Rabu, 03 Desember 2014

PENDIDIKAN KITA GAWAT DARURAT

Mengerikan. Mas Anis dalam kedudukannya sebagai Menteri Pendidikan menyatakan bahwa pendidikan saat ini berada dalam keadaan gawat darurat. Beberapa indikator yang dikedepankan adalah rendahnya kompetensi guru dan parahnya kondisi sekolah kita. Diperkirakan sekitar 70 persen sekolah tidak memenuhi standar minimum.

Sebenarnya sudah sejak lama disadari ada banyak masalah akut dalam pendidikan kita. Disebut akut karena masalahnya bersifat fundamental. Terkait dengan persoalan-persoalan sangat mendasar seperti belum terpenuhinya semua standar minimal  yang telah ditetapkan sebagai dasar bagi terselenggaranya pendidikan yang baik dan bermutu.

Akibat yang paling menonjol dari masalah akut ini adalah rendahnya kompetensi anak-anak kita yang menyebabkan lemahnya daya saing. Kenyaataan ini secara resmi diakui oleh pemerintah yang lalu. Hal itu tersurat dalam dokumen Kurikulum 2013.

Dalam Permendibud no 67/2013 dinyatakan, Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA.

Sebenarnya apa yang diungkap dalam Permendikbut no. 67/2013 itu hanyalah gunung es masalah. Persoalan pokoknya adalah dalam banyak hal yang terkait mutu, negara Indonesia berada pada peringkat yang belum baik. Dalam laporan Education Global Monitoring Report yang ditulis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pendidikan Indonesia rendah, yakni peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index (EDI). Padahal pada tahun 2010 EDI Indonesia naik pada posisi 65 dari 128 negara (Kompas.com,22 Januari 2010). Penurun EDI menunjukkan harus ada perubahan mendasar dalam pendidikan kita.

Prestasi pembelajaran siswa Indonesia juga mendapat peringkat yang rendah dalam uji berstandar internasional. Indonesia mendapat posisi ke-33 dari 45 negara dalam Third Internasional Mathematics Science Study (TIMSS) pada tahun 2003. Pada 2006 dalam Program for International Student Assessment (PISA) yang menilai seberapa baik kesiapan siswa berumur 15 tahun dalam menghadapi kehidupan, Indonesia mendapat peringkat 50 dari 57 negara dalam bidang ilmu pengetahuan, membaca, dan matematika.

Dalam PISA 2009 Result What Students Know and Can Do Student Performance in Reading, Mathematics, and Science (2010), tercatat siswa Indonesia menduduki posisi 57 dari 65 negara, sedangkan Singapura pada peringkat 5, dan Thailand peringkat 50.

Hayat dan Yusuf (2011:8) menguraikan, Studi dalam siklus lima tahunan yang dilaksanakan IEA, telah dilaksanakan di Indonesia pada tahun 1999 dan 2006. Pada studi tahun 1999 diketahui keterampilan membaca kelas IV Sekolah Dasar kita berada pada tingkat terendah di Asia Timur seperti dapat dilihat dari perbandingan skor rerata berikut ini; 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 6.51 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Studi ini juga melaporkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan karena mereka kesulitan dalam membaca soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran. Studi tahun 2006 menunjukkan skor rerata literasi membaca kita adalah 407 untuk siswa secara keseluruhan, yang terbagi atas skor rerata 417 untuk siswa perempuan, dan skor 389 untuk pria. Hal ini berarti bahwa Indonesia termasuk negara yang prestasi membacanya berada di bawah rerata negara peserta PIRLS 2006 secara keseluruhan.

UNDP dalam Human Development Report 2011 mencata Human Development Index (HDI) Indonesia pada rangking 124, sedangkan Singapura 25, Malaysia 61, dan Filipina 112. Pada tahun 2000, Indonesia pada posisi 109, dan tahun 2002 peringkat 110, tepat satu tingkat di bawah Vietnam. Posisi Indonesia merosot bila dibandingkan tahun 2000.

Global Competitiveness Report sebagai bagian dari laporan World Economic Forum menjelaskan rendahnya daya saing Indonesia. Inilah peringkat Indonesia.

2006-2007 Singapura (5), Malaysia (26), Thailand (35), Indonesia (50)
2007-2008 Singapura (7), Malaysia (21), Thailand (28), Indonesia (55)
2008-2009 Singapura (5), Malaysia (21), Thailand (34), Indonesia (55)
2010.         Singapura (3), Malaysia (26), Thailand (39), Indonesia (46).

Indonesia terus menerus berada pada peringkat terbawah dalam rentang waktu yang panjang.

The International Institute for Management Development (IMD) yang berpusat di Switzerland dalam The World Competitiveness Scoreboard 2011 menunjukkan data sebagai berikut: Singapura (1), Malaysia (10), Thailand (26), Indonesia (37).

Fakta-fakta tak terbantahkan yang terapapar di atas merupakan keniscayaan yang tak terhindarkan sebagai akibat dari gawat daruratnya pendidikan kita. Karena mutu manusia Indonesia dan daya saing negara bangsa ini sangat ditentukan oleh pendidikan.

Sebenarnya bukan tidak ada upaya yang dilakukan oleh Pemerintahan SBY dalam dua periode kekuasaannya. Sertifikasi guru merupakan usaha berskala besar yang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu guru, proses pembelajaran dan mutu pendidikan secara keseluruhan. Namun berbagai penelitian, baik yang dilakukan oleh Balitbang Kemdikbud, pergurun tinggi, lembaga independen, maupun Bank Dunia menunjukkan bahwa sertifikasi guru belum mencapai tujuannya. Baru sebatas meningkatkan penghasilan guru yang sudah disertifikasi.

Perrubahan kurikulum tampaknya juga bermaksud sama yaitu meningkatkan mutu pendidikan yang tercermin dari tumbuhkembangnya manusia-manusia kreatif. Lebih lengkap dalam Permendikbud no. 67/2013 dinyatakan, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Rumusan tujuan di atas secara tersurat menegaskan manusia Indonesia seperti apa yang diharapkan lahir dari proses pendidikan yang didasarkan pada Kurikulum 2013. Namun, mungkin karena proses pembuatannya yang terburu-buru dan terkesan sangat instan, Mas Anis menyebut Kurikulum 2013 setengah matang.

Bila sudah begini kondisinya menjadi sangat jelas mengapa disebut gawat darurat. Sekolah tidak memenuhi standar minimum, mutu guru rendah, dan kurikulum setengah matang.

Tentulah tindakan yang bersifat evolusioner dan sedang-sedang saja sangat tidak memadai mengantisipasi keadaan gawat darurat ini. Perlu revolusi, perubahan sangat mendasar, atau tidak tanggung-tanggung.

Pastilah mas Anis telah merancang sejumlah tindakan revolusioner itu. Mungkin salah satunya adalah merevolusi pendidikan calon guru. Model yang dilaksankan sekarang bukan saja harus dipertanyakan, tetapi harus direvolusi. Sudah terbukti bahwa model yang berlaku sekarang ini melahirkan guru setengah mentah. Berdasarkan uji kompetensi terkait dengan penguasaan materi yang harus diajarkan, hasilnya mengerikan, lebih parah dari memalukan.

Terpaut dengan kompetensi pengelolaan proses pembelajaran juga terbukti, berdasar berbagai penelitian dan uji, juga sangat tidak memuaskan. Banyak guru bahkan tidak mampu membuat rencana pembelajaran, apalagi melaksanakannya dengan baik.

Kompetensi lain yang berhubungan dengan pengembangan diri, kreativitas dan inovasi yang seharusnya bisa diteladani, juga masih jauh dari harapan. Secara umum  dengan agak pahit harus diungkapkan model pendidikan guru yang berlaku selama ini terlalu banyak kelemahannya.

Berkat sertifikasi guru, sekarang ini banyak generasi muda terbaik yang bersemangat menjadi guru. Kondisi ini harus dimanfaatkan untuk merevolusi model pendidikannya. Kita harus berani melakukan perubahan revolusioner. Belajar dari negara-negara yang maju pendidikannya. Untuk apa bertahan dengan model yang terbukti tidak berhasil melahirkan guru bermutu?

Jika dicermati perdebatan terkait Kurikulum 2013, bukankah kalangan guru sendiri yang mengakui bahwa bukan kurikulum yang perlu diubah. Tetapi mutu guru yang mendesak untuk ditingkatkan. Jadi saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk merevolusi pelatihan bagi para guru, dan pendidikan bagi calon guru.

PENDIDIKAN AKAN BERHASIL DAN BERMUTU JIKA GURUNYA BERMUTU.

9 komentar:

  1. Assalamualaikum wr wb, Pak Nusa.

    Kalau Menteri Pendidikan, Anis Baswedan mengatakan pendidikan di Indonesia gawat darurat saya setuju dengan pendapat beliau. Mengapa saya setuju? Karena saya melihat juga banyak sekolah-sekolah yang kondisi nya tidak baik, banyak sekolah yang mudah rubuh. Apalagi sekolah - sekolah di pedalaman, kondisi nya sangat memprihatinkan.

    Saya juga berpendapat, bahwa kurikulum di Indonesia lebih sulit dibandingkan negara-negara maju. Padahal negara - negara maju di dunia tidak menggunakan kurikulum seperti Indonesia.

    Namun, yang perlu diperbaiki dari pendidikan di Indonesia bukan hanyalah kurikulumnya. Tetapi juga calon guru yang akan mengajar harus memenuhi standar yang diatas rata-rata. Dan seharusnya seorang calon guru tidak hanya memiliki otak yang cerdas dan title nya yaitu Spd dibelakang namanya, seorang guru juga harus mempunyai karakter yang budi pekerti dan menjadi pahlawan pendidikan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa Indonesia.

    Wassalamualaikum wr wb.
    Yetty Imayanti. PIPS A. 4915141036.

    BalasHapus
  2. Assalamualaikum wr wb, Pak Nusa.

    Kalau Menteri Pendidikan, Anis Baswedan mengatakan pendidikan di Indonesia gawat darurat saya setuju dengan pendapat beliau. Mengapa saya setuju? Karena saya melihat juga banyak sekolah-sekolah yang kondisi nya tidak baik, banyak sekolah yang mudah rubuh. Apalagi sekolah - sekolah di pedalaman, kondisi nya sangat memprihatinkan.

    Saya juga berpendapat, bahwa kurikulum di Indonesia lebih sulit dibandingkan negara-negara maju. Padahal negara - negara maju di dunia tidak menggunakan kurikulum seperti Indonesia.

    Namun, yang perlu diperbaiki dari pendidikan di Indonesia bukan hanyalah kurikulumnya. Tetapi juga calon guru yang akan mengajar harus memenuhi standar yang diatas rata-rata. Dan seharusnya seorang calon guru tidak hanya memiliki otak yang cerdas dan title nya yaitu Spd dibelakang namanya, seorang guru juga harus mempunyai karakter yang budi pekerti dan menjadi pahlawan pendidikan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa Indonesia.

    Wassalamualaikum wr wb.
    Yetty Imayanti. PIPS A. 4915141036.

    BalasHapus
  3. Haryani
    4915141015
    Pendidikan IPS A 2014

    Saya setuju dengan bapak, salah satu indikator rendahnya kualitas pendidikan Indonesia adalah mutu seorang pengajar yang masih rendah. Guru yang seharusnya berperan sebagai perantara ilmu sering kali masih bermutu rendah. Penerapan sertifikasi guru sangat bagus untuk melihat kemampuan calon pendidik tersebut, karena keberhasilan pendidikan yang menentukan juga dari faktor pengajarnya.

    Sebagai calon pendidik saya juga ingin mempunyai mutu yang baik agar bisa mencerdaskan anak-anak bangsa dan seterusnya agar memperbaiki kualitas pendidikan indonesia. Tentu saja hal tersebut bisa tercapai dari upaya sadar dalam diri kita. Kesadaran membuat kita ingin terua maju dan berubah, dan harus selalu merasa tidak pernah puas.

    Dari pengalaman saya selama 12tahun dibangku sekolah, mayoritas dari guru-guru saya yang sudah berhasil menjadi PNS bekerja dengan sembarangan atau seenaknya. Secara dapat dikatakan mereka memakan gaji buta. Mereka hanya memberikan tugas tanpa diimbangi oleh transfer ilmu. Maka dari itu saya berharap pak anies baswedan dapat memperbaiki mutu pendidik seperti itu.

    BalasHapus
  4. Muhammad Ilham Tachril P.IPS A 2014 4915141040

    Pendidikan menjadi hal yang penting di kehidupan. Pasalnya pendidikan memberikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan seseorang dalam menjalankan kehidupannya,pendidikan memberikan pencerahan bagi seseorang yang memahami ilmu tersebut. Dewasa ini masyarakat mulai perlahan mengabaikan pendidikan,karena faktor-faktor tertentu yang menjadi alasan bagi mereka.Karena masalah keuangan,keluarga hingga psikologis kini menjadi hal utama alasan tersebut. Kini masih ada yang pedulikah dengan kualitas pendidikan?

    Tiap menteri beda kebijakan menjadi pokok pembicaraan belakangan ini. Kita ingat 5 tahun lalu perubahan ktsp 2006 menjadi ktsp 2009,dan sekarang ktsp 2009 menjadi kurikulum 2013. Kembali alasan perubahan tersebut karena faktor guru,guru dan guru bukan sistemnya yang dibenahi. Kini kurikulum 2013 sedang di gencarkan dan di terapkan di Indonesia,beberapa sistem di terapkan dengan inovasi baru sesuai keadaan globalisasi. Langkahnya terlalu memaksa dan kurang dikehendaki,sehingga pemerataannya timplang sebelah.
    Kini kurikulum 2013 sedang di godok,tetapi sayangnya peran guru kini dikemanakan? Pertanyaan besar kini menghadap ke menteri pendidikan. Apakah peran guru di keduakan? atau hanya menjadi pelengkap mediator dari pembelajaran saja? Kita harap guru harus jadi teladan bagi siswanya. Kita butuhh figur untuk revolusi mental,dibutuhkan oemar bakri yang baru yang modern dan berwibawa. Semua kembali ke sistem kurikulum 2013 yang kini di evaluasi,berharap bisa mendengar beberapa opini pengamat pendidikan.

    BalasHapus
  5. Edward kurnadi
    pips b 2014
    4915145637
    Seharus nya memang dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan daya saing pendidikan indonesia di mata dunia kita harus mengadakan gerakan secara revolusioner dan mendasar agar kita tidak kalah dengan negara tetangga dengan cara meningkat ka lagi taraf kurukulum indonesia ,gurunya,juga murid nya supaya indonesia bisa terpandang terutama di mata dunia.dengan cara tersebut kita bisa merubah indonesia menjadi negara maju seperti singapura ,russia dan lain lain.seperti pepatah mengatakan "jika kita ingin memperoleh kekuasaan maka kita harus meningkatkan pendidikan dan pengetahuan".

    BalasHapus
  6. Nama: hesti mardiana
    Kelas: p.ips A 2014
    No registrasi: 4915141039
    Tidak salah jika indonesia di katakan sebagai negara yang pendidikannya gawat darurat. Terbukti dari banyaknya sekolah-sekolah yang belum mencapai standar minimum. Keadaan ekonomi juga menjadi penyebab gawatnya pendidikan di indonesia. Banyak anak-anak yang seharusnya merasakan bangku sekolah mereka malah bekerja dengan alasan untuk membantu orang tua.

    Dengan permasalahan pendidikan yang dialami indonesia sekarang ini menyebabkan rendahnya kompetensi yang berakibat lemahnya daya saing pendidikan indonesia dengan pendidikan negara lain. Bahkan indonesia terus-menerus berada pada peringkat bawah dalam rentang waktu yang terpanjang.

    Sertifikasi guru merupakan usaha yang di lakukan SBY untuk meningkatkan mutu guru, proses pembelanjaran, dan mutu pendidikan secara keseluruhan. Namun sertifikasi guru belum mencapai tujuannya. Sertifikasi guru hanya sebatas meningkatkan penghasilannya tanpa meningkatkan mutu pendidikan bahkan mutu gurunya pun masih rendah. Pendidikan di indonesia harus mendapat penanganan intensif karenq mutu manusia indonesia dan daya saing negara bangsa ini sangat di tentukan oleh pendidikan.

    BalasHapus
  7. Kondisi pendidikan kita harus mendapat perhatian serius. Betapa tidak, pendidikan merupakan jalan untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Tetapi, bagaimana bisa pendidikan kita bisa mencetak generasi penerus yang punya kualitas mumpuni bila sistem pendidikan serta pengelolaannya masih amburadul?? Perkataan dari Pak Anies Baswedan memang mencerminkan kondisi nyata bahwa pendidikan kita yang berantakan, amburadul dan seperti benang kusut berada dalam kondisi gawat darurat (bisa dikatakan dalam keadaan kritis bahkan koma, saking kondisinya yang parah).

    Setelah saya membaca fakta-fakta dalam survei indeks internasional mengenai pendidikan di tulisan Bapak ini, saya kembali memiliki wawasan baru sekaligus kaget terhadap angka-angka yang seolah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia masih harus memperbaiki sistem pendidikannya secara total bila ingin bersaing di dunia internasional. Betapa rendahnya kualitas dan daya saing bangsa Indonesia seperti yang ditunjukkan dalam berbagai survei tersebut memunculkan pertanyaan besar : Pantaskah pendidikan Indonesia bertahan dalam sistem yang pengelolaannya terkesan setengah hati???

    Belum lagi masalah kurikulum yang berubah. Perubahan kurikulum nasional ke Kurikulum 2013 memunculkan kontroversi karena kurikulum yang baru itu sebenarnya belum siap seratus persen untuk disahkan (bahkan Pak Anies menyatakan bahwa Kurikulum 2013 setengah matang). Memang tujuan awal disahkannya kurikulum ini termaktub dalam Permendikbud No. 67/2013 yaitu mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Tetapi sayang, proses pembuatannya terkesan terburu-buru dan sangat instan sehingga kurikulum ini dituding masih setengah matang.

    Ditambah lagi soal kualitas guru atau tenaga pengajar. Model pendidikan guru yang saat ini diterapkan di perguruan tinggi berlabel LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) cenderung menghasilkan guru yang tidak berkualitas alias setengah jadi. Terbukti dari hasil Uji Kompetensi Guru yang menunjukkan kompetensi mengajar yang harus dikuasai, hasilnya jauh dari standar guru profesional. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas guru melalui program sertifikasi. Tetapi hal tersebut tak kunjung merubah keadaan, bahkan guru-guru yang ada sekarang terkesan sebagai produk dari pendidikan guru di LPTK yang tak bermutu.

    Sudah saatnya, perubahan total dan mendasar mutlak diperlukan untuk menyelesaikan semua permasalahan tersebut. Banyak pihak menunggu gebrakan besar / revolusi untuk mengubah wajah pendidikan kita yang memprihatinkan, terutama persoalan kualitas guru, karena dari didikan guru yang berkualitas akan melahirkan generasi penerus bangsa yang juga berkualitas dan berdaya saing tinggi.


    Tri Arung Wirayudha
    4915141048
    P.IPS A 2014

    BalasHapus
  8. Siti Aisyah
    Pendidikan IPS B 2014
    4915144110
    Saya setuju dengan artikel bapak bahwa pendidikan di Indonesia sedang dalam keadaan gawat darurat. Hal itu disebabkan karena rendahnya kompetensi guru dan juga banyaknya bangunan sekolah yang rusak parah. Memang di negeri ini masih banyak terdapat keadaan sekolah yang memprihatinkan kondisinya khususnya didaerah. Sehingga proses belajar mengajar disana tidak nyaman bagi para murid. Selain itu rendahnya kompetensi anak yang ditunjukan, dengan masih banyaknya anak Indonesia yang putus sekolah.

    Hal itulah yang menunjukkan pendidikan di Indonesia memang sangat jauh tertinggal dengan pendidikan negara lain. Hal itu ditunjukan dari rendahnya peringkat pendidikan yang diperoleh oleh negara kita. Buktinya pendidikan kita saja jauh tertinggal dari negara tetangga kita yaitu Malaysia. Dahulu mereka yang datang ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan disini tetapi sekarang kitalah yang datang kenegeri mereka untuk belajar. Hal itu dikarenakan pendidikan di Indonesia sekarang tidak sebaik dulu sehingga banyak masyarakat kita yang memilih untuk belajar keluar negeri.

    Pendidikan di Indonesia memang harus melakukan tindakkan revolusioner, agar mutu pendidikan di negeri ini menjadi lebih baik. Dengan cara memberikan pelatihan kepada guru dan calon guru agar menjadi seorang pendidik yang bermutu,dan memperbaiki kondisi sekolah yang rusak. Dengan begitu maka akan terwujud pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan Permendikbud no. 67/2013. Hal itu akan terwujud jika pemerintah dan rakyat Indonesia bekerja sama untuk memperbaiki dan memajukan negeri ini.Sehingga nantinya Indonesia akan menghasilkan generasi yang memiliki daya saing yang tinggi, yang tak kalah dengan negara lain.

    BalasHapus
  9. Siti Aisyah
    Pendidikan IPS B 2014
    4915144110
    Saya setuju dengan artikel bapak bahwa pendidikan di Indonesia sedang dalam keadaan gawat darurat. Hal itu disebabkan karena rendahnya kompetensi guru dan juga banyaknya bangunan sekolah yang rusak parah. Memang di negeri ini masih banyak terdapat keadaan sekolah yang memprihatinkan kondisinya khususnya didaerah. Sehingga proses belajar mengajar disana tidak nyaman bagi para murid. Selain itu rendahnya kompetensi anak yang ditunjukan, dengan masih banyaknya anak Indonesia yang putus sekolah.

    Hal itulah yang menunjukkan pendidikan di Indonesia memang sangat jauh tertinggal dengan pendidikan negara lain. Hal itu ditunjukan dari rendahnya peringkat pendidikan yang diperoleh oleh negara kita. Buktinya pendidikan kita saja jauh tertinggal dari negara tetangga kita yaitu Malaysia. Dahulu mereka yang datang ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan disini tetapi sekarang kitalah yang datang kenegeri mereka untuk belajar. Hal itu dikarenakan pendidikan di Indonesia sekarang tidak sebaik dulu sehingga banyak masyarakat kita yang memilih untuk belajar keluar negeri.

    Pendidikan di Indonesia memang harus melakukan tindakkan revolusioner, agar mutu pendidikan di negeri ini menjadi lebih baik. Dengan cara memberikan pelatihan kepada guru dan calon guru agar menjadi seorang pendidik yang bermutu,dan memperbaiki kondisi sekolah yang rusak. Dengan begitu maka akan terwujud pendidikan yang bermutu yang sesuai dengan Permendikbud no. 67/2013. Hal itu akan terwujud jika pemerintah dan rakyat Indonesia bekerja sama untuk memperbaiki dan memajukan negeri ini.Sehingga nantinya Indonesia akan menghasilkan generasi yang memiliki daya saing yang tinggi, yang tak kalah dengan negara lain.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd