Selasa, 09 Desember 2014

SENJAKALA KURIKULUM INSTAN

Instanisme adalah musuh abadi pendidikan sejati. Keputusan menghentikan Kurikulum 2013 merupakan sikap tegas bahwa keinstanan harus tidak mendapat tempat, bahkan celah dalam pendidikan.

Jika ada alasan lain, anggap saja itu alasan tambahan yang memperkuat. Seorang teman, penggiat lembaga swadaya masyarakat yang berkutat dengan pendidikan yakin, penghentian Kurikulum 2013 lebih dikarenakan namanya yang membawa sial, tiga belas.

Bukan tidak ada hal baik dalam Kurikulum 2013. Banyak orang yang memiliki kapasitas mumpuni dalam bidang pendidikan dan bidang lain pada mulanya sangat mendukung kurikulum ini. Bahkan beberapa di antaranya rela menjadi bintang iklan yang memperkenalkan kurikulum baru ini. Namun, dalam perjalanannya banyak di antara mereka membuat pernyataan atau tulisan yang secara tegas mempersoalkan kurikulum tersebut.

Keinstanan penyusunan kurikulum  ini yang sangat terlihat dari ketergesa-gesaan proses pembuatannya telah menimbulkan sejumlah anomali yang sangat merugikan negara dalam bidang keuangan. Dari segi isi terjadi penjungkirbalikan nalar proses perumusan kurikulum.

Isi materi yang dijabarkan menjadi buku telah dilakukan. Tetapi kompetensi inti yang menjadi standar pengembangan isi materi justru dibuat belakangan. Padahal kurikulum ini menggunakan pendekatan standar. Seharusnya isi materi pelajaran dikembangkan berdasarkan standar yang lebih dulu dirumuskan. Bukan sebaliknya. Karena itu jika dokumen kurikulum ini dibaca dengan cermat akan ditemukan banyak ketidakkonsistenan internal. Wajar jika para guru menjadi bingung.

Kebingungan juga dirasakan oleh mereka yang ditugaskan sebagai pihak yang melatih para guru. Itulah sebabnya kebanyakan guru malah bingung saat pulang dari pelatihan. Karena para narasumber memberikan pandangan yang bukan saja berbeda, bahkan saling bertentangan.

Banyak gagasan besar yang menjadi unggulan atau kelebihan kurikulum ini, tidak dijabarkan menjadi uraian praktis yang bisa membantu para guru untuk menerapkannya dalam praktik nyata proses pembelajaran. Karena itu naskah kurikulum ini lebih mirip draf buku ajar yang belum dirinci menjadi pokok bahasan yang mudah dipahami.

Keseluruhan kelemahan yang disebutkan di atas merupakan akibat niscaya dari ketergesa-gesaan karena dorongan sangat kuat agar kurikulum ini segera dilaksanakan pada masa akhir jabatan rezim yang sedang berkuasa. Pastilah cara pandang dan pola pelaksanaan seperti ini sama sekali bertentangan dengan proses pendidikan yang sejatinya harus terencana, terstruktur, terukur dan terbuka.

Para pendukung kurikulum ini, terutama menteri pada saat itu, boleh dikatakan bersikap kurang terbuka dan anti perbedaan. Sungguh sama sekali tidak ada celah yang diberikan bagi mereka yang menjadi pengeritik kurikulum ini. Cilakanya, pendukung yang mendapat keuntungan secara materi bahkan menuding siapa pun yang tidak setuju pada kurikulum ini sebagai orang yang tidak mengerti paedagogi baru yang paling mutakhir. Sungguh caranya menuduh lebih menunjukkan bahwa dia demagog daripada paedagog.

Dari sudut sejarah kurikulum di Indonesia, harus tegas dikatakan si penuduh itu adalah orang yang tidak faham duduk soal. Tidak bagus rasanya jika disebut dia bodoh. Dia mungkin tidak sempat membaca, atau bahkan belum tahu bahwa pendekatan saintifik yang jadi andalan dalam kurikulum baru ini pernah dirumuskan dengan lebih baik, rinci dan lebih jelas pendasaran paedagoginya dalam Kurikulum 1986 yang dikenal dengan Pendekatan Keterampilan Proses yang memperkenalkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

Jika ditelaah dengan saksama, bagaimana kedua pendekatan itu dijabarkan menjadi pedoman praktis dalam proses pembelajaran, Pendekatan Keterampilan Proses bukan saja lebih canggih, juga lebih rinci, lengkap dan terstruktur dengan lebih banyak pilihan strategi pembelajaran untuk dipilih guru.

Secanggih dan semutakhir apapun pendekatan paedagogis yang menjadi dasar bagi praktik pendidikan, tidak akan banyak gunanya jika tidak  dijabarkan menjadi pedoman praktis sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang nyata di dalam dan luar kelas. Karena proses pembelajaran yang nyata membutuhkan gagasan yang membumi, praktis dan mudah dilaksanakan. Bukan filosofi canggih yang aneh-aneh.

Sebagai contoh, kecerdasan majemuk, dan revolusi belajar kuantum adalah gagasan mutakhir yang didasarkan pada penelitian mutakhir tentang cara kerja otak. Di berbagai tempat telah dibuktikan efektivitas dan keberhasilannya. Lantas, apakah keduanya bisa begitu saja diterapkan di sini?

Gardner si perumus kecerdasan majemuk mengingatkan dengan keras bahwa faktor budaya, kesiapan, dan realitas sosiologis harus sangat diperhitungkan untuk menggunakan temuannya. Itulah sebabnya ia memberi kebebasan pada siapa pun yang ingin menggunakan pendekatannya secara kreatif merumuskan model sesuai dengan konteks sosial budaya tempat pendekatan itu akan digunakan. Tak usah heran jika di Amerika Serikat, Cina dan Jepang, lahir beragam model dan strategi untuk menerapkannya.

Jadi, dalam perumusan kurikulum kemutakhiran dan kecanggihan dasar-dasar paedagogi tidaklah memadai. Dibutuhkan lebih dari sekadar itu. Realitas pendidikan secara keseluruhan harus sangat diperhitungkan.

Pun, keprihatinan tentang rendahnya mutu pendidikan kita, dan niat baik untuk menyiapkan generasi emas untuk menyongsong dan mengantisipasi masa depan, tidak dapat dilakukan dengan cara instan dan nalar rezim yang dibatasi oleh masa akhir kekuasaan. Butuh lebih dari sekadar itu. Jika dipaksakan dengan cara instan dan nalar rezim, dapat dipastikan yang akan tumbuh kembang bukan generasi emas, tetapi generasi lemas.

Di mana pun di dunia ini, perubahan kurikulum membutuhkan waktu untuk permusan, ujicoba dan mendapat masukan dari pemangku kepentingan secara terbuka dan demokratis, serta harus dikerjakan dengan sangat hati-hati. Harus melibatkan semua pemangku kepentingan terutama orang tua murid dan guru. Kurikulum itu tidak bisa dan tidak boleh dikerjakan oleh hanya segelintir elit, baik itu elit intelektual dan elit kekuasaan. Sebab kurikulum itu bukan saja akan menentukan hari depan, juga menentukan nasib orang banyak.

Kita harus mengambil pelajaran sangat berharga dari pengalaman yang sangat mahal ini. Bahwa kurikulum tidak bisa dikerjakan dengan instan dan pendidikan tidak boleh dikelola dengan nalar rezim yang hanya berorientasi kuasa.

Inilah nasib Kurikulum 2013, sesuai dengan namanya Kurtilas. Kini ia jadi tilas atau masa lalu. Semoga pantas jadi petilasan.

PENDIDIKAN TIDAK DAPAT DITENTUKAN DENGAN NALAR KUASA, TETAPI NALAR BUDAYA.

14 komentar:

  1. Nama: hesti mardiana
    Kelas: p. Ips A 2014
    No registrasi:4915141039

    Memang pendidikan tidak dapat di tentukan dengan nalar kuasa. Lihat saja instanisme yang terjadi pada pendidikan sekarang ini. pada awalnya memang banyak yang mendukung kurikulum 2013 bahkan para pendukung kurikulum 2013 rela menjadi bintang iklan yang memperkenalkan kurikulum 2013.

    Namun dengan berjalannya waktu banyak diantara mereka yang membuat pernyataan yang mempersoalkan kurikulum 2013. Penyusunan kurikulum yang sangat tergesa-gesa tentu akan merugikan negara dalam bidang keuangan dan juga para pelajar-pelajar di indonesia. Contoh kasus kerugiannya pihak yang di tugaskan untuk melatih para guru justru merasa bingung dengan kurikulum tersebut. Sehingga kebanyakan guru justru malah bingung saat pulang dari pelatihan, karena narasumbernya memberikan pandangan yang berbeda-beda.

    Dimana pun di dunia ini, perubahan kurikulum membutuhkan waktu untuk perumusannya. Kita harus mengambil pelajaran sangat berharga dari pengalaman ini. Bahwa kurikulum tidak bisa di kerjakan dan di tetapkan secara instan.

    BalasHapus
  2. Sebaiknya kurikulum 2013 tidak dihapus karena dengan adanya kurikulum baru lebih mengutamakan keinstanan dan kemudahan didalam pendidikan sekolah. Banyak guru yang bingung dengan kurikulum yang baru karena keinstanan dan kemudahannya sehingga banyak ketidak konsistenan internal. Sebabnya kebanyakan guru-guru menjadi bingung karna para narasumber memberikan pandangan yang berbeda dan bertentangan karna naskah kurikulum lebih mirip draf buku ajar yang belum dirinci. Sehingga kelemahan yang disebutkan diatas merupakan ketergesa-gesaan dorongan yang sangat kuat agar segera dilaksanakan pada masa akhir jabatan yang sedang berkuasa. Seharusnya pendidikan harus tersencana,terstruktur dan terbuka. Karena menteri pada saat itu kurang terbuka,jadi tidak ada pengeritik kurikulum yang baru ini. Karena perubahan kurikulum membutuhkan waktu perumusan ujicoba dan mendapat masukan secara demokratis dan dengan sangat hati-hati sehingga kurikulum yang baru lebih dimengerti para guru dan murid. Sejarah kurikulum di Indonesia haruslah tegas,tidak bagus rasanya jika disebut bodoh mungkin tidak sempat membaca atau belum tahu cara belajar yang terstruktur dan efektif. Bahkan didalam kurikulum 1986 dikenal dengan keterampilan proses yang memperkenalkan cara belajar siswa aktif,seharusnya kurikulum yang baru bisa membuat pendidikan semakin maju untuk kedepannya. Dalam kurikulum sebelumnya lebih keproses yang lebih aktif seharusnya kedua pendekatan itu dapat menjadi pedoman yang canggih dan juga lebih rinci. Sehebat dan secanggih apapun pendekatan paedagogis tidak akan banyak gunanya jika tidak dijabarkan karena proses pembelajaran yang nyata membutuhkan gagasan yang membumi. Dengan siperumus kecerdasan majemuk mengingatkan dengan keras bahwa faktor budaya kesiapan harus sangat diperhitungkan untuk menggunakan temuannya pada siapapun yang ingin menggunakannya. Dinegara luar negeri seperti Cina dan Amerika saja lahir beragam model dan strategi untuk menerapkannya dan realitas pendidikan secara keseluruhan harus sangat diperhitungkan di Indonesia. Jadi kita harus mengambil keputusan bahwa kurikulum tidak bisa dikerjakan dengan instan dan kemudahan agar pendidikan semakin maju untuk kedepannya. Ujicobapun seharusnya mendapat masukan dari pemangku kepentingan secara demokratis serta sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Rendahnya mutu pendidikan kita dan niat baik untuk menyiapkan generasi yang lebih menjamin dimasa depan tidak bisa dengan cara yg mudah dan instan. Butuh lebih dari sekedar itu jika dipaksakan dengan cara yang instan dan mudah tumbuh kembang geberasi yang lebih menjamin tidak akan tercapai. Kurikulum 2013 sekarang hanyalah senjakala lagi,karena akan digantikan dengan kurikulum yang baru yang belum ada kejelasannya. Sekarangpun guru masih bingung dengan kurikulum yang baru karena tidak ditelaah dan didemokrasikan terlebih dahulu dengan orang tua murid dan guru. Dan kurikulum 2013 tinggal nasib dengan namanya kurtilitas,pendidikan tidak dapat ditentukan dengan mudah dan dengan nalar kuasa,tetapi dengan nalar budaya di Indonesia itu sendiri.

    BalasHapus
  3. Sebaiknya kurikulum 2013 tidak dihapus karena dengan adanya kurikulum baru lebih mengutamakan keinstanan dan kemudahan didalam pendidikan sekolah. Banyak guru yang bingung dengan kurikulum yang baru karena keinstanan dan kemudahannya sehingga banyak ketidak konsistenan internal. Sebabnya kebanyakan guru-guru menjadi bingung karna para narasumber memberikan pandangan yang berbeda dan bertentangan karna naskah kurikulum lebih mirip draf buku ajar yang belum dirinci. Sehingga kelemahan yang disebutkan diatas merupakan ketergesa-gesaan dorongan yang sangat kuat agar segera dilaksanakan pada masa akhir jabatan yang sedang berkuasa. Seharusnya pendidikan harus tersencana,terstruktur dan terbuka. Karena menteri pada saat itu kurang terbuka,jadi tidak ada pengeritik kurikulum yang baru ini. Karena perubahan kurikulum membutuhkan waktu perumusan ujicoba dan mendapat masukan secara demokratis dan dengan sangat hati-hati sehingga kurikulum yang baru lebih dimengerti para guru dan murid. Sejarah kurikulum di Indonesia haruslah tegas,tidak bagus rasanya jika disebut bodoh mungkin tidak sempat membaca atau belum tahu cara belajar yang terstruktur dan efektif. Bahkan didalam kurikulum 1986 dikenal dengan keterampilan proses yang memperkenalkan cara belajar siswa aktif,seharusnya kurikulum yang baru bisa membuat pendidikan semakin maju untuk kedepannya. Dalam kurikulum sebelumnya lebih keproses yang lebih aktif seharusnya kedua pendekatan itu dapat menjadi pedoman yang canggih dan juga lebih rinci. Sehebat dan secanggih apapun pendekatan paedagogis tidak akan banyak gunanya jika tidak dijabarkan karena proses pembelajaran yang nyata membutuhkan gagasan yang membumi. Dengan siperumus kecerdasan majemuk mengingatkan dengan keras bahwa faktor budaya kesiapan harus sangat diperhitungkan untuk menggunakan temuannya pada siapapun yang ingin menggunakannya. Dinegara luar negeri seperti Cina dan Amerika saja lahir beragam model dan strategi untuk menerapkannya dan realitas pendidikan secara keseluruhan harus sangat diperhitungkan di Indonesia. Jadi kita harus mengambil keputusan bahwa kurikulum tidak bisa dikerjakan dengan instan dan kemudahan agar pendidikan semakin maju untuk kedepannya. Ujicobapun seharusnya mendapat masukan dari pemangku kepentingan secara demokratis serta sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Rendahnya mutu pendidikan kita dan niat baik untuk menyiapkan generasi yang lebih menjamin dimasa depan tidak bisa dengan cara yg mudah dan instan. Butuh lebih dari sekedar itu jika dipaksakan dengan cara yang instan dan mudah tumbuh kembang geberasi yang lebih menjamin tidak akan tercapai. Kurikulum 2013 sekarang hanyalah senjakala lagi,karena akan digantikan dengan kurikulum yang baru yang belum ada kejelasannya. Sekarangpun guru masih bingung dengan kurikulum yang baru karena tidak ditelaah dan didemokrasikan terlebih dahulu dengan orang tua murid dan guru. Dan kurikulum 2013 tinggal nasib dengan namanya kurtilitas,pendidikan tidak dapat ditentukan dengan mudah dan dengan nalar kuasa,tetapi dengan nalar budaya di Indonesia itu sendiri.

    BalasHapus
  4. Annisaa Intan S
    P.Ips A 2014 / 4915141041

    Saya
    termasuk orang yang setuju dengan penghapusan kurtilas tersebut. Sebab Kurikulum13 itu menurut saya merepotkan anak didik dan para guru-guru. Ketergesa-gesaan juga terlihat pada masa pembentukan kurikulum ini, contohnya baru beberapa bulan pembuatan konsep kurtilas ini setelah itu langsung diterapkan diseluruh sekolah diIndonesia.

    Jika dipikir dengan logika tidak semua sekolah diIndonesia layak untuk merepakan pembelajaran versi kurtilas ini. Lihat saja sekolah dipedalaman, untuk kesekolah saja anak didik harus melakukan perjalanan yang menyusahkan, setelah sampai disekolah bangunan sekolah pun tidak layak dan tidak nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. Banyak bangunan sekolah dipedalaman desa yang kurang terurus, seperti bocor saat banjir dan kelas-kelas yang masi terbangun dari tripleks. Sangat amat miris sekali.

    Menurut saya mentri dan staf-stafnya hanya memikirkan apa yang bisa mereka rubah dari pendidikan negeri ini dengan membandingkan pendidikan negara ini dengan negara lain. Tetapi mereka tidak memikirkan bagaimana seharusnya mereka membangun fasilitas yang lebih baik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dinegara ini.

    BalasHapus
  5. Nama : Yulia Citra
    NIM : 4915144107
    Kelas : P.IPS B 2014

    Saya termasuk salah seorang yang tidak menyetujui ditetapkannya kurikulum 2013, mendengar kurikulum 2013 akan diperbaiki dan dievaluasi rasanya itu adalah hal yang tepat karena keberadaan kurikulum baru ini terkesan reaktif dan terburu-buru. Reaktif karena perubahan ini dianggap sebagai jawaban atas terjadinya tindakan kriminal di sekolah seperti tawuran pelajar dan kabar yang beredar perubahan ini terkait dengan keberatan yang disampaikan oleh wapres Boediono ketika melihat cucunya yang akan pergi ke sekolah harus menyandang tas yang beratnya beberapa kilogram. Terburu-buru karena proses penyiapan kurikulum sampai dengan implementasinya memakan waktu lebih kurang hanya 9 bulan.
    Perubahan kurikulum harusnya didukung dengan fakta-fakta dan kondisi yang menyatakan kurikulum harus di ganti. Sebelum kurikulum baru di cetuskan harus ada evaluasi dari kurikulum sebelumnya agar terlihat dibagian mana yang harus dirubah, dan apakah perubahan itu mengharuskan kurikulumnya diganti atau hanya perbaikan kurikulum sebelumnya saja.

    Seperti yang kita tau permasalahan pendidikan saat ini bukan hanya kurikulum, masih banyak masalah pendidikan lain diantaranya kualitas guru, sarana dan prasarana pendidikan, implementasi anggaran pendidikan, politisasi pendidikan, pemerataan pendidikan dan lain-lain. Seharunya pemerintah mendahulukan yang penting untuk perbaikan pendidikan nasional. Mengubah kurikulum secara praktis bukan solusi yang tepat untuk perbaikan pendidikan.
    Semoga saja para pengambil kebijakan dapat menimbang dengan matang mengenai kurikulum 2013. Tentu sangat disayangkan jika anggaran 2,49 T ini hanya sekedar proyek menghabiskan anggaran.

    BalasHapus
  6. Asyifa Laely
    P.IPS B 2014
    4915142821
    Saya setuju dengan tulisan Bapak, karena pada dasarnya segala yang instan memang enak tetapi kurang atau tidak baik. Contohnya mie instan, nuget, belajar instan alias SKS. Itu semua merupakan sesuatu yang justru berdampak tidak baik.

    Sama seperti Kurikulum 2013, yang akhirnya justru kurang baik. Ini terlihat dari segi pembagian pembahasan dalam bukunya yang tadinya bab menjadi tema, sistem pembelajaran yang sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya, hingga ke pendistribusian buku itu sendiri. Hal ini dikarenakan ketergesa-gesaan seperti yang Bapak bilang.

    Seharusnya, pemerintah tidak langsung menerapkan secara nasional melainkan diuji dulu. Misal disebuah sekolah, kemudian dievaluasi apakah kurikulum tersebut cocok atau tidak. Jika tidak, sebaiknya jangan diterapkan.

    Itulah beberapa kesalahan yang dilakukan pemerintah, langsung menerapkan secara nasional tanpa diuji dan dievaluasi. Kesalahan lainnya yaitu, yang menyusun adalah orang-orang yang justru tidak pernah masuk dan mencoba mengajar di kelas sehingga mereka hanya membuat kurikulum tersebut tanpa mengetahui bagaimana suasana kelas yang sebenarnya.

    Oleh karena itu, ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah sendiri untuk kedepannya dalam pembangunan pendidikan Indonesia. karena pendidikan yang baik nantinya akan melahirkan generasi-generasi baik pula.

    BalasHapus
  7. Asyifa Laely
    P.IPS B 2014
    4915142821
    Saya setuju dengan tulisan Bapak, karena pada dasarnya segala yang instan memang enak tetapi kurang atau tidak baik. Contohnya mie instan, nuget, belajar instan alias SKS. Itu semua merupakan sesuatu yang justru berdampak tidak baik.

    Sama seperti Kurikulum 2013, yang akhirnya justru kurang baik. Ini terlihat dari segi pembagian pembahasan dalam bukunya yang tadinya bab menjadi tema, sistem pembelajaran yang sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya, hingga ke pendistribusian buku itu sendiri. Hal ini dikarenakan ketergesa-gesaan seperti yang Bapak bilang.

    Seharusnya, pemerintah tidak langsung menerapkan secara nasional melainkan diuji dulu. Misal disebuah sekolah, kemudian dievaluasi apakah kurikulum tersebut cocok atau tidak. Jika tidak, sebaiknya jangan diterapkan.

    Itulah beberapa kesalahan yang dilakukan pemerintah, langsung menerapkan secara nasional tanpa diuji dan dievaluasi. Kesalahan lainnya yaitu, yang menyusun adalah orang-orang yang justru tidak pernah masuk dan mencoba mengajar di kelas sehingga mereka hanya membuat kurikulum tersebut tanpa mengetahui bagaimana suasana kelas yang sebenarnya.

    Oleh karena itu, ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah sendiri untuk kedepannya dalam pembangunan pendidikan Indonesia. karena pendidikan yang baik nantinya akan melahirkan generasi-generasi baik pula.

    BalasHapus
  8. Edukasi merupakan inti vital dari kesuksesaan dan kesejahteraan sebuah negara, karena dengan Edukasi kita bisa memanfaatkan SDA dengan maksimal.banyak motivator dari SD hingga SMA bahkan kuliah mengagung-agungkan SDA yang dimiliki Indonesia. tapi faktanya bak tong kosong nyaring bunyinya itulah keadaan bangsa sekarang, didalam bumi Indonesia banyak tersimpan SDA yang siap mensejahterahkan kita. tapi apa daya kandungan bumi ibu pertiwi malah mensejahterahkan perut masyarakat asing.

    SDA yang berlimpah akan percuma jika edukasi negara ini masih lemah, karena SDA berlimpah harus di imbangin edukasi yang berlimpah bukan SDM yang berlimpah tapi tidak berkualitas. edukasi berperan dalam meningkatkan SDM , apabila SDM maju dengan sendirinya kita bisa mengolah berbagai macam aneka tambang tanpa harus ada intervensi asing yang selalu merugikan kita.

    SDA sama seperti kurikulum sama-sama bukan Indomie dimana tinggal rebus langsung makan. Kurikulum merupakan kiblat dari pendidikan disebuah negara. budaya aneh di Indonesia dimana setiap berganti menteri maka kurikulum akan berganti. padahal butuh puluhan tahun untuk merampungkan kurikulum karena kurikulum itu sistem yang harus di buat sepresisi mungkin agar efektif. tapi kurikulum baru yang katanya gaul yaitu kurikulum 2013 seperti mie Instant asal buat tanpa pikir panjang. yang akhirnya dibatalkan yang mengakibatkan ruginya negara karena buku yang dicetak memakai anggaran negara dan ada indikasi merupakan proyek selingan, agar dapat Income sampingan bagi para pelakunya. yah proyek sana sini hanya mubazir membuang anggaran negara seperti penggunaan E-KTP yang mubazir dan tak berguna. seharusnya Kurikulum harus lah fudamental dan tak bisa dubah agar jelas tujuan dan sistem pendidikan di Indonesia.


    Achmad Sunandar
    P.IPS B 2014

    BalasHapus
  9. Edukasi merupakan inti vital dari kesuksesaan dan kesejahteraan sebuah negara, karena dengan Edukasi kita bisa memanfaatkan SDA dengan maksimal.banyak motivator dari SD hingga SMA bahkan kuliah mengagung-agungkan SDA yang dimiliki Indonesia. tapi faktanya bak tong kosong nyaring bunyinya itulah keadaan bangsa sekarang, didalam bumi Indonesia banyak tersimpan SDA yang siap mensejahterahkan kita. tapi apa daya kandungan bumi ibu pertiwi malah mensejahterahkan perut masyarakat asing.

    SDA yang berlimpah akan percuma jika edukasi negara ini masih lemah, karena SDA berlimpah harus di imbangin edukasi yang berlimpah bukan SDM yang berlimpah tapi tidak berkualitas. edukasi berperan dalam meningkatkan SDM , apabila SDM maju dengan sendirinya kita bisa mengolah berbagai macam aneka tambang tanpa harus ada intervensi asing yang selalu merugikan kita.

    SDA sama seperti kurikulum sama-sama bukan Indomie dimana tinggal rebus langsung makan. Kurikulum merupakan kiblat dari pendidikan disebuah negara. budaya aneh di Indonesia dimana setiap berganti menteri maka kurikulum akan berganti. padahal butuh puluhan tahun untuk merampungkan kurikulum karena kurikulum itu sistem yang harus di buat sepresisi mungkin agar efektif. tapi kurikulum baru yang katanya gaul yaitu kurikulum 2013 seperti mie Instant asal buat tanpa pikir panjang. yang akhirnya dibatalkan yang mengakibatkan ruginya negara karena buku yang dicetak memakai anggaran negara dan ada indikasi merupakan proyek selingan, agar dapat Income sampingan bagi para pelakunya. yah proyek sana sini hanya mubazir membuang anggaran negara seperti penggunaan E-KTP yang mubazir dan tak berguna. seharusnya Kurikulum harus lah fudamental dan tak bisa dubah agar jelas tujuan dan sistem pendidikan di Indonesia.


    Achmad Sunandar
    P.IPS B 2014

    BalasHapus
  10. Edukasi merupakan inti vital dari kesuksesaan dan kesejahteraan sebuah negara, karena dengan Edukasi kita bisa memanfaatkan SDA dengan maksimal.banyak motivator dari SD hingga SMA bahkan kuliah mengagung-agungkan SDA yang dimiliki Indonesia. tapi faktanya bak tong kosong nyaring bunyinya itulah keadaan bangsa sekarang, didalam bumi Indonesia banyak tersimpan SDA yang siap mensejahterahkan kita. tapi apa daya kandungan bumi ibu pertiwi malah mensejahterahkan perut masyarakat asing.

    SDA yang berlimpah akan percuma jika edukasi negara ini masih lemah, karena SDA berlimpah harus di imbangin edukasi yang berlimpah bukan SDM yang berlimpah tapi tidak berkualitas. edukasi berperan dalam meningkatkan SDM , apabila SDM maju dengan sendirinya kita bisa mengolah berbagai macam aneka tambang tanpa harus ada intervensi asing yang selalu merugikan kita.

    SDA sama seperti kurikulum sama-sama bukan Indomie dimana tinggal rebus langsung makan. Kurikulum merupakan kiblat dari pendidikan disebuah negara. budaya aneh di Indonesia dimana setiap berganti menteri maka kurikulum akan berganti. padahal butuh puluhan tahun untuk merampungkan kurikulum karena kurikulum itu sistem yang harus di buat sepresisi mungkin agar efektif. tapi kurikulum baru yang katanya gaul yaitu kurikulum 2013 seperti mie Instant asal buat tanpa pikir panjang. yang akhirnya dibatalkan yang mengakibatkan ruginya negara karena buku yang dicetak memakai anggaran negara dan ada indikasi merupakan proyek selingan, agar dapat Income sampingan bagi para pelakunya. yah proyek sana sini hanya mubazir membuang anggaran negara seperti penggunaan E-KTP yang mubazir dan tak berguna. seharusnya Kurikulum harus lah fudamental dan tak bisa dubah agar jelas tujuan dan sistem pendidikan di Indonesia.


    Achmad Sunandar
    P.IPS B 2014

    BalasHapus
  11. Seperti halnya pekerjaan, jika kita lakukan tergesa-gesa mengerjakan pekerjaan itu maka hasilnnya akan tidak maksimal. Ini seperti halnya kurikulum 2013 kurikulum ini dirumuskan hanya oleh segelintir elit yang katanya ahili dalam pendidikan. Seharusnya jika ingin mengganti kurikulum baru harus dilakukan uji coba agar guru dan murid bisa mempelajari dan beradaptasi dengan kurikulum baru.

    Saya pernah berbincang dengan guru saya semasa SMA, tentang masalah kurikulum 2013. Menurut beliau kurikulum ini 2013 sangat baik. Metode pembelajarnya yang melalui pendekatan ilmiah (saintifik), bisa membuat siswa lebih mengerti isi materi dan mempermudah kerja guru, namun karna proses pergantian kurikulum yang terbilang terburu-buru mengkibatkan guru belum siap dengan metode kurikulum baru tersebut, kemudian distribusi buku yang kurang menyeluruh membuat tambah caarut mautnya kurikulum2013.

    ICW menilai, kekacauan penerapan kurikulum 2013 merupakan bentuk kelalaian pemerintah dalam menunaikan kewajibannya untuk menyediakan pendidikan bermutu. Akibatnya, hak murid dan guru atas pendidikan bermutu tersebut terancam. Hingga akhirnya kurikulum 2013 diberhentikan sementara dan kembali menggunkan kurikulm ktsp. Inilah kita sangat menyuki yang isntan-isntan yang ada dipikiran kita cepat saji, tanpa memikirkan prosesnya, seperti kurikulum 2013 instan dibentuk cepat pula hilangnya.

    BalasHapus
  12. Rijalul Fahmi (4915145529)
    P.IPS B 2014

    Seperti halnya pekerjaan, jika kita lakukan tergesa-gesa mengerjakan pekerjaan itu maka hasilnnya akan tidak maksimal. Ini seperti halnya kurikulum 2013 kurikulum ini dirumuskan hanya oleh segelintir elit yang katanya ahili dalam pendidikan. Seharusnya jika ingin mengganti kurikulum baru harus dilakukan uji coba agar guru dan murid bisa mempelajari dan beradaptasi dengan kurikulum baru.

    Saya pernah berbincang dengan guru saya semasa SMA, tentang masalah kurikulum 2013. Menurut beliau kurikulum ini 2013 sangat baik. Metode pembelajarnya yang melalui pendekatan ilmiah (saintifik), bisa membuat siswa lebih mengerti isi materi dan mempermudah kerja guru, namun karna proses pergantian kurikulum yang terbilang terburu-buru mengkibatkan guru belum siap dengan metode kurikulum baru tersebut, kemudian distribusi buku yang kurang menyeluruh membuat tambah caarut mautnya kurikulum2013.

    ICW menilai, kekacauan penerapan kurikulum 2013 merupakan bentuk kelalaian pemerintah dalam menunaikan kewajibannya untuk menyediakan pendidikan bermutu. Akibatnya, hak murid dan guru atas pendidikan bermutu tersebut terancam. Hingga akhirnya kurikulum 2013 diberhentikan sementara dan kembali menggunkan kurikulm ktsp. Inilah kita sangat menyuki yang isntan-isntan yang ada dipikiran kita cepat saji tanpa memikirkan prosesnya, seperti kurikulum 2013 instan dibentuk cepat pula hilangnya.

    BalasHapus
  13. Kurikulum 2013 ini menurut saya cukup membingungkan. Dengan adanya pengintegrasian antara pelajaran IPA dan IPS di SMA. Pengintegrasian ini membuat siswa bingung pelajaran jurusan mereka saja sudah sulit ditambah pelajaran dari jurusan lain yang membuat bingung.
    Belum lagi jam pelajaran yang sangat lama di sekolah itu menguragi jam istirahat siswa di rumah. Yang harusnya mereka punya waktu istirahat di rumah untuk mengerjakan tugas mereka, tapi kurikulum memaksa mereka untuk belajar lebih lama di sekolah dan menguras otak mereka. Kurikulum 2013 ini terlalu cepat diberlakukan tanpa ada uji coba, terlalu instan dan memaksakan dan alhalsil kurikulum ini "kurang cocok" untuk diterapkan.

    Triyani Ambar Sari P.IPS B 2014

    BalasHapus
  14. NAMA : ADE NUR HASANAH
    JURUSAN : PEND IPS B
    NO.REG : 4915142814
    Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang dalam 2 tahun terakhir ini menjadi sebuah kurikulum baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini lahir sebagai penyempurna dari kurikulum 2006 yang dikatakan oleh menteri pendidikan pada saat itu. Bahkan beliau dan beberapa tokoh mengatakan kurikulum ini modern dan berbasis pada agama dan moralitas sehingga memaksa untuk siswa agar aktif.
    Namun saya setuju dengan tulisan bapak ini bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang tidak sempurna dan terlalu dipaksakan penerapanya dengan alasan untuk mengenang rezim yang berkuasa pada saat itu. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang sangat rumit dan banyak yang rumpang dalam penerapannya maka tidak jarang siswa dan guru yang menjadi bingung dalam penerapannya. Dengan dalih modernisasi namun pada dasarnya kurikulum ini tidak melihat realitas sosial seluruh bangsa Indonesia melalui budaya ataupun keadaan geografis masyarakat Indonesia. Saya juga setuju jika kurikulum ini dihentikan oleh menteri pendidikan saat ini bapak Anies Baswedan karena jika terus di paksakan maka yang sangat menderita adalah siswa tidak semua siswa bisa menerapakan kurikulum ini bahkan gurunyapun juga sulit menerapkannya yang terjadi pendidikan yang membingungkan akan menghasilkan hal-hal yang negatif nantinya.
    Kegagalan kurikulum ini saya juga setuju pendapat bapak karena tidak dilibatkan seluruh element yang memiliki kepentingan dalam pendidikan untuk merumuskan kurikulum ini. Seharusnya jika ingin merumuskan kurikulum baru harus ada penelitian sebelumnya dan evaluasi dalam percontohan penerapannya sehingga menghasilkan kurikulum yang baik karena melibatkan segala pihak yang berkepentingan. Jika hal ini terjadi maka kita bisa menciptakan sebuah kurikulum yang baik bagi Indonesia yang dapat merevolusi mental kearah yang baik bukan malah menambah beban siswa dan guru dengan hal yang membigungkan. Semoga dengan pelajaran di berhentikannya kurikulum ini pendidikan Indonesia akan mendapatkan kurikulum yang baik kedepannya bukan kurikulum yang mengimport dari negara lain tanpa melihat realitas sosial yang terjadi di lapangan.

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd