Kamis, 08 Januari 2015

SISI BURUK KONSISTENSI

Konsisten dan konsistensi memiliki makna positif. Salah satu ukuran kebaikan dan kualitas manusia, pemimpin, dan pemerintah adalah memiliki sikap dan pendirian yang konsisten. Presiden dinyatakan baik dan terpercaya jika ia konsisten melaksanakan janji-janjinya saat kampanye. Namun, hati-hatilah, konsisten dan konsistensi juga memiliki sisi buruk.

Sebagai contoh, tikus biasanya kena perangkap dan tertangkap justru karena konsisten. Konsistensi tikus adalah penyebab utama kematiannya. Tikus biasanya meningalkan jejak dan membuat jalur dengan kotoran dan air kencingnya.

Jika ia kembali ke tempat yang sama, bahkan bila tikus lain datang ke tempat itu, mereka secara konsisten mengikuti jejak yang telah dibuat. Mereka jarang sekali mencoba jalan lain, kecuali jika sangat terpaksa karena ada halangan atau ancaman. Bila keadaan kembali normal, tikus secara konsisten kembali ke jejak dan jalur semula.

Biasanya bila orang hendak menangkap tikus yang terasa sangat mengganggu, perangkap tikus diletakkan pada jejak dan jalur yang secara konsisten dilalui tikus. Tikus terperangkap, ditangkap dan dibunuh. Konsistensi yang membawa bencana, bahkan kematian.

Para polisi yang memburu bandar narkoba, biasanya sangat sulit membongkar jaringannya, karena para bandar narkoba itu dengan sengaja bertindak tidak konsisten. Konsistensi bagi para bandar narkoba adalah kata dan tindakan yang tidak disukai. Mereka secara sistematis melawan konsistensi dengan menciptakan beragam modus baru dalam penyebaran narkoba.

Mereka menggunakan berbagai alat, media, dan beragam orang dengan berbagai warga negara untuk menyelundupkan narkoba. Mereka tidak mau secara konsisten menggunakan jalur penerbangan. Mereka juga menggunakan jalur laut, dan darat.

Biasanya mereka tertangkap jika menggunakan modus atau pola yang sama berulang-ulang. Meskipun polisi serta bea dan cukai sering melakukan penangkapan, buktinya sampai kini pengguna narkoba sudah melampaui empat juta orang. Itu artinya pasokan narkoba yang lolos dan dapat dinikmati oleh penggunanya lebih banyak daripada yang berhasil ditangkap. Itu artinya inkonsistensi para bandar narkoba itu telah berhasil membuat lebih banyak orang Indonesia terutama generasi muda menjadi pecandu narkoba. Para bandar narkoba itu sadar betul pada sisi buruk konsistensi.

Ilmuwan besar, para penemu atau inovator, para seniman dan semua pencipta tradisi besar dalam semua bidang adalah orang-orang yang sangat paham sisi buruk konsistensi dan dengan sengaja melawannya. Mereka bersikap inkonsisten terhadap tradisi yang sudah berkembang dan mapan, bahkan tradisi yang membesarkan mereka.

Bila Aristoteles secara konsisten mengikuti gurunya Plato, mungkin namanya tak akan kita kenal sekarang. Ia menjadi pemikir besar karena bersikap inkonsisten terhadap tradisi pemikiran gurunya, keluar dari tradisi guru yang membesarkannya. Ia dengan sengaja menyimpang, membuka jalan-jalan baru yang sering kali bertentangan dengan gurunya. Dalam hampir semua hal Aristoteles melawan gurunya.

Jika Newton konsisten mengikuti semua pandangan ilmuwan dan filsuf sebelum dan sezamannya, mungkin kita tak pernah mengenal nama dan kehebatannya seperti sekarang. Begitu pula dengan Einstein yang secara sengaja tidak mau secara konsisten mengikuti fisika dan paradigma keilmuan Newtonian. Jika Einstein mengikuti Newton, dia hanya jadi pengekor yang sekadar meneruskan dan mungkin menambah beberapa hal kecil untuk menajamkan atau memperkaya fisika warisan Newton.

Einsten menjadi hebat, besar dan dikagumi dunia karena dia tidak konsisten mengikuti Newton. Einstein sengaja inkonsisten, melakukan perlawanan bahkan revolusi, membongkar banyak prinsip fisika Newtonian.

Al Ghazali besar dalam tradisi rasional yang dikenal dengan sebutan Mutazilah. Ia menjadi salah seorang tokohnya. Tetapi tentu saja bukan tokoh utama dan tokoh sentral. Ia kemudian mulai bersikap inkonsisten, tidak mengikuti semua asas, prinsip dan paradigma Mutazilah. Ia kemudian melawannya. Akhirnya ia berhasil membangun tradisi sendiri yang membuat ia sangat terkenal dan memiliki banyak pengikut. Bila ia konsisten dengan para guru Mutazilahnya, namanya tidak sebesar dan seharum yang kita kenal.

Dalam tradisi keilmuan ada Thomas Kuhn yang menulis buku The Structure of Scientific Revolutions. Kuhn menjelaskan dalam dunia ilmu dan pemikiran, ada tradisi yang secara konsisten diikuti dan diparktikkan para ilmuwan. Tradisi  mapan yang melahirkan banyak ilmuwan dan temuan yang sangat berguna bagi ilmu dan kemanusiaan. Namun pada suatu saat, tradisi mapan itu tidak lagi memiliki kemampuan untuk memberi penjelasan memadai terhadap berbagai gejala dan kejadian. Bila para ilmuwan secara konsisten mengikuti tradisi ini bisa dipastikan akan terjadi anomali, kemacetan, kemandekkan, bahkan kehancuran.

Inilah saatnya untuk bertindak inkonsisten. Melawan konsistensi. Secara sadar, dan sistematis bertindak inkonsisten, melawan tradisi ilmu yang mapan, melakukan revolusi, melahirkan tradisi baru. Hanya dengan cara ini ilmu dapat berkembang dan terus maju serta memberikan manfaat bagi manusia dan kemanusiaan.

Pelajaran berharga dari tikus yang tertangkap karena bersikap konsisten adalah, janganlah mempraktikkan konsistensi seperti tikus. Konsistensi yang kaku dan mekanis. Bersikap konsistenlah secara tepat, bijak dan bermakna. Artinya dengan sadar, nalar dan cergas memperhitungkan banyak faktor dan menyediakan celah untuk berani menempuh jalur dan jalan baru yang mengharuskan kita untuk berani bersikap inkonsisten.

Konsistensi adalah virus yang berbahaya bila dipraktikkan secara kaku dan mekanis, sedangkan inkonsistensi menjadi racun bila digunakan secara sembarangan dan asal-asalan. Karena itu,

KONSISTENSI AKAN BERMANFAAT DAN BERMAKNA JIKA DIPRAKTIKKAN DENGAN TEPAT DAN AKURAT, BUKAN DENGAN KAKU DAN MEKANIS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd