Rabu, 28 Oktober 2015

PERINGATAN SUMPAH PEMUDA 2015: TOLIKARA DAN SINGKIL

Dari Sabang sampai Marauke
Berjajar pulau-pulau
Sambung menyambung menjadi satu
Itulah Indonesia.

Lagu ini kita hafalkan dan nyanyikan sejak kecil. Lagu ini membangun kesadaran bahwa Indonesia itu sangat luas dan beragam. Justru dalam keberagaman itulah Indonesia merupakan kesatuan. Maknanya SECARA HAKIKI INDONESIA adalah KEBERAGAMAN. KEINDONESIAAN=KEBHINEKAAN.

Siapapun yang mencoba untuk memaksakan kehendak agar ada kekuatan dominan yang mengganggu, apalagi mengacaukan dan menghancurkan kebhinekaan Indonesia, harus dinyatakan tegas sebagai pengkhianat. Karena mengingkari hakikat keindonesiaan.

Kita tidak dapat menutup mata dan pura-pura tidak tahu tentang menguatnya semangat primordialisme yang semakin ditonjolkan pada zaman reformasi. Rupanya orang-orang dan kelompok yang merasa  memiliki kelebihan dan keunggulan dibandingkan yang lain, memanfaatkan kebebasan untuk mengekpresikan diri dengan cara-cara anarkis. Menonjolkan ciri kelompoknya dan meremehkan serta menghina yang lain. Bahkan tanpa ragu dan malu menyerang yang lain dengan sadis, kasar, liar, sampai membunuh.

Karena itu kita harus mengutuk dengan keras serangan-serangan yang dilakukan oleh siapa pun terhadap rumah ibadah. Apapun alasannya harus tidak dapat diterima. Pelakunya harus dihukum sesuai hukum yang berlaku. Merusak rumah ibadah, apalagi sampai membakarnya adalah tindakan biadab. Apapun alasannya.

Kita tidak cukup menunjukkan rasa prihatin saat di Tolikara, salah satu tempat di ujung timur Indonsia, rumah ibadah umat Islam dihancurkan dan dibakar, begitupun ketika gereja dibakar di Singgkil, salah satu tempat di ujung barat Indonesia. Kita harus tunjukkan sikap tegas dengan menegakkan hukum seadil-adilnya.

Sebab kita tidak ingin anak muda kita memiliki lagu baru yaitu

Dari Singkil sampai ke Tolikara
Berjejer rumah ibadah
Dibakar seenaknya
Itulah Indonesia.

Kita tidak boleh membiarkan anarki berkembang menjadi amuk tak terkendali. Semua warga Indonesia, apapun suku dan agamanya harus menyadari bahwa keberadaan dan kebertahanan kita sebagai sebuah negara bangsa sejak mula berakar pada keberagaman, kebhinekaan. Menjaga dan memelihara kebhinekaan merupakan keniscayaan bagi kita semua. Tanpa terkecuali.

Tentu saja menjaga dan memelihara kebhinekaan itu harus dimulai dari keluarga, sekolah sampai ke masyarakat. Oleh karena bangsa Indonesia memiliki keberagaman agama, maka setiap penganut agama jangan pernah mengajarkan pada generasi mudanya untuk memusuhi apalagi membenci agama lain.

Sudah pasti setiap penganut agama sangat yakin bahwa agama yang dianutnya benar. Tetapi janganlah keyakinan itu membawa akibat membenci apalagi menyerang agama lain. Jangan pernah menjelek-jelekkan dan meyerang keyakinan agama lain. Patuhilah perintah Tuhan yang menegaskan, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Jangan pernah menilai orang yang beragama lain dengan sudut pandang agama kita, dan secar sinis menyebut orang lain yang berbeda dengan sebutan-sebutan yang menghina, menghujat dan merendahkan. Bukankah masing-masing agama menyebut pemeluknya sebagai rahmat bagi alam semesta dan pembawa damai? Sebutan-sebutan itu seharunya menjadi perekat keindonesiaan yang hakikinya adalah kebhinekaan.

Kepada semua anak-anak kita, harus ditanamkan semangat persaudaraan. Meskipun masing-masing kita memiliki keyakinan agama yang berbeda. Tetapi kita tetap diikat oleh semangat persaudaraan. Persaudaraan sebagai sesama manusia. Bukankah semua agama mengajarkan bahwa semua manusia, tanpa terkecuali, harus saling menjaga dan menghormati?

Oleh karena itu tidak berlebihan bila kita harus berani mengubah bagian tertentu dalam pola asuh, pengajaran dan pendidikan agama. Jangan lagi mengajarkan kebenaran agama sendiri sembari mencela agama lain. Bila kita meyakini agama kita, fokus saja untuk menjalankan semua perintah yang ada. Tak usah buang waktu meributkan keyakinan agama lain. Bila ingin memahami agama lain, sebaiknya lakukan studi secara akademik. Dengan demikian agama lain dipelajari secara keseluruhan, utuh dan mendalam. Jangan berbicara tentang agama lain tanpa kajian yang mendalam dengan pemahaman empatis.

Meskipun dalam kitab suci masing-masing agama ada penanaman kebenaran terhadap agama yang diyakini, dan penilaian terhadap keyakinan agama lain. Tidak usahlah hal itu dibesar-besarkan dan dijadikan dasar untuk menyerang dan bertikai. Biarlah Tuhan sendiri yang akan menetukan pada saatnya, siapa yang berada dalam kebenaran. Tak elok bila kita merasa diri sebagai humas atau juru bicara Tuhan yang memastikan ketidakbenaran keyakinan orang lain.

Jangan menjadikan perbedaan agama sebagai alasan untuk saling bermusuhan. Apapun agama yang dianut, kita semua memiliki musuh bersama. Musuh bersama semua agama dan semua manusia. Musuh bersama itu adalah kemiskinan, kebodohan, kejahatan, dan penghancuran manusia dan alam.

Oleh karena itu, mari berlomba-lomba dalam dan dengan kebaikan. Tunjukkan dan ejawantahkan keyakinan iman dengan cara memerangi semua musuh bersama itu. Baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Tunjukkan keyakinan iman itu dengan menanam dan menumbuhkan kebaikan pada sesama. Dengan demikain energi iman dapat menjadi daya dorong bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan.

Justru katena memiliki iman, apapun agama kita, kita harus terus menerus menanam, menyemai, dan menumbuhkembangkan kebaikan, keharmonisan dan persaudaran dalam kebhinekaan. Bersama dan damai dalam kebhinekaan.

Tidak mudah memang. Sebab sejak kecil pada sebagian besar kita telah disemaitanamkan ajaran yang salah tentang agama lain, dan tentang keberbedaan. Meski ini jalan mendaki yang penuh ranjau mematikan, kita tak boleh mundur apalagi menyerah untuk mengusahakan yang terbaik, yaitu membangun kesadaran bahwa hidup damai dan saling bantu serta SALING hormat dalam kebhinekaan adalah taqdir Tuhan yang paling indah. Dengan demikian,

SETIAP KITA ADALAH RAHMAT BAGI YANG LAIN DAN SEMESTA, SERTA MAMPU MENCIPTAKAN DAMAI DI HATI, DAMAI DI BUMI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd