend. IPS Reguler B 2013

    Ternyata sebesar ini permasalahan generasi muda sekarang. Hanya karena ingin berpenampilan modis mereka berani memanfaatkan tubuh mereka untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Apakah mereka tidak memiliki moral ? Apakah yang mereka dapatkan ketika sekolah hanya pendidikan ilmu pengetahuan dan tidak diajarkan bagaimana menjadi siswa/mahasiswa yang memiliki moral yang baik ? Apakah tidak ada pengawasan khusus dari orang tua mereka ?
    Seharusnya jika mereka tidak memiliki biaya untuk bersekolah, mereka bisa berusaha yang lain. Tidak harus dengan menjual diri mereka pada para lelaki hidung belang. Apakah mereka tidak memikirkan masa depan mereka kelak ? Bukankah masa depan yang cerah tidak hanya diraih dengan belajar dan ijazah ? Apakah mereka tidak merasa bersalah ketika melakukan hal itu ?

    BalasHapus
  27. menurut saya dizaman globalisasi ini terutama dikalangan remajanya sudah terpengaruh dengan faktor medernisme seperti tulisan diatas yang menceritakan tentang remaja yang menjual dirinya demi sebuah uang karena dizaman sekarang ini krisis ekonomi sedang melanda terutama dikota metropolitan ini. banyak anak remaja yang saya lihat seringkali menjual dirinya dan terkadang remaja tersebut dipromosikan dari temannya ke temannya lagi sehingga menimbulkan banyaknya remaja yang menujual dirinya tersebut.

    PERTANYAAN!!!
    1.adakah peranan orang tua tersebut terhadap anaknya?
    2.bagaimana menanggapi masalah remaja yang menjual dirinya itu hanya demi uang?
    3.apakah menjual diri itu bagian dari kesenangan mereka?

    BalasHapus
  28. Siti Amellia Rachmah (4915133442)
    Pendidikan IPS B 2013

    Dari tulisan di atas, ini sangat memprihatinkan untuk masa depan bangsa kita. Modernisasi yang masuk dalam dunia anak-anak tidak dapat dicegah. Namun siapakah yang harus disalahkan? Tidak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini, sebab jika kita menyalahkan pihak-pihak tertentu, maka akan terjadi saling salah menyalahkan antara beberapa pihak. Mungkin bisa kita bilang yang salah di sini adalah masalah sistem. Yaitu sistem pembinaan dan pendidikan yang didapatkan anak. Dalam hal ini, peranan orang tua sangat berpengaruh terhadap pembinaan dan pendidikan anaknya. Sistem pembinaan dan pendidikan yang baik dimulai dari keluarga, hal ini bertujuan untuk membentuk perilaku anak agar sesuai dengan hak dan kewajiban yang dijalankannya sebagai seorang anak. Maka dari itu, pembinaan dan pemilihan cara pendidikan yang baik sangat penting bagi anak. Para orang tua harus pintar-pintar membina dan memilih pendidikan untuk masa depan anaknya. Sebaiknya para orang tua lebih menekankan pada pendidikan keagamaan, karena hal itu sangat penting dan berperan dalam masalah ini. Dengan mendapatkan pendidikan agama yang baik, maka kemungkinan besar si anak akan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan yang serba moderen ini. Orang tua juga harus sering berkomunikasi dengan anaknya. Kurangnya perhatian dan komunikasi antara anak dan orang tua bisa menyebabkan anak-anak terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak baik. Oleh karena itu, seharusnya orang tua lebih menyadari dan berpikir akan masa depan anak-anaknya.
    1. Bagaimana menanamkan pemikiran yang baik untuk masa depan terhadap anak-anak yang telah terjerumus ke dalam dunia moderenisasi yang membawa mereka menjadi pekerja seksual?
    2. Sebenarnya apa yang menjadi faktor utama yang menjadikan anak-anak tergiur untuk melakukan pekerjaan seksual?
    3. Apakah sebuah kemiskinan jiwa dalam diri seseorang sulit untuk dihilangkan? Mengapa?

    BalasHapus
  29. Nama : Yolla Rachmaan Ismatullah
    Nim : 4915133429
    Kelas : P.IPS B 2013
    Di lihat dari tulisan ini penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif. Suatu penjelasan mengenai problema maraknya pelacur anak yang rata-rata berstatus pelajar. Menurut saya penelitian ini sangat menarik dan up to date mengingat istilah sekarang-sekarang ini, yang sedang memboomingnya kata “cabe-cabean”. Setidaknya hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadikan para orang tua lebih memperhatikan anaknya dan saling bekerjasama dengan masyarakat dan pihak pemerintah untuk menindaklanjuti permasalahan ini. Siapa yang akan meneruskan bangsa ini jika para generasi muda saja sudah hancur terlena dengan kehidupan duniawinya di zaman modern yang hanya sesaat.
    1. Bagaimana cara bapak melakukan pendekatan kepada nara sumber yang sulit ditemui?
    2. Apakah sebuah penelitian bisa dianggap sudah akurat hanya berdasarkan hasil observasi?
    3. Apa saja kendala yang dihadapi saat proses penelitian dan bagaimana cara mengatasinya?

    BalasHapus
  30. Hasil observasi yang bagus untuk dijadikan bahan tulisan bapak. Di dalam tulisan ini sangat jelas gaya hidup modern dan faktor ekonomi yang berperan penting dalam pola fikir para psk ini. Penyampaian informasi mengenai tempat-tempat yang dijadikan tempat pertemuan para psk dengan pelanggannya sangat jelas. Kembali lagi kita disadarkan bahwa adanya mall, tempat hiburan, tempat makan dan juga diskotik memang memberikan banyak dampak negatif untuk masyarakat yang ada di sekelilingnya. Karna berawal dari tempat inilah prostitusi itu terjadi. Dari tulisan ini juga kita disadarkan bahwa pentingnya peranan orang tua dalam membimbing anaknya untuk tidak terjerumus dalam kehidupan para psk ini. Karna dari tulisan ini kita diberitahukan bahwa hampir sebagian psk adalah anak di bawah umur yang masih mengeyam pendidikan. Data-data dari hasil observasi di dalam tulisan ini juga sangat memperkuat bahwa generasi muda bangsa Indonesia saat ini sangatlah rapuh. Dan kita kembalikan lagi problematika ini ke dalam diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa merubah pola fikir agar kita tidak lagi miskin jiwa, miskin adab, dan miskin ilmu. Terima kasih untuk tulisan bapak.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd