Hidup adalah rutinitas. Dalam banyak hal rutinitasnya bersifat niscaya, tak terelakkan. Bangun pagi, ke kamar mandi, beribadah, mandi dulu atau sarapan, berangkat kerja. Begitulah seterusnya setiap hari. Rutinitas itu akhirnya menciptakan kebiasaan. Akibanya jaringan neuron di otak kita terbentuk dengan pola tetap yang membuat kebiasaan itu sangat susah diubah.
Pada mulanya kita yang menentukan, mengatur, dan menciptakan kebiasaan. Namun setelah pola kebiasaan itu terbentuk di otak, gantian kita yang ditentukan oleh kebisaan. Itulah pola alamiah otak kita. Otak cenderung mempertahankan pola yang sudah terbentuk dan kita merasa aman di dalamnya.
Karena itu meski seorang doktet sangat paham bahwa merokok sangat tidak sehat, ia tetap merokok karena sudah menjadi kebiasaan. Dalam konteks inilah betapa mengerikan hari depan negeri ini bila pemberantasan dan perang terhadap narkoba tidak dilakukan dengan tegas, keras dan terus menerus sampai tuntas. Sebab telah lebih empat juta pengguna yang sudah sangat tergantung pada kebiasaan menikmati narkoba. Persentase terbesarnya adalah remaja.
Sejumlah binatang seperti lebah, sejak lahir telah membawa pola kebiasaan yang dimiliki oleh semua lebah dalam otaknya. Pola bawaan yang agak mustahil untuk diubah. Binatang dapat bertahan hidup dengan cara mengikuti pola kebiasaan itu dengan konsisten. Karena binatang tidak mungkin atau sangat kecil kemungkinannya keluar dari kebiasaan yang telah terpola di otaknya.
Namun pola kebiasaan yang tetap dan konsisten itu yang seringkali membuat binatang mendapat kesulitan dan mati, seperti tikus yang terperangkap karena dijebak dengan menaruh perangkap pada jalur jalan yang telah dibuatnya sendiri. Pola kebiasaan untuk hanya mengikuti jalur itu yang membuatnya mudah dijebak.
Manusia berbeda. Kebiasaannya dibentuk melalui pengasuhan. Itulah sebabnya perilaku manusia dan polanya relatif tidak terbatas. Setiap manusia juga sangat unik. Meskipun ada sejumlah kebiasaan yang sama dan seragam yang dilakukan manusia dalam jumlah sangat besar, tetap ada perbedaan dan keunikan individu. Meski semua manusia makan, cara makan dan apa yang dimakan tiap orang pasti ada perbedaannya.
Namun, tidak sedikit manusia dipenjara kebiasaan yang membuatnya menjalani hidup ibarat robot. Ia hanya mengulani rutinitas yang sama dari waktu ke waktu. Sangat ketat dan konsisten mengikuti pola kebiasaan. Hidupnya adalah rutinitas yang berulang-ulang, monotoni yang konsisten.
Sejarah panjang manusia membuktikan secara gamblang bahwa kemajuan manusia dan kebermaknaan hidupnya ternyata sangat ditentukan oleh keberanian untuk menciptakan dan menjalani kebiasaan yang tidak biasa. Keberanian untuk melakukan penyimpangan dari kebiasaan yang sudah terbentuk dan memberi rasa aman.
Manusia purba, orang-orang goa yang hidup berpindah-pindah merasa aman dan betah dengan gaya hidupnya. Berpindah dan berburu. Namun ada segelintir manusia yang berani menciptakan kebiasaan yang tidak biasa. Mereka hidup menetap di pinggir sungai dan bercocok tanam. Keberanian untuk menyimpang, menciptakan kebiasaan yang tak biasa inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya tradisi, kebudayaan dan peradaban manusia.
Lazimnya, keberanian ini akan melahirkan sejumlah inovasi lanjutan, ketakbiasaan baru yang mendorong kemajuan secara terus menerus. Saat berhasil bercocok tanam dan menetap muncul kebiasaan baru berternak hewan, mencari tanaman baru yang bisa dikonsumsi. Lahirlah beragam rumah sebagi tempat tinggal dan bangunan lain yang diperlukan. Muncul sistem tatakelola hidup bersama, sistem kekerabatan yang lebih berkembang. Akhirnya manusia berubah dari gerombolan menjadi komunitas.
Apakah jika hanya mengikuti kebiasaan yang sudah berterima dan tidak berani menciptakan kebiasaan yang tidak biasa para penakluk dan penemu seperti Marco Polo, Ibn Battuta, Vasco Da Gama, Christopher Columbus, Ferdinand Magellan, Captain Cook, bisa menemukan dunia baru? Mereka berani melawan pendapat orang banyak dan kebiasaan para pelaut ulung untuk mencaritemukan jalur dan jalan-jalan baru.
Untungnya Kopernikus tidak mau mengikuti kebiasaan berfikir Ptolemeus yang menempatkan bumi sebagai pusat. Ia dengan sengaja melakukan revolusi, pembalikan. Menciptakan kebiasaan berfikir yang tidak biasa, menempatkan matahari sebagai pusat untuk mencari solusi bagi banyak persolan fundamental yang tidak dapat dijelaskan dan dipecahkan dengan cara berfikir Ptolemeus.
Keberanian Kopernikus memicu banyak pencarian dan penemuan baru. Keberanian Kopernikus merupakan pemicu lahirnya ilmu pengetahuan moderen melalui Galileo dan Newton. Ilmu pengetahuan moderen sangat pasat berkembang dan melahirkan banyak keuntungan bagi manusia.
Namun pada gilirannya sejumlah orang besar mulai merasa bahwa paradigma dan cara kerja ilmu penegtahuan moderen telah menjadi rutinitas yang berulang, kebiasaan yang sangat biasa. Dibutuhkan kebiasaan baru, kebiasaan yang tidak biasa. Mulailah dicaritemukan paradigma dan cara-cara kerja baru.
Bila kini terdapat banyak sekali cara atau metode untuk mendapatkan ilmu atau metode penelitian, tidak lain dan tidak bukan karena terdapat sejumlah pemberani yang mengembangkan kebiasaan tak biasa. Kini kita mengenal metode penelitian kuantitatif, kulaitatif, penelitian tindakan, penelitian dan pengembangan, serta metode penelitian campur sari. Kini ada banyak cara memperolehdapatkan kebenaran keilmuan.
Ibnu Sina pernah menciptakan kebiasaan yang tidak biasa. Pada zamannya malah dianggap sebagai sebentuk kegilaan. Ia menaruh bangkai domba di banyak tempat untuk menentukan tempat terbaik bagi pendirian rumah sakit. Orang banyak tidak mengerti dan bertanya-tanya. Sementara yang kurang sabar menyebutnya sinting. Akhirnya Ibnu Sina mendirikan rumah sakit di tempat yang dombanya paling lama membusuk. Ia melakukan eksperimentasi untuk memastikan tingkat kelembaban dan banyaknya potensi bibit penyakit. Bila bangkai domba membutuhkan waktu lebih lama untuk membusuk di suatu tempat dibandingkan tempat lain, orang berilmu tahu apa maknanya.
Nabi Muhammad SAW juga pernah dikata-katai sebagai orang gila karena ia menyampaikan ayat Al Qur'an yang mengatakan bahwa gunung-gunung tinggi itu tidak diam tetapi bergerak. Orang pada zamannya sudah memiliki kebiasaan berfikir yang sangat tergantung pada penglihatan langsung dan kurangnya ilmu pengetahuan.
Kita sekarang sangat mengerti bahwa bukan hanya gunung,bahkan bumi dan seluruh semesta ini terus bergerak. Memang dibutuhkan keberanian luar biasa untuk menciptakan dan mempraktikkan kebiasaan tak biasa.
KEBIASAAN TAK BIASA MEMICU KREATIVITAS BAGI PENEMUAN DAN PEMBARUAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd