Ini sekelumit potret buram keindonesiaan. Kini naik pesawat bukan lagi kemewahan seperti dulu. Bila musim libur, bandar udara Soekarno-Hatta dan hampir semua bandara lain kondisinya mirip terminal bus. Sangat ramai, berdesakan, orang-orang selonjoran dan tiduran di mana saja. Naik pesawat sudah beda-beda tipis dengan naik bus banyaknya penumpang. Bandara yang biasanya bersih dan teratur berubah jadi sesak dan kotor, berantakan abis.
Para penumpang pesawat juga sangat beragam. Mulai dari yang tampil mewah dengan semua barang bermerek terkenal dan wangi parfum berkelas, sampai yang aroma asam keteknya menyebar ke mana-mana. Inilah Indonesia masa kini. Tampaknya ini kondisi yang bagaimanapun juga pastas disyukuri. Mudah-mudahan ini pertanda kemakmuran meningkat, meski hanya untuk segelintir orang.
Suasana tidak nyaman bukan hanya di terminal kedatangan dan keberangkatan yang dipenuhi jubelan orang yang padat. Saat menuju pesawat jika harus naik bus juga sangat tidak menyenangkan. Mereka yang naik lebih dahulu menumpuk di pintu, padahal kursi-kursi di bagian depan dan belakang bus kosong melompong. Mereka sungguh hanya memikirkan diri sendiri, tak terfikir bahwa penumpukan di pintu menghalangi orang yang ingin masuk dan memperlambat proses. Ini sungguh ironis. Kondisi keuangan sudah mampu membeli tiket pesawat untuk terbang tinggi. Namun, keterampilan sosial masih di bawah saluran pembuangan. Hanya mementingkan diri sendiri, dan tak peduli pada orang lain.
Di pesawat keadaan semakin memburuk. Kejadian ini terjadi terus setiap kali melakukan penerbangan. Kali ini sebagian penumpang yang bersamaku adalah kaum terpelajar yang akan melaksanakan tugas mulia dan penting ke suatu kota. Mereka bergelar doktor dan profesor doktor. Aku sangat mengenali mereka karena tahun lalu aku bekerja bersama mereka berkali-kali, tahun ini ada di antara mereka yang sudah dua kali bekerja bersamaku.
Mereka asyik menggunakan handphone. Ada yang sedang menelepon, kebanyakan sedang smsan dan bbman. Petugas pesawat sudah mengumumkan agar para penumpang mematikan handphonenya. Namun, mereka tak perduli. Tetap saja asyik dengan handphonenya.
Para pramugari dan pramugara mendatangi para penumpang yang masih asyik dengan handphonenya, meminta dengan sangat sopan agar mereka mematikan handphonenya. Luar biasa. Tak seorang pun yang mematikan handphonenya.
Beberapa saat setelah teguran pertama, pramugari dan pramugara kembali mengingatkan para penumpang agar mematikan handphonenya. Beberapa penumpang malah menunjukkan sikap perlawanan. Berbicara pada pramugari dengan suara agak keras.
Pramugari menjelaskan bahwa pesawat sudah bergerak dan akan segera terbang. Penggunaan handphone bisa mengganggu dan berbahaya. Sejumlah penumpang mematikan handphonenya, beberapa tetap saja terus berbicara menggunakan handphonenya.
Sungguh ini ketidakpedulian yang mengerikan. Mereka orang terpelajar, dengan predikat doktor dan profesor doktor. Mereka sama sekali tak peduli pada teguran pramugari. Rasanya mereka sangat faham bahwa penggunaan handphone di dalam pesawat dan di lingkungan landas pacu sangat berbahaya karena bisa mengganggu sistem komunikasi pesawat, semua pesawat, bukan hanya yang ditumpangi. Akibatnya bisa membahayakan semua penumpang termasuk si pengguna handphone sendiri.
Ketidakpedulian yang mengerikan ini, apalagi yang dilakukan oleh orang terpelajar adalah sebuah cermin dari ketidakpedulian yang menjadi penyakit kronis dalam tubuh bangsa ini. Ketidakpedulian seperti itu sangat meluas, terjadi di mana-mana dan dilakukan oleh banyak orang dengan beragam latar belakang.
Korupsi yang mengoyak moyak bangsa ini merupakan salah satu bentuk ketidakpedulian yang mengerikan ini. Berbagai kecurangan seperti jual beli jawaban ujian nasional, juga merupakan bentuk ketidakpedulian yang mengerikan.
Mengapa korupsi bisa disebut bentuk ketidakpedulian? Ambillah contoh korupsi yang melibatkan Angelina Sondakh khususnya yang terkait dengan pendidikan. Sejumlah perguruan tinggi mendapat bantuan untuk pengadaan laptop dan peralatan perpustakaan. Bantuan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Tentulah upaya ini sebagai bagian dari rencana besar untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Tetapi para koruptor jahat itu melakukan manipulasi sehingga barang-barang yang sampai ke perguruan tinggi bermutu rendah dan tak bisa digunakan dengan baik. Ulah para koruptor itu sungguh sangat merusak upaya yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Para koruptor itu benar-benar sangat tidak peduli pada pendidikan anak-anak bangsa ini. Bila ada rasa peduli pastilah korupsi itu tidak akan dilakukan.
KETAKPEDULIAN ADALAH AKAR DARI BANYAK KEJAHATAN YANG MENGHANCURKAN KITA.
Saya setuju pak, Memang yang kurang dari manusia Indonesia termasuk saya adalah Kepedulian, Kepedulian akan apapun baik pribadi maupun bersama. mungkin orang yang masih Main HP saat mau take off itu merasa bakal masuk surga kali ya? atau memang mereka yakin bakal selamat.. padahal pesawat di indonesia banyak kecelakaannya.. bukannya doa.. aneh emang.. -_-
BalasHapustapi makin banyak orang yang hanya peduli sama diri sendiri. sampai melupakan orang lain. dan saking lupannya sama orang lain, koruptor pun dilupain deh..
Assalamu'alaikum pak. Saya ingin menambahkan sedikit dari tulisan bapak diatas. Kepedulian itu erat kaitannya dengan kesadaran dari dalam diri sendiri. Seperti menonaktifkan ponsel pada saat berada di dalam pesawat, jika masih ada beberapa orang yang melanggar peraturan tersebut, kembali lagi pada kesadaran. Karena jika orang tersebut tidak memiliki kesadaran, walaupun sudah di peringatkan oleh pramugari untuk menonaktifkan ponsel, maka ia tetap saja tidak menghiraukan peraturan yang ada.
BalasHapus