Selasa, 05 Agustus 2014

KEBERAGAMAN DAN KESATUAN

Alhamdullillah, mayoritas ummat Islam akan beridulfitri pada waktu yang sama, 28 Juli 2014. Sudah sejak lama, soal awal Ramadhan dan awal Syawal menjadi kontroversi atau pertentangan di dalam komunitas umat Islam Indonesia. Mereka yang sangat menekankan persatuan dan keseragaman pasti akan mengenang zaman orde baru. Kala itu siapa pun yang coba dan brani beridulfitri di luar ketentuan Pemerintah akan berhadapan dengan aparat keamanan. Seringkali pada awal dan akhir Ramadhan, aparat berseragam ada di masjid-masjid utama di tiap wilayah untuk memastikan tidak ada yang brani melanggar ketentuan Pemerintah.

Di permukaan memang tampak persatuan dan kesatuan. Tetapi ummat berada dalam tekanan dan ketakutan. Itulah ciri utama orde baru yang otoriter. Tak boleh ada perbedaan. Perbedaan merupakan pelanggaran serius. Aman damai di permukaan, ketakutan menyebar di antara ummat.

Reformasi datang. Kebebasan mengemuka. Perbedaan semakin menonjol. Orang dan komunitas semakin berani dan senang tunjukkan perbedaan. Ada yang senang dengan situasi ini, tak sedikit yang merasa terancam. Ada kerinduan lagi ingin bersama dalam kesatuan dan persatuan.

Sebenarnya perbedaan dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan adalah sesuatu yang harus ditanggapi dengan cara normal atau biasa. Tak ada yang luar biasa di situ. Sepanjang sejarah manusia, perbedaan terhadap pemaknaan ucapan dan teks tertulis merupakan sesuatu yang sangat biasa. Meskipun teks itu merupakan wahyu dari Tuhan.

Hakikinya yang mutlak benar itu hanyalah Allah. Manusia, siapa pun dia, ia hanya bisa sampai pada nyaris benar. Orang beriman diajarkan bahwa kebenaran datang dari Allah, tak bisa diketemukan manusia atas usahanya sendiri. Inilah perbedaan mendasar antara orang beriman dan yang tidak. Allah adalah kebenaran, sumber kebenaran dan yang membimbing manusia untuk sampai pada kebenaran.

Oleh karena itu bila manusia berbeda pendapat meski mereka membaca teks yang sama, sebenarnya itu normal saja. Karena hakikinya kebenaran yang ditangkap manusia memang tak pernah utuh sempurna. Persoalan muncul saat tangkapan terhadap kebenaran itu dipaksakan harus diterima oleh pihak lain. Ada upaya untuk memutlakkan tafsir atas teks oleh seseorang atau sekelompok orang yang harus diterima oleh orang atau pihak lain. Inilah absolutisme yang berbahaya.

Sejarah panjang manusia diwarnai oleh pemaksaan kehendak yang berujung pertumpahan darah. Keadaan semakin mengerikan bila terjadi dalam wilayah agama dan antaragama. Karena masing-masing pihak merasa sebagai yang paling benar dan seringkali merasa mewakili Tuhan.

Di dunia ini, semua agama dalam berbagai kategori seperti agama langit dan agama bumi, tak ada yang sungguh-sungguh tunggal. Semua agama memiliki banyak mahzab, sekte dan aliran. Bahkan sekte-sekte yang kecil masih terpecah lagi menjadi sekte yang lebih kecil.

Tragisnya sejarah panjang manusia dipenuhpadati dengan perang dan pertumpahan darah antara sekte, aliran dan mahzab dalam satu agama. Tentu saja terjadi juga pertumpahan darah antaragama. Sekarang ini di  wilayah Timur Tengah yaitu Suriah, Iraq, Lybia, Afganistan dan Yaman yang sedang berperang dan saling bunuh adalah sesama ummat Islam. Persoalannya bercampur baur antara perbedaan aliran, politik dan kesenjangan ekonomi. Memang mengerikan karena tempaknya yang menjadi akarnya adalah keyakinan yang jika diringkas berbunyi: oleh sebab kita berbeda, kita harus saling membunuh!

Ini memang persoalan yang sangat rumit dan amat sulit. Karena setiap pihak merasa yang paling benar dan memiliki kewenangan untuk tentukan mana yang benar dan salah, mana yang lurus dan sesat. Padahal sejatinya, perbedaan merupakan suatu keniscayaan yang tak terelakkan dalam kehidupan manusia sejak Adam diciptakan.

Jika kita baca dengan cermat peristiwa penciptaan Adam dalam Al Qur'an,  juga ada semacam keberatan dari malaikat. Saat malaikat diminta tunduk pada Adam, ada yang tidak bersedia yaitu iblis. Sangat jelas diperlihatkan bahwa perintah Allah pun tidak dipatuhi oleh iblis. Maknanya, mengusahakan ketunggalan yang bersifat absolut di antara manusia adalah ilusi, fatamorgana. Bukankah ada hadits yang menyatakan bahwa ummat Islam itu akan terbelah menjadi sangat banyak?

Berbagai ayat dalam Al Qur'an dan fakta-fakta sejarah panjang ummat manusia dari segala zaman semoga bisa memberi pelajaran dan hikmah bagi kita dalam mencari solusi antara keberagaman dan kesatuan. Perbedaan itu sejatinya adalah berkah. Oleh karena itu kita harus mengembangkan suatu sikap dan kebiasan untuk mampu hidup damai dan saling menghormati dalam keberbedaan. Perbedaan adalah keadaan yang niscaya. Karena itu yang perlu terus diusahakan adalah membangun saling pengertian melalui dialog tanpa tekanan dan paksaan. Tetap damai dan saling menghormati, justru karena kita berbeda.

PERBEDAAN DAN KEBERAGAMAN ADALAH BERKAH LUAR BIASA BILA KITA SALING MENGHORMATI DALAM DAMAI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd