Orang-orang Miskin
(WS Rendra)
Orang-orang miskin di jalan,
yang tinggal di dalam selokan,
yang kalah di dalam pergulatan,
yang diledek oleh impian,
janganlah mereka ditinggalkan.
Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
mengandung buah jalan raya.
Orang-orang miskin. Orang-orang berdosa.
Bayi gelap dalam batin. Rumput dan lumut jalan raya.
Tak bisa kamu abaikan.
Bila kamu remehkan mereka,
di jalan kamu akan diburu bayangan.
Tidurmu akan penuh igauan,
dan bahasa anak-anakmu sukar kamu terka.
Jangan kamu bilang negara ini kaya
karena orang-orang berkembang di kota dan di desa.
Jangan kamu bilang dirimu kaya
bila tetanggamu memakan bangkai kucingnya.
Lambang negara ini mestinya trompah dan blacu.
Dan perlu diusulkan
agar ketemu presiden tak perlu berdasi seperti Belanda.
Dan tentara di jalan jangan bebas memukul mahasiswa.
Orang-orang miskin di jalan
masuk ke dalam tidur malammu.
Perempuan-perempuan bunga raya
menyuapi putra-putramu.
Tangan-tangan kotor dari jalanan
meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu biarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik menjadi nol.
Mereka akan menjadi pertanyaan
yang mencegat ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
akan meringis di muka agamamu.
Kuman-kuman sipilis dan tbc dari gang-gang gelap
akan hinggap di gorden presidenan
dan buku programma gedung kesenian.
Orang-orang miskin berbaris sepanjang sejarah,
bagai udara panas yang selalu ada,
bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
tertuju ke dada kita,
atau ke dada mereka sendiri.
O, kenangkanlah :
orang-orang miskin
juga berasal dari kemah Ibrahim..
**************************************
Orang miskin merupakan topik yang sangat penting. Mereka nyembul dalam janji-janji politik dan pidato presiden. Selalu ditulis oleh berbagai pemberitaan. Muncul dalam lagu dan puisi. Jadi pembahasan menarik oleh para akademisi. Menjadi perhatian badan pusat statistik. Bahkan kerap disebut dalam kitab suci dan kotbah-kotbah keagamaan.
Sosiolog besar Oscar Lewis mengabdikan dirinya melakukan penelitian terhadap orang-orang miskin di perkotaan. Tinggal bersama mereka sampai sering kena diare alias mencret-mencret yang obatnya adalah cebok-cebok. Lewis diduga meninggal disebabkan penyakit yang didapatnya di pemukiman kumuh.
Dari orde ke orde, semua partai politik telah menjadikan orang miskin sebagai "komoditi yang dijual". Semua partai politik selalu mengatasnamakan orang miskin. Dalam pidato dan kegiatan pencitraan, mereka tunjukkan keberpihakan pada orang miskin. Meski dalam hidup keseharian keberpihakan itu susah dibuktikan.
Lihatlah perilaku kebanyakan politisi yang hidup bermewah-mewah. Sampai hati menggunakan mobil mewah, memiliki rumah mewah di tengah rakyat miskin yang jumlahnya puluhan juta. Politisi yang telah pernah divonis jadi koruptor, melibas uang rakyat, dan tersangka kasus korupsi, masih berani menyatakan diri sebagai pembela rakyat miskin.
Pemerintahan, dari rezim ke rezim juga menunjukkan perhatian pada orang miskin melalui sejumlah kebijakan. Walau sering kali terbukti, kenyataan program itu tidak sebagus iklannya yang mahal dan ditayangkan berulang-ulang di berbagai media massa. Kesannya, iklan program itu lebih penting dari programnya.
Pada masa Orde Baru ada program IDT atau Inpres Desa Tertinggal. Sebuah program yang secara khusus membantu rakyat miskin di desa miskin.
Di DKI Jakarta, program ini difokuskan pada penataan daerah kumuh yang memang sangat banyak di Jakarata pada waktu itu. Kini, daerah kumuh sudah berkurang banyak karena tanah yang dulu disesaki gubuk-gubuk darurat telah diambil alih oleh para kapitalis dan diubah menjadi apartemen serta mal-mal mewah megah.
Semua pemukiman kumuh itu ilegal atau menempati tanah negara atau tanah milik pribadi yang kosong. Karena itu setiap kali tanah tersebut akan digunakan, para penghuninya harus pergi. Tak jarang pengosongannya menimbulkan bentrok dengan aparat. Sering pula pemukiman kumuh itu terbakar habis. Kemudian tidak berapa lama muncullah bangunan megah di tempat itu.
Orang-orang miskin yang mukim di daerah kumuh pada umumnya sudah sangat terbiasa berpinda-pindah dari pemukiman kumuh yang satu ke pemukiman kumuh lainnya. Mereka sepenuhnya sadar bahwa tanah yang ditempati milik orang. Oleh sebab itu mereka selalu siap pindah kapan pun.
Dalam rangka program IDT, pemerintah DKI Jakarta memberikan pada sejumlah penghuni pemukiman kumuh rumah dengan tipe RSS atau rumah sederhana sekali yang terletak di Tangerang. Tampaknya program itu telah dirancang dengan sangat sistematis berdasarkan studi yang lama.
Untuk mendapatkan gambaran betapa seriusnya pemerintah menjalankan program ini, berikut ditampilkan sebuah laporan. Laporan ini dibuat oleh Bapenas,
Dalam lima tahun terakhir (1988/89-1992/93) melalui program perumahan rakyat telah dibangun lebih dari 326.000 rumah sederhana, termasuk di dalamnya sejumlah lebih kurang 2.000 rumah sangat sederhana (RSS). Sedangkan sejak dimulainya program ini pada awal Repelita II (1973/74) sampai dengan akhir tahun keempat Repelita V (1992/93) seluruhnya telah berhasil dibangun lebih dari 752.000 unit rumah. Di samping itu pada kurun waktu itu juga seluruhnya telah dilaksanakan pemugaran perumahan desa dikurang lebih 29.900 desa dengan sekitar 448.500 rumah selesai dipugar, termasuk di dalamnya pemugaran 17.810 desa dengan sekitar 198.000 rumah terpugar selama lima tahun terakhir sejak 1988/89 sampai dengan 1992/93. Untuk perbaikan kampung yang pelaksanaannya telah dimulai sejak Repelita I (1968/69) sampai dengan tahun keempat Repelita V (1992/93) telah berhasil diperbaiki seluas lebih kurang 1.19.000. ha perkampungan di 1.900 kota; termasuk yang diperbaiki selama kurun waktu lima tahun antara 1988/89 sampai 1992/93.
Jadi pembangunan RSS memang merupakan bagian dari program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Terutama yang berada pada garis dan di bawah garis kemiskinan.
Sudah pasti program ini menunjukkan betapa pemerintah memberikan perhatian sangat serius pada orang miskin. Bagi orang miskin yang selama ini tinggal di daerah kumuh yang sangat tidak sehat lingkungannya, dan tidak pasti berapa lama bisa tinggal di situ, tentulah program ini tampaknya sangat membantu mereka.
Semua keluarga miskin yang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan RSS bersedia mengambil dan segera menempatinya. Pastilah ada upacara serah terima oleh pejabat dan jadi berita.
Namun, tidak berapa lama, nyaris semua orang miskin yang tadinya tinggal di daerah kumuh memindahtangankan RSS itu dan kembali ke berbagai daerah kumuh di Jakarta. Mengapa bisa begitu? Apakah orang-orang miskin itu cuma mencari keuntungan, dan tidak tahu berterima kasih?
Jangan mudah dan buru-buru membuat penilaian. Sekarang mereka punya rumah bagus dengan lingkungan yang sehat. Tetapi tidak memiliki pekerjaan. Mereka selama di pemukiman kumuh bekerja sebagai pemulung, pengasong, tukang ojek sepeda, kuli angkut, penjual gorengan, mie ayam, ketoprak, minuman ringan dan pekerjaan kasar lainnya. Mereka bertahan di pemukiman kumuh itu karena jaraknya sangat dekat dengan tempat kerjanya. Cukup jalan kaki sudah nyampe. Mereka sama sekali tidak peduli dengan kekumuhan tempat tinggal karena ada mata pencaharian yang pasti meski penghasilannya sangat kecil. Itulah sebabnya banyak di antara mereka yang mendorong anak-anaknya juga bekerja sebagai pemulung, tukang parkir liar, pengemis, ojek payung dan pekerjaan apa saja yang bisa dikerjakan oleh anak-anak itu.
Di tempat baru yang rumah dan lingkunagnnya lebih bagus, mereka sama sekali tidak tahu harus mengerjakan apa. Lebih baik tinggal di pemukiman kumuh dan bisa mencari makan daripada tinggal di rumah bagus tetapi kelaparan.
Inilah akibatnya jika program direncanakan dan dilaksanakan tanpa mendengar aspirasi orang miskin yang akan dibantu. Inilah contoh program yang tidak didasarkan pada pemahaman empatis.
Akan sangat berbeda jadinya bila sebelum merumuskan program itu, penyelenggara program yaitu pemerintah daerah menugaskan orang-orang yang berpengalaman untuk tinggal bersama orang-orang miskin di daerah kumuh dan menggali penghayatan hidup mereka. Dengan demikian bisa dipahami secara mendalam, dari sudut pandang dan penghayatan orang miskin itu, mengapa mereka mau bertahan di pemukiman yang sebenarnya hanya pantas untuk tempat pembuangan akhir sampah. Mereka hidup sungguh dengan sampah, dalam kekumuhan yang luar biasa.
Perencanaan dan pelaksanaan program seperti itu bukan hanya monopoli Pemerintahan Suharto. Pasca Suharto yaitu era reformasi keadannya tidak banyak berbeda.
Cermati saja program menteri sosial yang bertujuan untuk menghilangkan anak jalanan dari jalanan melalui program beasiwa. Apakah berhasil? Lihat saja jumlah anak jalanan, bukan hanya di Jakarta, tetapi di kota-kota lain justru bertambah. Mengapa program itu tidak berhasil? Karena tidak didasarkan pada pemahaman empatis terhadap anak jalanan.
Bagi kebanyakan anak jalanan dan keluarganya, sekolah terutama sekolah formal lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Karena menghabiskan duit dan waktu mereka untuk mencari duit. Jam sekolah itu merupakan saat mereka mencari uang di jalanan sebagai pekerja informal sebagai pengamen atau pengemis. Jadi, sangat berat bagi mereka untuk mengganti pekerjaan mencari duit dengan bersekolah yang menghabiskan duit. Apalagi beasiswa yang disediakan itu sekadar untuk menopang mereka bisa bersekolah. Lantas biaya hidup sehari-hari dari mana? Siapa yang membantu keluarga untuk mencari duit?
Jika anak-anak itu didengar aspirasinya dan ada waktu untuk hidup bersama dengan mereka, akan berbeda sama sekali program yang akan dirumuskan dan dilaksanakan. Pasti lebih baik dan berhasil karena berakar pada kenyataan hidup mereka.
Dalam kaitan itulah harus dipahami mengapa sangat sulit meminta penduduk di pinggiran Kali Ciliwung pindah ke tempat yang lebih baik. Mereka sepenuhnya sadar bahwa mereka menempati daerah terlarang dan lingkungannya juga sama sekali tidak sehat. Tetapi jangan lupa, mereka mencari nafkah di sekitar tempat tinggalnya itu. Mereka tidak mau hidup di rumah yang bagus, tetapi kelaparan karena tidak punya penghasilan.
PROGRAM YANG BERPIHAK PADA RAKYAT MISKIN, MEMILIKI PELUANG LEBIH BESAR UNTUK BERHASIL, JIKA BERAKAR PADA PEMAHAMAN EMPATIS.
Nadea Uzmah
BalasHapusP.IPS B 2014
Kemiskinan adalah salah satu masalah serius yang terjadi di Indonesia. Dari tahun ke tahun pemerintah berusaha untuk mengurangi tingkat kemiskinan dengan memberikan berbagai kebijakan dan program untuk masyarakat miskin.
Tetapi terkadang kebijakan tersebut tidak berhasil. Dikarenakan pemerintah belum terlalu matang dalam memberikan kebijakan tersebut. Seharusnya pemerintah mendengarkan aspirasi masyarakat miskin terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu kebijakan untuk mereka.
Masyarakat miskin diberikan tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Tetapi mereka malah memilih tempat yang kumuh. Alasannya karena mereka tidak memerlukan tempat yang nyaman dan bersih bila tidak ada pekerjaan yang dapat menopang kehidupan mereka sehari-hari.
Hal ini seharusnya menjadi pembelajaran untuk pemerintah. Kebijakan harus berlandaskan kepada aspirasi masyarakat. JIKA TINGKAT KEMISKINAN BERKURANG, MAKA NEGARA INI PASTI AKAN LEBIH MAJU. SEKIAN
Nadea Uzmah
BalasHapusP.IPS B 2014
Kemiskinan adalah salah satu masalah serius yang terjadi di Indonesia. Dari tahun ke tahun pemerintah berusaha untuk mengurangi tingkat kemiskinan dengan memberikan berbagai kebijakan dan program untuk masyarakat miskin.
Tetapi terkadang kebijakan tersebut tidak berhasil. Dikarenakan pemerintah belum terlalu matang dalam memberikan kebijakan tersebut. Seharusnya pemerintah mendengarkan aspirasi masyarakat miskin terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu kebijakan untuk mereka.
Masyarakat miskin diberikan tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Tetapi mereka malah memilih tempat yang kumuh. Alasannya karena mereka tidak memerlukan tempat yang nyaman dan bersih bila tidak ada pekerjaan yang dapat menopang kehidupan mereka sehari-hari.
Hal ini seharusnya menjadi pembelajaran untuk pemerintah. Kebijakan harus berlandaskan kepada aspirasi masyarakat. JIKA TINGKAT KEMISKINAN BERKURANG, MAKA NEGARA INI PASTI AKAN LEBIH MAJU. SEKIAN
Rovida Amalia Mazid
BalasHapusP.IPS A 2014
4915141032
Menurut saya bagaimana pemerintah menggalangkan program pendidikan yang sangat penting, bgaimana cara pemerintah membuat program pendidikan itu suatu wadah yng menrik, agar generasi-genersi anak bangsa memiliki pemikiran yang maju untukmemberantas kemiskinn dlm keluarganya, agar anak-anak jalanan dapat mengenyam pendidikan dan berfikir kritis, dengan begitu mungkin anak-anak indonesia menjadi generasi bangsa yang cerdas. Dan menurut saya program pembngunan rumah-rumah di permukiman yng kumuh dengn adanya program RSS hanya kan membuat mereka selalu bergantung kepad bantuan pemerintah, dan tidak ada kemauan untuk bekerja keras, dan dari riset yang saya pernah lihat, bhwa bantuan pembngunan rumah di pemukiman kumuh masih sangat belum merta, seperti di daerah pemukiman warga yang dekat dengan kostan saya di jalan pemuda, contoh lain masih banyaknya pemukiman kumuh yang ada di pinggiran rel-rel kereta api yang sangat semeraut penduduknya.