Jumat, 28 November 2014

KESEMBUHAN DAN SPIRITULITAS: KRITIK FUNDAMENTAL TERHADAP MODERNISME

(Doa dan harapan bagi keluarga Prof. Dr. Mansur Mashum dan Prof. Dr. Ki Supriyoko)

Bagaimanakah proses kesembuhan manusia? Siapa atau apakah yang menyebabkan kesembuhan bisa terjadi? Mengapa pengobatan alternatif yang seringkali bertentangan dengan akal sehat atau tidak dapat dijelaskan secara ilmiah makin banyak diminati, bahkan pada masyarakat barat yang rasional dan budaya ilmiahnya sudah sangat berkembang?

Seorang teman yang sepenuhnya dididik dengan tradisi barat dan mengambil S2 serta S3 di Eropa dalam kajian statistik, sangat terheran-heran dengan semakin populernya pengobatan alternatif, pun di dunia barat. Ia tak habis fikir bagimana cara fikir tardisional bisa dipercaya dalam dunia moderen.

Ia pernah menyaksikan di sebuah kota di Eropa, orang-orang sakit berkumpul di satu rumah ibadah dan melakukan ritual berdoa sampai menangis histeris memohon pada Tuhan agar disembuhkan dari penyakit. Pada umumnya penyakit mereka tergolong sangat parah dan semua pengobatan moderen sudah dicoba tetapi tak juga kunjung sembuh. Ia juga bingung, orang berbondong-bondong untuk mencaridapatkan penyembuhan di Lourdes, Perancis. Banyak orang meyakini, Lourdes merupakan tempat pemunculan Bunda Maria. Banyak orang yang katanya mendapatkan kesembuhan di tempat itu.

Lucunya, yang menonton acara ritual itu tak kalah banyak. Para penonton itu sibuk mengabadikan upacara ritual itu dengan handycam. Banyak penonton yang takjub melihat bagaimana orang-orang histeris sambil terus menangis dan berdoa. Ia lebih banyak terheran-heran daripada takjub. Dengan datar ia berkomentar, rasanya orang-orang itu tidak sembuh dari penyakitnya, hanya merasa sembuh karena semangat yang meluap-luap, mereka seperti dihipnotis. Ini cuma pengalihan fikiran saja, tegasnya.

Lebih lanjut ia berpendapat, Tuhan memang yang paling menentukan. Bisa saja Tuhan memberi kesembuhan dengan cara seperti itu. Tapi saya tidak percaya mereka semua bisa sembuh, tegasnya. Jika mereka semua sembuh dengan cara ini, itu artinya Tuhan telah bertindak kurang adil, katanya. Mengapa?, tanyaku. Nanti para dokter, pembuat obat dan pabrik obat tidak dapat rezeki dan bisa mati kelaparan. Demi keadilan, dan agar dokter serta pembuat obat tetap berfungsi, harus ada yang tetap tidak sembuh, jelasnya.

Meski tampak agak bercanda, ada problem fundamental dalam pertanyaan dan keraguan teman saya itu. Di televisi sering ditayangkan penyembuhan dengan cara berdoa beramai-ramai sambil menangis dan berdoa. Dilakukan dengan beragam latar belakang agama, Islam dan Kristen. Menurut informasi yang dikumpulkan oleh sejumlah orang, termasuk yang bisa sembuh dan para jurnalis, memang selalu ada keajaiban. Artinya orang yang sudah divonis tak bisa sembuh oleh sejumlah dokter, ternyata akhirnya sembuh. Tetapi ada juga yang tidak sembuh dan akhirnya wafat.

Seorang teman lain yang anaknya mengalami gangguan kesehatan karena dua kali tabrakan, sudah mendatangi banyak dokter, rumah sakit dan pengobatan alternatif, termasuk yang menggunakan doa, belum juga mendapat kesembuhan. Teman itu berpendapat, belum nemu yang cocok. Kesembuhan itu cocok-cocokan, jelasnya.

Sejarah pengobatan sangat panjang. Sepanjang sejarah manusia. Karena itu sangat wajar bila terdapat banyak pendekatan dan cara penyembuhan yang bukan saja berbeda, bahkan saling bertentangan.

Pengobatan timur yang amat menonjol dan sudah sangat tua yaitu India, Cina, dan Jepang mengembangkan metode pengobatan yang didasarkan pada sejumlah keyakinan yang berasal dari pandangan hidup yang telah  lama mempengaruhi mereka. Pandangan hidup yang mengarahkan dan menjadi pedoman dalam segala aspek kehidupan. Bisa berupa filosofi atau filosofi yang berbaur dengan keyakinan religius.

Setidaknya ada sejumlah keyakinan yang mendasari pengobatan dalam praktik pengobatan di timur, antara lain, pertama, dalam diri manusia tersimpan kekuatan untuk melawan penyakit apapun. Praktik pengobatan harus membangkitkan dan memperkuat kekuatan itu untuk melawan penyakit.

Kedua, manusia akan sakit jika tidak menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan diri sendiri dan lingkungan, baik fisik maupun psikologis. Pengobatan harus mengusahakan kembalinya keselarasan ini.

Ketiga, tubuh manusia merupakan kesatuan organis yang utuh, memiliki struktur dan organisasi yang saling berkaitan erat dan saling menunjang serta mempengaruhi. Dalam kaitan inilah peta tubuh manusia yang antara lain ditunjukkan dengan titik-titik meridian mesti dipahami. Refleksi, yaitu pemijitan telapak kaki sebagai salah satu pusat syaraf dan kumpulan titik meridian diyakini dapat mempengaruhi bagian tubuh yang lain. Karena itu ada peta bagian tubuh manusia di kaki dan kuping. Ini semua terkait dengan titik meridian. Akupuntur dan bekam juga menggunakan titik meridian yang sama.

Keempat, penyembuhan merupakan upaya mengembalikan keseimbangan dan keselarasan bagian-bagian tubuh dengan memanfaatkan titik meridian dan bahan-bahan yang berasal dari alam. Penyembuhan mungkin tidak bersifat segera. Lembut, lamban, tetapi sekaligus menyembuhkan, memperkuat dan memelihara. Artinya efek samping sangat dicegah. Diyakini, penyakit apapun ada tersedia obatnya di alam terbuka ini. Bisa dari tumbuhan, hewan, dan bahan alami yang lain.

Dalam semua praktik pengobatan timur, beragam upaya fisik seperti akupuntur, refleksi dan penggunaan racikan obat alami, kebanyakan herbal, adalah bagian dari keyakinan yang lebih dalam yaitu spiritualitas. Akibatnya, pengobatan timur selalu dikaitkan dengan ritual tertentu. Upaya ini ditautkan dengan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Sang Ada.

Siapa Sang Ada,  sangat bergantung pada keyakinan yang dianut. Itulah sebabnya upaya penyembuhan pasti dikaitkan dengan upacara ritual. Doa menjadi penting. Permohonan pada Sang Ada. Karena diyakini Sang Ada yang memiliki kuasa mengangkat penyakit, penyakit apapun, separah dan segawat apapun. Doa diyakini memiliki kekuatan lebih dibandingkan obat apapun.

Dalam masyarakat tradisonal di seluruh dunia, termasuk barat yang pagan atau sebelum Kristen, upacara ritual sebagai bagian dari pengobatan sangat lazim. Itulah sebabnya orang yang dipercaya bisa mengobati, disebut tabib atau dukun, adalah juga pemimpin spiritual. Tak ada pemisahan fungsi dan profesi seperti yang terdapat pada masyarakat moderen sekarang ini.

Bila kini, para tokoh spiritual seperti kiyai, ustaz, dan pendeta juga bertindak sebagai ahli pengobatan sebagaimana yang bisa dilihat di televisi, bukanlah gejala baru. Itu berakar dalam budaya manusia sejak zaman kuno. Meski kini terbukti banyak yang ternyata palsu dan penipu.

Menariknya adalah berbagai penelitian neurosains sebagaimana yang bisa disaksikan dalam sejumlah film produksi National Geograghic, BBC, dan Discoverry menunjukkan bahwa keyakinan manusia, kemampuan manusia mengelola otaknya sebagai pusat kesadaran dan bertindak memang dapat mempengaruhi manusia. Sebagai contoh, permainan imajinasi bahkan dapat membantu manusia memperbaiki ototnya, juga memampukan manusia melakukan gerakan dan lompatan dalam senam yang sangat sulit dilatih dengan cara-cara yang biasa dilakukan sesuai prosedur latihan yang teruji secara ilmiah. Bahkan ada penelitian eksperimental tentang pengaruh imajinasi terhadap peningkatan kemampuan bermain basket.

Keyakinan spiritual yang pasti lebih kuat dan dahsyat dibandingkan imajinasi juga dipercaya mampu mendorong manusia melampaui kemanusiaanya, atau ketundukan manusia pada alam. Dalam konteks itulah mengapa buku-buku yang menjelaskan dan praktik-parktik fikiran positif, penggunaan fikiran bawah sadar menjadi sangat laku, dan kursus-kursus untuk memperkuat fikiran, termasuk hipnotis menjadi sangat laku di seluruh dunia.

Praktik yang lebih spritual seperti yoga juga sangat banyak peminatnya di seluruh dunia. Sting, penyanyi rock terkenal, mantan vokalis The Police, mengganti olah raga keras yang dilakukannya untuk menjaga kondisi kebugaran dan kesehatan tubuhnya dengan yoga. Sting bilang yoga ternyata lebih baik dari olah raga fisik yang keras, karena bukan saja menyehatkan tubuh, tetapi sekaligus mencerahkan jiwa dan spiritualitas. Ia mengaku kesehatannya sangat terjaga, dan kekuatan kreativitasnya tak pernah berkurang karena yoga.

Artinya, penelitian ilmiah memberi bukti-bukti baru dan menguatkan pentingnya kekuatan otak manusia dan kuatnya pengaruh spiritualitas dalam hidup manusia secara keseluruhan. Juga terhadap kesembuhan bila ia sakit.

Bagi mereka yang tidak akrab atau bahkan kurang menyukai istilah-istilah dan konsep-konsep spiritualitas, mungkin bias merujuk pada istilah-istilah psikologi. Dalam kajian psikologi juga semakin terbukti bahwa aspek-aspek nonfisik, bisa disebut jiwa, semangat, harapan, keyakinan, dan cinta ternyata lebih kuat mempengaruhi manusia dibanding aspek-aspek fisik-material.

Individu yang memiliki keyakinan dan harapan bahwa ia bisa dan akan sembuh memiliki kemungkinan untuk sembuh lebih besar dan lebih cepat dibanding individu yang berfikir sebaliknya. Sejumlah penelitian membuktikan, anak-anak yang sedang sakit lebih cepat sembuh jika di ruang perawatannya ada televisi untuk menonton film kartun kesukaannya atau game yang bisa mainkan.

Orang yang sedang sakit sangat parah memiliki kekuatan lebih besar untuk bertahan dan sembuh, jika didukung oleh orang-orang terdekat yang menunjukkan perhatian dan cinta. Sebaliknya, mereka yang sedang sakit dan diabaikan akan mengalami percepatan perkembangan penyakitnya ke arah yang lebih memburuk.

Cinta, perhatian dan empati mampu menumbuhsuburkan kebahagiaan yang bisa memicu berbagai hormon dan zat-zat lain dalam tubuh untuk bersatu melawan penyakit. Rasa bahagia yang didasarkan pada cinta empatis lebih ampuh dari obat apapun. Fakta ini dibenarkan dan diperkuat oleh banyak penelitian. Buku-buku serius dan populer yang tersebar di banyak toko buku memuat sejumlah penelitian dimaksud.

Beberapa di antaranya adalah Dr. Shigeo Haruyama, dalam ”The Miracle of Endorphin”, William Walker Atkinson, "Mind & Body", "Inilah Otak Anda ketika Bahagia"  karya Dr. Earl Henslin, "Tuhan dalam Otak Manusia : Mewujudkan Kesehatan Spiritual Berdasarkan Neurosains", karya Taufiq Pasiak, "Misteri Otak Kanan Manusia” buah karya Daniel H. Pink, "Berzikir untuk Kesehatan Syaraf" penulis Arman Yurisaldi Saleh, karya Bruce H. Lipton, "Rahasia Pikiran Tanpa Batas", "Wacana Tubuh dan Kedokteran: Sebuah Refleksi Filofofis" karya Yeremias Jena, "The Spiritual Brain" karya Mario Beauregard dan Denyse O'Leary, "Who Switched Off My Brain" karya Caroline Leaf dan "The Future of The Mind" karya Michiu Kaku.

Meski spiritualitas terbukti dapat membantu penyembuhan, namun tetaplah sangat berhati-hati. Spiritulitas sejati berakar pada kepasrahan total pada Sang Kuasa, dan ketulusan pada sesama. Bila ada pihak yang menggunakan pendekatan spiritual tetapi memasang tarif, menggunakan paket pula, harus ditegaskan bahwa itu adalah bentuk materialisme spiritual. Menjadikan spiritualitas sebagai komoditi dalam nalar transaksi. Itu cuma menjual spiritulitas. Mirip artis yang biasanya buka dada dan paha, tiba-tiba berhijab di bulan Ramadhan karena membawakan acara yang terkait dengan Ramadhan. Berhijab demi uang alias hijabul fullus! Materialisme ini sangat berbahaya.

Materialismelah yang menjadi dasar dan karakteristik utama pengobatan moderen. Pengobatan moderen yang kini sangat diperkaya dengan teknologi kedokteran yang makin canggih berakar kuat pada pemikiran moderen.

Pemikiran moderen sebagaimana ditunjukkan oleh Galileo, Newton, dan bapak pemikiram moderen Descartes, serta Hume dan Locke berakar dan bertumpu pada nalar rasional dan pembuktian faktual yang bersifat empiris. Sebagai pemberontakan terhadap spiritulaitas abad pertengahan, pemikiran moderen tidak memberi tempat, bahkan celah bagi spiritualitas. Puncaknya adalah positivisme logis yang menegaskan bahwa pembicaraan tentang spiritualitas adalah omong kosong. Pembuktian empiris adalah satu-satunya cara untuk mencaridapatkan kebenaran dan kepastian. Tentu saja dikombinasikan dengan nalar logis rasional.

Kedokteran moderen berdiri di atas keyakinan ini. Karena itu tidak boleh ada spekulasi dan tebak-tebakan. Jika ada yang sakit periksa bukti-bukti empiris berbasis fakta. Ukur suhu tubuh, lihat tanda-tanda penyakit yang muncul pada bagian-bagian tubuh seperti lidah, bagian-bagian pada mata, cek tensi dan periksa darah di laboraorium, bagus jika ditambahkan pemeriksaan kencing dan kotoran. Jika penyakit tak ditemukan, periksa sum-sum. Semuanya harus didasarkan pada bukti yang tak terbantahkan.

Dalam kaitan inilah penggunaan peralatan teknologi canggih yang bahkan dapat "masuk" ke dalam belahan syaraf terkecil untuk mengetahui gumpalan darah, atau ke kedalaman jantung untuk melihat apa yang terjadi, harus dimengerti sebagai bagian dari upaya mendapatkan data yang tak terbantahkan. Inilah model dignosis empiris. Semuanya berdasarkan fakta dan data. Selain fakta dan data yang bersifat material itu, sama sekali tak penting dan tidak perlu diperhatikan. Penyakit sepenuhnya bersifat material yang jejaknya dapat dipantau dari darah, sum-sum dan organ yang sakit. Tak ada misteri di situ. Apalagi spiritualitas.

Penyebab penyakit, virus, bakteri atau jasad renik lain, harus dipelajari karateristik, perilaku, zat pembentuk, caranya berkembang dan menyerang. Atas dasar pemahaman mendalam atas informasi itu dicarikan zat kimia yang dapat menghancurkannya. Tentu melalui tahapan yang mengandalkan uji coba dan bukti empiris. Untuk memastikan daya bunuhnya terhadap penyebab penyakit dan tidak mebahayakan manusia yang sakit diujiciba dulu pada hewan. Pembuktian empiris ini merupakan syarat mutlak bagi izin penggunaannya.

Penemuan robot nano yang super kecil, sepersejuta potongan rambut yang dimasukkan ke dalam darah dan berfungsi lebih canggih dari darah putih untuk memakan virus dan bateri penyebab penyakit, atau penggunaan chip super kecil yang ditancapkan di bagian belakang leher sebagai pengendali dan penghancur semua virus dan bakteri adalah bagian dari pengobatan moderen yang sepenuhnya empiris dan sangat terukur. Semuanya harus berdasarkan eksperimentasi. Sebentuk kesetiaan pada sains moderen yang dicanangkan Galileo dan Newton.

Sains moderen berkeyakinan bahwa alam semesta dan manusia sepenuhnya bersifat mekanis, mirip mesin yang tunduk pada hukum-hukum yang objektif, pasti, dan determinis, tak mungkin menyimpang dari pola yang tetap dan konsisten. Begitulah manusia difahami dalam kedokteran moderen. Karena itu penyakit yang sama, diderita oleh siapa pun diobati dengan cara yang seragam. Para calon dokter di seluruh dunia mempelajari bahan yang sama dan seragam. Tentu dengan sedikit variasi. Karena hakikinya manusia dan penyakit tunduk pada hukum-hukum yang objektif dan seragam itu. Persis seperti hukum gravitasi yang belaku kapan dan di mana pun.

Sebagimana sains moderen, kedokteran dan pengobatan moderen lengkap dengan teknologinya telah memberikan sumbangan yang sangat bermakna bagi manusia. Kualitas kesehatan dan umur harapan hidup terus meningkat. Tidak mengherankan bila kepercayaan pada kedokteran moderen terus meningkat di seluruh dunia.

Namun, sebagaimana sains moderen yang kontroversial, dan mengalami anomali, kedokteran moderen juga mengalami hal yang sama. Banyak penyakit, bukan saja belum ditemukan obatnya. Bahkan apa penyebabnya pun belum bisa diidentifikasi dengan tepat. Persoalan HIV/AIDS belum selesai, muncul ebola. Sementara virus flu terus berevolusi dan bermutasi memunculkan beragam jenis flu yang makin mengerikan  dan tidak terkendali.

Penelitian-penelitian yang dilakukan kalah cepat dengan perkembangan penyakit. Kedokteran dan pengobatan moderen berada di persimpangan jalan. Memasuki anomali, persis seperti sains moderen.

Dalam situasi seperti ini, kala banyak penyakit belum mampu ditangani oleh pengobatan moderen, orang-orang melihat pengobatan alternatif sebagai pilihan yang niscaya. Kejutannya adalah, saat rumah sakit tak berdaya, pengobatan alternatif berjaya. Kondisi ini bukan saja menunjukkan ironi modernitas, tetapi anomali modernitas.

Disebut anomali karena ketidakmampuannya menyelesaikan beragam masalah dengan pendekatan ilmiah yang menjadi dasar kerjanya. Jangankan menyelesaikan masalah, memberikan penjelasan pun tidak lagi memadai. Karena itu tidak usah heran bila kontroversi tentang penjelasan satu jenis penyakit dan pengobatannya sering terjadi. Artinya, kepastian sudah goyah.

Apa yang menjadi akar anomali ini? Anomali yang lebih dulu dialami sains moderen.

Sains moderen menyederhanakan realitas, alam dan manusia termasuk di dalamnya, sebagai keberadaan yang bersifat mekanis. Cara kerjanya yang berbasis pemikiran rasional dan pengujian empiris membuat sains moderen hanya berkutat dengan yang serba material.

Problem muncul ketika sains moderen berhadapan dengan manusia dengan segala masalahnya. Memang ada bagian dari manusia yang bisa didekati menggunakan pendekatan sains moderen. Karena manusia terdiri dari materi, memiliki aspek biologis. Dengan demikian berbagai cabang sains moderen seperti fisika, kimia, biologi, dan neurosains dapat digunakan untuk menjelaskan banyak aspek manusia.

Ambillah contoh penelitian tentang otak. Karena otak terdiri dari unsur yang bersifat material, maka fisika, kimia, biologi dapat digunakan untuk menjelaskan otak. Banyak misteri otak dapat diungkap dan dijelaskan. Sains moderen menggerus banyak mitos tentang otak. Apalagi sejak ditemukannya berbagai alat pemindai otak yang memungkinkan meneliti otak manusia yang sedang beraktivitas, juga tumbuh kembang otak sejak bayi dalam kandungan.

Penelitian mendalam tentang otak memberi penjelasan baru tentang berbagai belahan otak dan beragam fungsinya. Kini kita jadi paham bahwa ada belahan otak yang mengelola emosi dan nalar. Meski secara keseluruhan otak bekerja secara integratif holistik, namum ada bagian otak yang paling berfungsi dan mengendalikan. Emosi misalnya, dikelola dalam sistem limbik, sistem limbik lebih berperan darpada neokorteks sebagai pusat nalar. Bahkan sistem limbik mampu mendominasi neokorkotek. Jika kita marah tak terkendali, itulah saat otak emosi menjajah otak nalar, sistem limbik mengkudeta neokorteks.

Bagaimana manusia membuat keputusan. Bagaimana ia mereaksi dan merespon aksi yang yang berbeda-beda. Apa yang terjadi di dalam otaknya saat ia menikmati musik atau membaca buku. Semuanya kini dapat dijelaskan secara tepat akurat. Sains moderen sungguh luar biasa, mampu memasuki ceruk-ceruk otak manusia yang sangat rumit.

Namun, sains moderen mentok dan membisu berhadapan dengan kesadaran manusia. Padahal otak diakui dan diyakini merupakan pusat kesadaran dan kendali diri.

Kementokkan dan kebisuan sains moderen menghadapi fenomena kesadaran disebabkan kesadaran tidak bersifat material sebagaimana neuron dan lapisan-lapisan otak yang rumit. Kematerialan manusia hanyalah bagian dari  kemanusian, bukan keseluruhannya. Dimensi atau aspek nonmateri seperti kesadaran, spiritualitas merupakan bagian yang penting bagi keberadaan manusia. Namun sains moderen mengabaikannya.

Pastilah kedokteran dan pengobatan moderen yang berakar pada sains moderen mengikuti rute yang sama. Akibatnya mentok ke jalan buntu. Dalam kondisi inilah, menggunakan istilah Kuhn, anomali itu terjadi.

Menyederhanakan manusia menjadi sekadar onggokan materi, dan mengabaikan spiritulitasnya pastilah seperti menelusuri lorong gelap tak berujung. Kesudahannya adalah benturan demi benturan yang berujung kehancuran.

SPIRITUALITAS MEMAMPUKAN MANUSIA MELAMPAUI SEMUA YANG MATERIAL, DAN MERUPAKAN KEKUATAN PENYEMBUHAN YANG LUAR BIASA.

3 komentar:

  1. Nama : Yulia Citra
    Kelas : P.IPS B 2014

    Keyakinan dan harapan untuk sembuh memiliki kemungkinan besar dan cepat mengalami kesembuhan. Karena dengan harapan inilah yang membuat mereka terus mencari beberapa pengobatan salah satunya pengobatan spiritual yang mampu membuka kembali mata mereka dengan kemungkinan-kemungkinan yang Tuhan berikan untuk memanjangkan umur mereka. Setidaknya dengan mengingat kekuasaan Tuhan itu dapat memotivasi mereka untuk terus berusaha demi kesembuhan.
    Kemudian dukungan dari lingkungan sekitar juga mampu membangkitkan kembali semangat hidup yang telah hilang. Perhatian dan cinta dari orang-orang terdekat inilah yang mencoba memberikan harapan-harapan untuk bertahan dan sembuh. Tawa, canda dan motivasi dari mereka yang membuat kita merasa masih diinginkan untuk tetap hidup, untuk tetap bersama walau kemungkinan besar harapan itu nihil, namun semangat dari mereka yang membantu untuk tetap kembali hidup layaknya orang normal walau sangatlah besar penyakit yang kita lawan.
    Dalam melawan suatu penyakit, jangan pernah untuk pesimis mengakhiri hidup dan merasa sendirian. Karena kesembuhan itu ada pada diri kita, bila diri kita terus berusaha untuk sembuh insyaallah kesembuhan akan datang pada kita, dibanding kita hanya bisa mengutuk diri kita dan memaki penyakit yang telah ada itu tidak akan mengubah apapun yang terjadi malah kita akan dihujani beribu keinginan untuk mengakhiri hidup ini. Kemudian jangan pernah merasa sendiri, karena masih ada orang sekitar yang mampu memberi motivasi dan semangat positive selama kita melawan penyakit dan ada Tuhan yang dapat merubah nasib kita dengan segala kuasanya.

    BalasHapus
  2. Saya setuju dengan artikel bapak. Tujuan ibu menyuruh bukan sekedar menyuruh disitulah ibu mengajarkan untuk menghadapi dunia yang lebih kejam nantinya disaat kita sudah besar dan menuju kedewasaan. Semuanya akan berjalan baik jika dari kecil kita sudah dilatih untuk berjuang dahulu sebelum berperang. semua harus memiliki jiwa yang tetap dan sejalan dengan zaman yang semakin lama makin berkembang dan membuat semua harus lebih memahami.
    Jadilah anak yang bersikap positif terhadap sesuatu karena jika berfikir negatif terus menerus hidup ini tidak akan sejalan dengan apa yang kita inginkan. sesuatu harus dilakukan dengan sikap positif dan tanggung jawab. ( Siti Nur Rosdiana P.IPS A 2014 )

    BalasHapus
  3. pada dasarnya keyakinan spiritual sangat berpengaruh dalam kendali otak dan tindakan manusia. keyakinan ini muncul dari diri kita terhadap sesuatu yang mempengaruhi perilaku kita. tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekali manusia yang yakin terhadap sesuatu hal dan pada akirnya manusia itu berkutik dengan sugestinya sendiri.

    banyak diantara kita yang mengalami sakit parah tetapi dapat sembuh karena keyakinan pada dirinya sendiri dan dorongan dari rekan terdekat mereka. ada juga mereka yang berobat kemana-mana tetapi tidak sembuh. itu karena mereka tidak yakin terhadap dirinya sendiri, mereka tidak yakin jika mereka lebih kuat dari penyakitnya sendiri.

    itulah sebabnya dalam hal apapun kita harus yakin pada diri sendiri kita bisa. suatu keharusan bagi kita untuk berprasangka baik terhadap tuhan. dengan kita yakin jika kita bisa mengahadapi sesuatu, sudah pasti karena kita yakin tuhan selalu memberika jalan terbaik untuk umatnya. keyakinan ini juga harus di seimbangkan dengan perbuatan kita. agar spiritual dan usaha kita seimbang dan mencapai hasil yang kita inginkan.

    rayi asyhada
    p.ips a 2014
    49151544090


    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd