(Sebagai rasa Hormat pada Dr. Sofyan Hanif, M. Pd. Dan Dr. Totok Bintoro, M. Pd., semoga segera menjadi Guru Besar)
Dua penyanyi cantik melantunkan lagu yang nikmat. Keduanya merupakan penyanyi profesional yang terlatih. Lagu apapun yang dibawakan terasa nikmat dan indah. Mereka mampu mengolah dan memainkan suara sesuai dengan jenis dan syair lagu. Saat membawakan lahu barat yang melo suara dan ekspresi mengikuti syair lagu. Sungguh penafsiran lagu yang sangat baik dan terdengar asyik.
Sementara itu pemain organ tunggal juga sangat piawai. Mampu membangun harmoni dengan tafsir yang dilakukan penyanyi. Ia sendiri berusaha memberi makna pada lagu dengan melakukan improvisasi pada saat yang tepat. Sungguh paduan yang indah dan harmonis. Mereka saling isi dalam kebersamaan yang sangat terukur.
Tampaknya secara intuitif mereka sudah saling mengerti. Kapan waktu diberikan pada si penyanyi menunjukkan kebolehan dan keunggulannya, dan kapan dibukakan kesempatan pada si pemusik untuk berimprovisasi menampilkan kreativitas bermusiknya. Ini bisa terjalin karena mereka sudah sangat lama bekerja sama dalam saling pengertian.
Mereka memang telah memasuki tahapan intuitif yang melampaui tataran teoritis dan teknis tentang warna suara, intonasi, tarikan nafas dan semua tetek bengek masalah teknis. Karena sudah sangat lama bekerja sebagai sebuah tim.
Suasana terasa menyenangkan dan mengalir. Tak terasa waktu bergerak bergulir, suasana mengasyikkan. Apalagi saat kedua biduanita yang cantik dan bening itu melantunkan lagu dangdut. Suasana mendadak terasa hangat dan menantang. Godaan untuk menggoyangkan tubuh semakin tak tertahankan. Tetapi apa boleh buat, sudah waktunya makan siang. Penyanyi dan pemusik harus rehat.
Seorang teman mengambil inisiatif mendekati organ dan mulai mencobanya. Dari caranya bermain bolehlah dibilang ia bisa memainkan alat itu mesti memang terasa belum lancar, lebih banyak berhenti dan mencoba lagi. Namun terdengar nada lagu yang jelas. Meski selalu terhenti saat akan berpindah pada penggalan lagu berikutnya. Belum lancar mengalir. Seperti air mengalir di antara bebatuan, banyak perhentian dan benturan. Tetapi harus diberi apresiasi karena berani mencoba. Banyak orang gagal dalam hidup karena tak pernah berani mencoba. Terlalu banyak perhitungan dan akhirnya tidak berbuat apa-apa.
Seorang teman yang lain kemudian ikutan maju. Ia mengambil mik dan kemudian mencoba memilih-milih lagu yang akan dinyanyikan. Berunding dengan sang pemusik. Sang pemusik maunya lagu Koes Plus, si penyanyi lebih memilih Ebiet G. Ade. Memilih lagu saja pake debat dan diskusi. Mungkin karena keduanya doktor dan pejabat. Susah membuat kesepakan untuk mengambil keputusan.
Sementara terus mencoba menyesuiakan nada organ dengan lagu yang akan dipilih, teman yang memainkan organ itu mencoba-coba lagu Ebiet. Akhirnya dipilih lagu Ebiet.
Pertunjukan dimulai, sang pemusik yang memulai. Tidak pas benar, tetapi nadanya dapat, sedikit agak fales. Menyusul sang penyanyi menimpali dengan lagu. Hiburan pun dimulai.
Gaya menyanyi dan bermusiknya mirip balap formula satu, saling berkejaran. Penyanyi asyik sendiri dengan nada suara entah ke mana, pemusik juga nyelonong sendiri. Saling berlomba dan berkejaran. Apalagi suara penyanyi naik turun dengan cara lebih mirip penyanyi blues sekelas B.B King atau Keb Mo. Sungguh sangat tidak nyambung sekali, deh.
Tetapi justru disitulah hiburannya. Menyaksikan bagaimana si pemusik dan si penyanyi menunjukkan usaha sangat keras untuk membuat lagu enak terdengar, tetapi selalu belum berhasil. Kita semua ketawa ngakak terpingkal-pingkal. Benar-benar sangat menghibur. Kita sangat terlibat secara emosional. Berbeda sangat rasanya respon kita jika dibandingkan memdengar lagu nikmat dari penyanyi dan pemusik profesional.
Kita tertawa, berkomentar, menyarankan, memberi masukan, menilai sambil terus tertawa dalam kegembiraan. Sementara kedua pelaku, penyanyi dan pemusik, terus berusaha, mengulangi lagi dari mula, dan masih juga belum berhasil. Mencoba lagu baru, tetap saja tidak nyambung. Kelihatannya sangat susah membuat keselarasan, sulit memunculkan harmoni. Meski keduanya telah berusaha keras.
Akhirnya sang penyanyi berhenti dan memberi kesrmpatan pada yang lain. Saat meninggalkan tempat bernyanyi, ia berucap harus ada yang mau jadi pasukan berani mati, mencoba maju duluan, agar orang lain mau maju. Ini sebuah sikap, prinsip dan tekad yang luar biasa. Tidak penting bahwa dia tidak bisa bernyanyi dengan baik, merdu dan nikmat. Sebab ia telah sangat menghibur dan menunjukkan sikap serta percaya diri yang luar biasa. Kami semua benar-benar sangat terhibur. Saking terhiburnya, saya memilih buru-buru keluar ruangan. Khawatir terkencing-kencing karena tak dapat menahan kelucuan dan terus ketawa ngakak.
Tidak mudah bekerja dalam kebersamaan. Sangat sulit membangun dan menciptakan harmoni untuk melahirkan sesuatu yang bermanfaat dan bisa dinikmati bersama. Memang ada oarang yang bisa dan handal bekerja sendiri dan dalam kesendirian. Ia bisa lepas bebas mengungkapkan kreativitasnya dan menjadi sangat produktif.
Namun, dalam hidup kita tidak mungkin selamanya dan seterusnya sendiri. Takdir manusia adalah makhluk individu yang berada dalam sosialita. Siapa pun kita, apapun pekerjaan dan jabatan kita, pasti ada saatnya berada dan bekerja bersama dengan orang lain.
Inilah saat untuk mengetam, menggergaji, dan mengendalikan ego. Tidak baik menjadi katak di bawah katak di dalam tempurung. Kita akan dilumat ego dan sepi.
Tidak mudah memang jika harus membuka diri, mendengarkan orang lain, menempatkan diri dalam harmoni kebersamaan. Saat kita harus menahan diri untuk tidak bicara terlalu banyak, tidak boleh berinisiatif secara berlebihan dan hati-hati mengedepankan persepektif pribadi yang bisa jadi lebih unggul dan baik, demi menjaga kebersamaan dan mencapai tujuan bersama. Namun, sadarilah, dalam hidup kita harus mau dan mampu lakukan itu untuk pencapaian yang lebih jauh, lebih tinggi, dan lebih baik bagi kemanusiaan, untuk kepentingan orang banyak.
Kita harus rela menahan diri untuk ikut serta dalam visi, misi, dan tujuan yang lebih besar dan bermakna bagi lebih banyak orang. Kita bisa belajar dari Barcelona. Di bawah kepelatihan Pep Guardiola, Barcelona telah mendapatkan segalanya. Namun setelah era Pep, Barca tertatih-tatih dan memalukan. Sebab tidak mendapatkan satupun gelar. Tidak menjadi juara LA Liga, tidak juga menjadi jagoan Piala Raja Spanyol. Saat itu rasanya Barca juga sulit juara jika mengikuti kompetisi Raja Jogja. Benar-benar terpuruk.
Akhirnya Barca mempercayakan kepelatihan pada anak muda yang tidak memiliki reputasi hebat sebagai pelatih yaitu Luis Enrique Martínez García.
Pada mulanya ia dicibir. Apalagi ia dianggap belum bisa memadukan dua bintang mereka Messi dan Neymar. Malah ia membeli pemain yang tak kalah kebintangannya yaitu Suarez. Ini artinya ada tiga bomber luar biasa asal Amerika Latin. Ketiganya adalah pencetak gol terbanyak pada kompetisi yang diikutinya.
Banyak orang ragu dan mencemooh Enrique. Dia pasti tak bakal bisa menyatukan tiga bintang itu. Bukankah para pemain bintang memiliki ego sebesar matahari?
Enrique mengembangkan pola latihan dan strategi permainan yang berbeda untuk menyatupadukan tiga bintang ini. Tentu saja keberhasilan tidak langsung muncul. Perlu kerja keras, proses, kesabaran, kemampuan belajar dari kesalahan dan terus melakukan evaluasi atas setiap perkembangan.
Akhirnya, Enrique berhasil dan Barca memperoleh tiga tropi kebanggaan yaitu La Liga, Piala Raja Spanyol serta Piala Kejuaraan Eropa antar klub, ditambah lagi Piala Super Eropa.
Kuncinya adalah ia menyatukan semua pemain termasuk tiga bintang utama itu dalam satu visi, misi, dan tujuan yang jelas dan tegas. Meyadarkan dan terus mempraktikkan strategi yang menegaskan bahwa mereka adalah sebuah tim yang solid. Setiap orang adalah bagian penting dalam tim. Setiap orang harus menundukkan ego demi keberhasilam tim. Messi menunjukkannya dengan mampu menahan diri untuk tidak asyik sendiri dan selalu memberikan umpan matang pada Neymar dan Suarez. Hasilnya, mereka melampaui capaian era Goardiola.
Memang tidak mudah membangun kebersamaan, dan bekerja sama. Sangat susah menciptakan keselarasan dan harmoni. Namun mengikatkan diri pada visi, menundukkan ego pada pencapaian bersama, dan kemauan keras untuk berhasil bersama adalah kunci untuk mendapatkannya. Ingatlah selalu,
PENCAPAIAN TUJUAN BERSAMA HANYA MUNGKIN DILAKUKAN BILA KITA BERSEDIA MENUNDUKKAN EGO DAN MENCIPTAKAN KESELARASAN DALAM HARMONI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd