Sabtu, 08 Maret 2014

THINGS THAT STOP YOU DREAMING

Well if you can’t get what you love
You learn to love the things you’ve got
If you can’t be what you want
You learn to be the things you’re not
If you can’t get what you need
You learn to need the things that stop you dreaming
All the things that stop you dreaming
(Mike Rosenberg)

Tak ada salahnya bila seorang gadis muda berharap dapat cowok yang ganteng, pintar, kaya, baik budi dan setia. Tak ada larangan bila kita berkehendak memiliki umur panjang, sehat, banyak rezeki, kumpul bahagia dengan anak cucu, sampai cicit. Tak ada yang melarang bila ada politisi yang sudah pernah jadi anggota DPR ingin menjadi menteri atau bahkan presiden. Siapa yang bisa melarang bila seorang presiden ingin tetap jadi orang penting dan berpengaruh setelah tidak lagi jadi presiden.

Seorang gelandangan yang sekarang mukim di kolong jembatan, boleh saja berkeinginan dan berharap suatu kali punya rumah besar dengan
halaman luas dan bisa membuat balai latihan keterampilan untuk para gelandangan lainnya. Siapa yang bisa marah jika wanita jalanan bermimpi jadi perdana menteri atau menjadi menteri muda urusan wanita muda?

Jangan takut untuk berkeinginan dan berharap. Sejarah panjang manusia berisi kisah sukses yang tak terduga, benar-banar tak masuk akal. Siapa dulu Einstein, Thomas Alva Edison,  Soros, Bill Gates, Oprah Winfrey, Madonna, Lady Gaga, Aristotle Onasis, Ludwig van Beethoven, Abraham Lincoln, Zuckerberg, Soichiro Honda, Chairul Tanjung, Bob Sadino, Martha Tilaar, sebelum sukses? Apa mereka sendiri pernah berfikir bisa sampai puncak sukses dalam karirnya masing-masing? Apa dikira mereka tahu bahwa pada suatu hari akan sampai pada pencapaian luar biasa dalam hidupnya? Tak pernah ada yang tahu nasib manusia sebelum nasib itu berubah menjadi realitas kini dan di sini. Menjadi kenyataan yang bisa dilihat, diukur dan dinikmati.

Jangan pernah mengalah, jangan pernah takut untuk mencoba. Sebab manusia telah ditaqdirkan sebagai makhluk yang berjalan ke depan. Manusia adalah makhluk tak terduga yang bisa berimajinasi, bermimpi dan mewujudkan mimpi-mimpinya.

Keberanian manusia untuk mencoba, berimajinasi, dan terus bereksperimen memungkinkannya untuk pergi ke Bulan, mejelajah Mars, mencipatkan apa saja. Menjelajahi seluruh relung diri dan semesta raya, membangun teori tentang penciptaan semesta, padahal dia hanyalah sebutir debu dalam semesta raya itu.

Karena itu hiduplah terus dengan keinginan, cita-cita dan harapan yang membubung tinggi. Rangkai sebanyak mungkin cita-cita, hidupkan semua mimipi, bahkan yang paling liar dan tak nalar. Tak ada yang bisa melarang. Potensi manusia memang relatif tidak terbatas.

Namun, jangan pernah lupa. Manusia juga memiliki banyak keterbatasan, kelemahan, kendala, dan ketidakmampuan. Boleh saja memiliki cita-cita melampaui atmosfir. Tetapi tetaplah jujur pada diri sendiri. Tengoklah tempat kita berpijak, rasakan kekuatan diri yang sesungguhnya. Resapi dengan cermat berapa besar kemampuan diri sendiri. Memang sangat sulit untuk menakar dengan jujur berapa besar sesungguhnya potensi dan kekuatan nyata diri sendiri. Inilah modal yang harus dimaksimalkan dengan penuh kejujuran dan perhitungan.

Sadar akan kemampuan diri. Berani mengakui dengan jujur kekurangan diri adalah dasar pijak yang kokoh untuk menyemai cita -cita pada realitas yang terukur. Cita-cita sebaiknya tidak digantung di langit, tetapi ditanam, ditumbuhkembangkan dalam realitas yang berakar pada kemampuan diri yang terus dapat ditingkatkan.

Manusia memang selalu bisa melampaui, mengusahakan transendensi. Namun, manusia adalah makhluk darah daging yang terikat sangat erat dengan realitas kemanusiaannya yang membuatnya tetap paradoksal. Fikirannya melampaui langit tertinggi, tetapi kakinya menapak bumi berlumpur.

Karena itu, kita mesti berani bilang, inilah aku dengan keterbatasanku. Aku bisa membubung tinggi, tetapi akupun bisa jatuh terjerembab. Konsekuensinya aku mesti tahu bumi tempatku berpijak, dan faham langit yang memayungiku. Aku sadar, di mana aku bisa terbang dan kapan aku harus berhenti. Aku dengan tenang melihat palung dalam diriku, yang membuatku harus bilang, aku adalah manusia, manusia plus minus.

MANUSIA TETAPLAH BOLEH BERMIMPI, TETAPI REALITAS HIDUP MESTILAH MEMBUATNYA BIJAK MENENTUKAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd