Kamis, 16 Oktober 2014

KURIKULUM 2013

Pemerintahan SBY berketetapan hati untuk melaksanakan Kurikulum 2013 meskipun tampaknya masih sangat banyak kendala dalam persiapannya. Terutama terkait dengan kesiapan guru dan ketersediaan buku ajar.

Agar mendapatkan pemahaman yang lengkap tentang Kurikulum 2013 berikut dikutipkan penjelasannya berdasarkan Permendikbud No 68 Tahun 2013 terkait dengan dasar-dasar perumusannya.

Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

Berdasarkan tantangan internal yang dipaparkan di atas, tampaknya perubahan kurikulum merupakan keniscayaan karena paling kurang dua alasan. Pertama, alasan untuk menyesuaikan dengan berbagai aturan tentang standar pendidikan sebagai tolok ukur bagi penyelenggaraan pendidikan. Standar ini secara bertahap harus dipenuhi karena sudah merupakan aturan yang harus diikuti sebagai upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Penjaminan dan pengembangan mutu hanya bisa dilakukan bila penyelenggaraan pendidikan mengikuti standar-standar yang telah ditetapkan.

Kedua, perkembangan penduduk terkait dengan jumlah usia produktif yang akan mencapai 70 persen pada 2020-2035. Besarnya angka usia produktif tersebut harus dipersiapkan sejak sekarang agar pada waktunya menjadi kekuatan dan modal bagi perkembangan dan pertumbuhan bangsa dan negara. Penyiapan itu perlu dilakukan sejak sekarang, sebab proses pendidikan yang menjadi wahana penyiapan merupakan proses yang membutuhkan waktu dengan pelaksanaan yang bertahap berkelanjutan. Tidak dapat dilakukan secara instan. Dalam tautan itu menjadi penting dan mendesak untuk membekali generasi muda sejak sekarang berbagai kompetensi yang membuatnya dapat hidup secara fungsional dan bermakna pada masa depan. Penyiapan itu makin penting artinya karena kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup yang layak serta bermartabat tidak semakin mudah. Dalam konteks itulah kepentingan dan kegentingan Kurikulum 2013 seperti dikatakan Mendikbud M. Nuh harus ditempatkan.

Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Tidak kalah hebat dengan tantangan internal adalah tantangan eksternal. Setidaknya kehadiran Kurikulum 2013 dirasakan kepentingannya karena dua hal yaitu, pertama, perubahan dan pergeseran yang terjadi dengan sangat cepat akibat perubahan paradigma sebagai akibat perkembangan teknologi yang memicu globalisasi dengan segala dampaknya. Ini bermakna, sebagai bangsa kita sedang berada di persimpangan jalan. Membiarkan diri terus tertinggal dan terbelakang, serta akan tergerus habis oleh globalisasi, atau secara terencana serta terukur ikut serta di dalamnya. Keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu yang berorientasi masa depan dalam konstelasi global, tampaknya merupakan pilihan yang bijak dan rasional.

Kedua, menghadapi tantangan yang semakin sulit karena perubahan global yang sangat cepat, kualitas pendidikan kita ternyata tertinggal jika diukur menggunakan standar internasional. Boleh jadi rendahnya kualitas ini bukan berakar pada ketidakmampuan anak-anak kita, tetapi disebabkan mereka mendapat menu yang berbeda dan bukan bagian dari standar yang ada. Atas dasar itulah perubahan kurikulum menjadi sangat mendesak.

Namun, perlu juga sangat hati-hati. Karena kurikulum kita telah berganti berulang kali, tetapi kualitas para pelajar kita tetap rendah dalam tes standar internasional. Boleh jadi persolannya bukan hanya pada materi pembelajaran, juga pada sejumlah kebiasaan mengajar dan belajar yang belum menumbuhkan etos belajar. Kurikulum baru ini diharapkan dapat menumbuhkan sejumlah kebiasaan belajar yang mampu menumbuhkembangkan etos belajar yang positif.

Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya);

3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Sembilan butir yang dirumuskan di atas tampaknya merupakan uraian tentang transformasi pendidikan dan pembelajaran yang diemban oleh Kurikulum 2013. Didalamnya sekaligus terdapat kritik dan pembaharuan atas praktik pembelajaran yang selama ini berlangsung. Dengan sangat jelas terurai sejumlah paradigma baru dalam pembelajaran yang bersumber dari teori-teori mutakhir dalam pembelajaran.

ButIr-butir itu juga menegaskan bahwa Kurikulum 2013 sangat memperhatikan perkembangan teknologi sebagai alat bantu, media dan sumber bagi pembelajaran. Pembelajaran didorong untuk memanfaatkannya secara maksimal. Harus diakui pengintegrasian teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran merupakan keniscayaan. Dalam kaitan ini Kurikulum 2013 telah sesuai dengan perkembangan dan memanfaatkan teknologi dengan tepat.

Butir-butir di atas pun menegaskan orientasi baru yang lebih tegas terkait pemangku kepentingan dan pengguna. Pemangku kepentingan dan pengguna sangat diperhitungkan sebagai pihak yang harus ikut menentukan, terutama bertautan dengan kompetensi yang harus dikembangtumbuhkan pada peserta didik.

Sebagai sebuah rumusan butir-butir ini ideal dan lengkap. Beberapa catatan kritis perlu diberikan agar butir yang berisi konsep ideal ini potensial untuk diimpkementasikan.

Pertama, semua rumusan dalam kurikulum sebelumnya juga berisi butir-butir yang sangat ideal tentang proses belajar paling mutakhir. Sebagai contoh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah mengadopsi kecerdasan jamak dari Gardner, revolusi belajar quantum, teori belahan otak dan belajar berdasarkan sifat alamiah otak. Namun dalam implementasinya kebanyakan guru tetap melakukan proses belajar seperti sebelum kurikulum itu ada, cara mengajar tradisional.

Kedua, selain penggunaan teknologi multimedia, banyak cara belajar yang dikedepankan dalam butir-butir di atas, sudah dirumuskan bahkan sejak kurikulum 1986 yang dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Namun ternyata tidak mudah menerapkan pendekatan dan cara baru ini. Semoga semua pihak dapat mengambil pelajaran  dari penerapan kurikulum sebelumnya yang juga berisi sejumlah konsep idela dan mutakhir.

Ketiga, interaksi terbuka antara siswa dengan masyarakat dan lingkungan sebaiknya dijelaskan dengan rinci dan mendalam. Karena  waktu yang tersedia di dalam keseluruhan struktur pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 belum secara cermat menjelaskan pola dan mekanismenya.

Keempat, harus dirumuskan dengan jelas apa yang dimaksudkan dengan potensi khusus peserta didik dalam kaitannya dengan keunikan setiap peserta didik dengan struktur pembelajaran keseluruhannya. Terutama terkait dengan pola dan mekanisme pengembangannya.

Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata
kerja yang bersifat kolaboratif;

2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan
kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan
kependidikan (educational leader); dan

3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan
manajemen dan proses pembelajaran.

Tata kelola yang baru ini akan membawa pengaruh luar biasa karena merupakan perubahan paradigma tatakelola dari yang selama ini berjalan. Ketika kepala sekolah menjadi pimpinan kependidikan maka ia harus bekerja dan bertindak secara profesional mengikuti pola dan mekanisme manajemen pendidikan moderen yang sekaligus mementingkan proses dan hasil. Kepala sekolah bukan lagi sekadar pengelola administrasi sekolah seperti yang selama ini berjalan. Inisitif dan kreatifitas menjadi kata kunci yang utama. Artinya tatakelola yang baru ini diharapkan akan menumbuhkan budaya sekokah yang semakin baik dan berkualitas. Tentu saja akan membawa pengaruh positif pada keseluruhan proses pembelajaran yang dikelola guru.

Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

Tampaknya dibutuhkan penjelasan tambahan. Bukankah sebenarnya kurikulum ini berorientasi kompetensi dan menekankan aktivitas penemuan. Sehingga materi seharusnya lebih dikaitkan dengan pembentukan kompetensi, meskipun tentu saja harus memperhatikan tumbuh kembang anak.

Karakteristik Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;

6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

Kurikulum ini tampaknya hendak mewujudnyatakan pesan utama Undang-undang Sistem Pendidikan yang menekankan pentingnya menumbuhkembangkan  sejumlah karakter positif yang lengkap dan komprehensif. Ini bermakna kurikulum ini sungguh mendorong terbentuknya insan Indonesia yang multidimensi. Penyebutan dengan jelas sejumlah karakter dimaksud menunjukkan aspek kebaruan. Unsurnya mungkin tidak berbeda dengan yang lama, namun konstruksinya yang lengkap membuatnya menjadi berbeda.

Apa yang  bisa disebutkan sebagai sesuatu yang agak khas sebagai karakteristik kurikulum ini adalah adanya kompetensi inti sebagai dasar tolak, pengikat, dan pengarah kompetensi, mata pelajaran dan kegiatan yang akan dikembangkan lebih lanjut. Paling tidak dengan kompetensi inti ini para pelaksana kurikulum memiliki dasar dan pedoman untuk melakukan berbagai kegiatan dan kreativitas pembelajaran sebagai implementasi kurikulum.

Bertalian dengan hubungan  sekolah dan masyarakat agaknya perlu penjelasan dan rumusan yang  rinci dan lengkap. Terutama terkait dengan pola dan mekanisme pelaksanaannya. Oleh karena hubungan tersebut dapat memberikan kontribusi yang sangat bermakna dan fungsional bila dikelola dengan tepat, sistematis, terstruktur dan terukur. Namun bisa terjadi sebaliknya bila tidak dikelola dengan baik.

Penyebutan sikap terlebih dulu daripada pengetahuan menunjuktegaskan pendirian utama kurikulum ini. Bahwa karakter yang bisa tercermin dalam sikap didahulukan tinimbang pengetahuan. Tentu saja paradigma baru ini akan membawa konsekuensi yang tidak sederhana dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan model induktif dan mengalami secara langsung merupakan keniscayaan untuk digunakan.

Kelihatannya salah satu tantangan terbesar bagi pelaksana kurikulum adalah membuat rencana pembelajaran yang memungkinkan untuk memberi makna positif bagi keleluasaan yang diberikan oleh kurikulum dalam pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Tujuan kurikulum ini merupakan penajaman tujuan yang telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 45 dan UU Sistem Pendidikan. Landasan iman merupakan pengejawantahan sila pertama Pancasila. Dipilihnya istilah berkontribusi menunjukkan bukan saja keberfungsian manusia secara teknis, juga menegaskan kebermaknaan keberadaannya.

Persoalannya adalah bagaimana mencapai tujuan yang lengkap dan mulia ini. Kompetensi inti yang menjadi turunan dari tujuan ini dengan sangat jelas menunjukkan konsistensi, begitupun pada kompetensi dibawahnya yang lebih operasional. Namun apakah para pelaksana kurikulum dalam proses pembelajaran yang nyata dapat mengimplementasikannya dalam berbagai aktitivas dan materi pelajaran yang akan mencapai tujuan ini.

Bangun struktur kurikulum menunjukkan konsistensi internal yang sangat baik. Pada tataran konseptual semuanya terlihat baik, koheren dan lengkap. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kurikulum ini, berikut dianalisis pendapat dan pandangan para akademisi dan praktisi yang menjabarkannya dalam sejumlah buku.

Fadillah dalam Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA menguraikan pengertian Kurikulum 2013 (2014:16) sebagai berikut,

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kemudian kedudukan kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi. Selain itu pembelajaran lebih bersifat tematik dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 adalah sebuah Kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, kompetensi, dan pengetahuan.

Hasil kajian di atas memperlihatkan bahwa Kurikulum 2013 memiliki kesinambungan dengan kurikulum sebelumnya. Di dalam kesinambungan itu dilakukan penajaman dan pendalaman terutama pada aspek kompetensi. Membedakan soft skills dan hard skills namun tidak memisahkannya, menjadikan kurikulum ini merupakan penjabaran dari amanah konstitusi terkait dengan pencerdasan bangsa yang dapat memberikan kontribusi positif pada kebudayaan dan peradaban.

Kajian itu juga menunjukkan bahwa kurikulum baru ini menunjukkan adanya sejumlah perbedaan mendasar dengan kurikulum sebelumnya.

Hosnan  dalam Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan sejumlah pandangan tentang pembelajaran terkait dengan Kurikulum 2013 (2014:ix-x), dengan uraian di bawah ini,

Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki perserta didik agar mereka memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuhkan serta mengembangkan, sikap/attitude, pengetahuan/knowledge, dan keterampilan/skill. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisaskan dalam proses pembelajaran, antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Pesan utama Kurikulum 2013 sangat jelas. Karena para akademisi yang menganalisisnya dapat menangkap dengan tepat dan mengembangkannya menjadi rancang bangun pemikiran yang dapat memperkaya dan memperdalam kata-kata kunci utamanya. Kajian seperti ini akan sangat membantu para pelaksana untuk menangkap dan menjabarkan pesan utama kurikulum. Dengan demikian diharapkan dapat membantu mereka menjabarkannya lebih lanjut dalam rencana pembelajaran yang lebih rinci dan konkret.

Mulyasa dalam Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 menguraikan (2013:6-7)

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi landasan bagi tingkat berikutnya. Melalui pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan berbasis kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada bangsa lain di dunia, sehingga kita bisa bersaing dan bersanding, bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan global. Hal ini dimungkinkan kalau implementasi Kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

Secara keseluruhan pesan utama kurikulum dapat ditangkap dan diapresiasi. Kepentingannya dan makna pesan tersebut juga ditempatkan secar benar. Hanya saja penggunaan istilah nilai jual tampaknya kurang tepat dengan rumusan kurikulum yang lebih menekankan pada kompetensi fungsional yang tetap mendahulukan martabat dan penghormatan manusia. Namun, inilah konsekuensi dari pemaknaan teks yang memberi kebebasan pada pembaca untuk memberi tafsir. Ini mengisyaratkan bahwa multitafsir terhadap kurikulum merupakan sesuatu yang tak terelakkan.

Abidin dalam Desain Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013 menguraikan (2014:17)

Pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Orientasi ini dilandasi oleh adanya kesadaran bahwa perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad ke-21, telah terjadi pergesaran ciri dibanding dengan abad sebelumnya. Sejumlah ciri abad ke-21 tersebut adalah bahwa abad ke-21 merupakan abad informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi. Hal inilah yang diantisipasi pada Kurikulum 2013.

Lebih lanjut Abidin menjelaskan (2014:20)

Sejalan dengan ciri abad ke-21 dan model pembelajaran yang sesuai dengan abad ke-21 ini, tema utama kurikulum 2013 adalah Sikap, Keterampilan, dan Pengetahuan. Atas dasar tema yang diusung kurikulum 2013 ini, terdapat sejumlah elemen kurikulum yang berubah. Beberapa elemen yang berubah tersebut  antara lain standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, dan standar penilaian. Dinilai dari standar lulusan, standar lulusan kurikulum 2013 menekankan adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Perubahan ini selanjutnya tertuang dalam Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Pesan lain kurikulum yaitu antisipasi terhadap abad ke-21 yang ditandai oleh perubahan revolusioner juga sangat jelas terpapar dan dipahami oleh pembaca. Pesan ini sangat penting dan bermakna karena pada hakikatnya kurikulum 2013 memang dimaksudkan untuk itu. Berbagai rumusan kompetensi dan pembentukan sejumlah sikap, serta pengembangan potensi khusus peserta didik memang dimaksudkan untuk merespon berbagai perubahan revolusioner abad ke-21 dalam segala bidang kehidupan.

Terkait dengan standar, harus ditegaskan bahwa salah satu ciri fundamental kurikulum baru ini adalah penggunaan standar sebagai basis utama pengembangannya. Keberadaan standar memberi kepastian untuk menentukan titik tolak dan sekaligus pencapaian tujuan. Keberadaan standar sangat potensial mendorong berkembannya budaya mutu dalam pendidikan, serta pengembangannya yang berkelanjutan.

Daryanto dalam Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013 merumuskan  empat belas prinsip pembelajaran (2014:16-19) yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut:

1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif.

2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber; pembelajaran berbasis sistem lingkungan.

3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.

4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar.

5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi sistem komponen terpadu.

6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi.

7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah.

8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk pengetahuannya, tetapi menyajikan informasi menyangkut pengembangan sikapnya dan keterampilannya.

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat.

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).

11) Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.

12) Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.

13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK.

14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang siswa, cita-cita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara berfikir, keyakinan siswa berbeda-beda.

Apresiasi yang ditunjukkan oleh penulis di atas tidaklah berlebihan. Kurikulum 2013 sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai kurikulum yang sepenuhnya baru dalam arti apa yang disajikannya benar-benar baru. Sebagai penajaman dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, Kurukulum 2013 memang memanfaatkan apapun yang merupakan konsep terbaik yang terdapat dalam kurikulum sebelumnya. Sintesis yang dilakukan dalam Kurikulum 2013  memanfaatkan kurikulum sebelumnya dan teori, temuan dan perkembangan mutakhir dalam teknologi menjadikannya tampak sebagai kurikulum yang sangat baik dan lengkap.

Persolannya adalah bagaimana menerapkan beragam transformasi atau perubahan seperti yang diuraikan di atas. Sejak Kurikulum 1986 yang memperkenalkan konsep Keterampilan Proses dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)  sebenarnya hampir semua konsep pembaharuan ini telah disebarluaskan diikuti dengan serangkaian pelatihan. Namun, para guru tampaknya sulit beranjak dari kebiasaan mengajar yang tekah mereka jalani sangat lama. Sebenarnya inilah tantangan besar dan berat bagi semua kurikulum yang pernah digunakan sebelumnya dan Kurikulum 2013 ini.

Secara konseptual yang antara lain terungkap dalam kurikulum atau kebijakan pendidikan yang lain, selalu terlihat kemampuan untuk mengadaptasi dan mengadopsi berbagai temuan dan teori baru ke dalam pendidikan. Namun persoalanya adalah bagaimana membuat semua kebaruan itu berfungsi dalam kenyataan dan kemudian menghasilkan perubahan dan peningkatan yang bermakna pada kualitas pendidikan kita terkait dengan proses dan hasilnya.

Majid dalam Implementasi Kurikulum 2013: Kajian Teroritsi dan Praktis menguraikan (2014: 37-38),

Pengembangan kurikulum 2013 dirientasi terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2013 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Orientasi pengembangan kurikulum 2013 didasarkan pada permasalahan yang dihadapi kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada saat ini yaitu:

1. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

2. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

3. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skill dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum.

5. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial  yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.

6. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

7. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

8. Dengan KTSP membutuhkan dokumen yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.

Penulis di atas tampaknya berhasil menemukan apa yang menjadi substansi utama Kurikulum 2013. Meskipun Kurikulum 2013 merupakan penajaman dan mengambil beberapa hal dari kurikulum sebelumnya, namun juga merupakan kritik atas sejumlah masalah dalam kurikulum sebelumnya.

Salah satu masalah yang paling banyak dikeluhkan murid dan guru adalah banyak dan padatnya mata pelajaran. Sehingga muncul kesan proses pembelajaran lebih merupakan penjejalan materi pelajaran, bukan penjelajahan untuk mencaritemukan pengetahuan baru. Diduga model penjejalan ini adalah sumber dari banyak masalah lain seperti keletihan berlebihan guru dan murid, kurangnya waktu untuk mengembangkan beragam dimensi lain dari kemanusiaan para murid, dan habisnya waktu guru dan murid untuk membuat dan menjawab soal-soal yang melulu bersifat pengetahuan. Artinya yang berkembang lebih banyak aspek kognitif intelektual para murid. Sedangkan yang lain kurang diperhatikan.

Kurniasih dan Sani dalam Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapan menjelaskan keunggulan Kurikulum 2013 dengan uraian berikut (2014:40-41)

Keunggulan Kurikulum 2013

. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah

. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya didapat dari nilai ujian saja, tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi, praktik, sikap dan lain-lain

. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi

. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional

. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan

. Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan  seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan

. Hal yang paling menarik dari kurukulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial

. Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara proporsional

. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala

. Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena Pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia

. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal

. Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan mebuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.

Berbagai keunggulan yang disebutkan penulis di atas bukanlah jaminan bahwa kurikulum baru ini akan mudah diterapkan. Apalagi tidak mudah untuk mengubah kebiasaan dan tradisi guru dalam mengelola kelas dan melaksanakan proses pembelajaran. Persoalannya adalah bagaimana memanfaatkan dan memaksimalkan berbagai keunggulan ini untuk mendorong para guru bersungguh-sungguh meningkatkan kemampuannya agar bisa menerapkan kurikulum ini dalam proses pembelajaran yang nyata di sekolah.

10 komentar:

  1. Ricky kurnia ips B 2014
    Menurut saya, sekolah itu tempat bermain anak-anak, Anak kecil udah kayak kuli, langsung ditekan sama pelajaran-pelajaran bikin stres. Kan Kasian juga kalo pulang sore-malam, saya sendiri nggak ngerti deh sama pola pendidikan sekarang. Kurikulum kita sering banget mengalami gonta-ganti dan mengibaratkan siswa/i menjadi kelinci percobaan, mudah2an hasil dari kurikulum di indonesia berkualitas ..........

    BalasHapus
  2. Ricky kurnia ips B 2014
    Menurut saya, sekolah itu tempat bermain anak-anak, Anak kecil udah kayak kuli, langsung ditekan sama pelajaran-pelajaran bikin stres. Kan Kasian juga kalo pulang sore-malam, saya sendiri nggak ngerti deh sama pola pendidikan sekarang. Kurikulum kita sering banget mengalami gonta-ganti dan mengibaratkan siswa/i menjadi kelinci percobaan, mudah2an hasil dari kurikulum di indonesia berkualitas ..........

    BalasHapus
  3. Ricky kurnia ips B 2014
    Menurut saya, sekolah itu tempat bermain anak-anak, Anak kecil udah kayak kuli, langsung ditekan sama pelajaran-pelajaran bikin stres. Kan Kasian juga kalo pulang sore-malam, saya sendiri nggak ngerti deh sama pola pendidikan sekarang. Kurikulum kita sering banget mengalami gonta-ganti dan mengibaratkan siswa/i menjadi kelinci percobaan, mudah2an hasil dari kurikulum di indonesia berkualitas ..........

    BalasHapus
  4. Adetya Lestari
    P.ips A 2014

    Assalamualaikum pak nusa
    Mungkin saat ini kurikulum 2013menjadi masalah bagi guru karena harus pengembangkan kurikulum 2013 yang merupakan langkah lanjutan berbasis kompetensi yang telah dirintis sekitar tahun 2004. KTSP 2006 yang hanya mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu sedangkan
    pada kurikulum 2013 ini,guru harus berkompetensi dalam pemahaman substansi bahan ajar membaca akademik, juga sebagai berkompetensi keilmuan dan sosial namun dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan, apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajara dari sang guru akan tetapi kurikulum 2013 tak segampang untuk menerapkannya sehingga hanya kesabaran dan usaha yang dapat mereka lakukan.

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum wr.wb.

    Menurut saya Kurikulum 2013 ada dampak negatif serta positif nya juga. Yang sudah dijelaskan diatas, saya sangat setuju dengan pendapat Bapak. Karena menurut saya kurikulum 2013 akan berjalan sesuai rencana apabila semua aspek bisa dilaksanakan dengan baik dan pemerintah harus mendukung sarana dan prasarana untuk menunjang proses belajar seperti OHP/proyektor disetiap sekolah sekolah. Dan juga guru tidak hanya memberi materi lalu esok hari nya diberi ulangan. Menurut saya itu tidak efektif. Siswa dan guru harus saling aktif bukan hanya murid yang dituntut aktif.

    Wassalamualaikum wr wb

    Yetty Imayanti. P IPS A. 4915141036

    BalasHapus
  6. Ghaffar Radithio Putra
    P.IPS B 2014
    4915142801
    Tentunya kurikulun 2013 ini mendapat banyak kecaman dari berbagai kalangan karena banyak ketidak siapan para guru dan murid. Dan seharusnya sebelum kurikulum ini diterapkan perlu di lakukan ujicoba terlebih dahulu ataukah layak atau tidak. Sehingga siswa tidak kaget dengan pelajaran yang ia cerna.

    BalasHapus
  7. memang pada dasarnya k13 mempunyai konsep tujuan dan fungsi yang lebih baik dari kurikulum sebelumnya. logisnya saja sesuatu yang di "upgrade" pasti lebih baik dari sebelumnya, hanya saja dalam penerapannya k13 ini masih banyak pihak yang bingung karna blm terbiasa mungkin, tetapi saya yakin jika semua pihak sudah terbiasa kurikulum ini bisa mewujudkan tujuan, fungsi, dan visi dari k13 itu sendiri.

    rayi asyhada
    p.ips a 2014
    4915144090

    BalasHapus
  8. Rijalul Fahmi
    P.IPS B 2014
    4915145529

    assalamualikum wr wb
    saya sangat setuju dengan kurikulim 2013 agar kualitas pendidikan kita makin berkembang dan maju namun ada banyak hal yang harus dilakuakan seperti penyluhan bukan hanya untuk peserta didikanya namun untuk para pengajarnya yang juga haru ada penyuluhan agar kurikulum baru ini dapat berjalan dengan baik, namum ada satu hal yang saya seselali itu terlalu lamanya jam belajar anak disekah yang saya ketahui dari sekolah yang mulai mrnjalankan kurikulim 2013 jam belajar anak siswa lebih lama hingga jam 3 sore kemudian hari sabtu mereka juga harus masuk dengan intensitas jam belajar yang sama dengan hari-hari lainya, saran saya jika jam belajar siswa ditambah hari sabtu siswa diliburkan, saran juga dari saya distribusi buku-buku kurikulum 2013 ssgera dipercepat ke seluruh pelosok indonesia agar kurikukum 2013 berjalan baik
    wasalamualikum wr wb

    BalasHapus
  9. KURIKULUM 2013 IBARAT INDONESIA MEMBUAT PROGRAM MENERBANGKAN INSAN NYA MENUJU BULAN ? mengapa demikian ? karena kurikulum 2013 merupakan sebuah kebijakan yang MUSTAHIL.. kurikulum sebelumnya saja sudah aneh SAYA YANG SEMPAT MERASAKAN BETAPA BERGUNA NYA BUKU GRATIS DARI PEMERINTAH SAMPAI SAMPAI GURU TIDAK PERNAH MENGGUNAKAN BUKU TERSEBUT SEBAGAI RUJUKAN BAHAN AJAR karena konten nya yang NOL BESAR , tidak usah ingin mengubah sistem revisi saja yang sebelumnya. lihat Finlandia dia tidak pernah gonta ganti kurikulum tapi lihatlah pendidikan terbaik ada dimana? dan yang paling miris UJIAN NASIONAL tetap dijalankan. pemerintah sangat Buta dan Tuli karena telah JELAS bahwa banyak kecurangan dalam penyelenggaraanya, banyak yang memakai bocoran saya yakin ANAK BARU TAHUN INI YANG MASUK UNJ DISEKOLAHNYA BANYAK YANG MENGGUNAKAN BOCORAN SAAT UJIAN NASIONAL.saya tidak munafik, itu fakta lapangan bahkan oknum guru yang koordinasi dan memberikan IMUNITAS agar anak sekolah nya lulus 100%. JADI APA GUNA KITA SEKOLAH 3 TAHUN DI SMA MAUPUN SMP KALAU AKHIRNYA MENCONTEK SAAT UN ? dan pendistribusian soal UN pun dilaksanakan melalui pusat soal didistribusikan dari pusat jadi PEMERINTAH tidak percaya kepada GURU DI INDONESIA dengan alasan kalau dikirim maaka soal akan bocor? kalau begitu BUBARKAN SAJA MENDIKNAS jika Tdak percaya kepada kaki tangan nya yaitu para GURU? oh dan saya yakin kebanyakan penjabat menSekolahkan ANaknya diluar negeri .. mengapa ? karena para menteri yang mendesign SISTEM tapi mereka tidak percaya dengan SISTEM yang mereka buat, berarti mereka tidak percaya pada pemikiran mereka sendiri?


    Achmad Sunandar P.IPS 2014 B

    BalasHapus
  10. Windarti
    P.IPS B 2014
    4915142816

    Menurut saya kurikulum 2013 terlalu memaksakan, seperti kurikulum 2013 sudah berjalan tetapi buku guru dan siswa belum ada. hal ini membuat guru dan siswa belum ada. hal ini membuat para guru dan siswa bingung, juga metode dan materi pembelajarannya banyak yang berbeda, siswa di tuntut untuk menguasai berbagai bidang pelajaran, siswa di tuntut untuk aktif mencari bahan pembelajaran serta jam belajarnya pun ditambah.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd