Rabu, 04 November 2015

KAPAL TUNDA

Kapal tunda itu kecil. Biasanya dikendalikan oleh satu orang. Kapal-kapal ukuran besar dan sangat besar, yang membawa ratusan kontainer atau kapal tanker raksasa  pembawa minyak, tak akan bisa merapat dan keluar dari pelabuhan jika tidak dibantu oleh kapal tunda.

Kapal besar pastilah hebat di samodra luas. Bisa berjalan tanpa terganggu di tengah gejolak ombak yang tinggi dan bergulung-gulung. Melakukan perjalanan antarbenua, berlayar tanpa batas di samodra luas. Namun, tak bisa berbuat banyak saat masuk dan keluar pelabuhan yang biasanya berukuran kecil. Padahal singgah di pelabuhan adalah tujuan yang harus dicapai setelah melalui perjalanan panjang di samodra luas terbentang. Untuk apa melakukan perjalanan jauh dan panjang bila tak singgah di pelabuhan?

Kapal-kapal besar itu tak bisa sesukanya maju, mundur, dan memutar di kawasan pelabuhan. Pelabuhan itu ukurannya memang terbatas dan dipenuhi banyak kapal yang ngantri untuk bongkar-muat. Saat inilah kapal tunda menjadi penting dan sangat menentukan.

Di kawasan pelabuhan, semua kapal besar pasrah saja pada kapal tunda. Ikut kemana pun kapal tunda membawa dan mengarahkannya. Kapal besar baru berfungsi saat memasuki kawasan samodra luas.

Kondisi ini juga berlaku dalam kehidupan nyata. Dalam keseharian kita. Pejabat tinggi, tokoh-tokoh besar, pengusaha besar sekelas konglemerat, orang sangat kaya, membutuhkan orang-orang kecil agar mereka dapat berfungsi dan bermanfaat.

Sukarno-Hatta, bapak bangsa Indonesia adalah orang hebat yang mampu memperjuangkan dan merumuskan proklamasi kemerdekaan. Agar proklamasi bisa diumumkan dan tercatat dalam sejarah, dibutuhkan orang kecil untuk mengetik naskah proklamasi itu dan menyebarluaskannya ke masyarakat.

Kota metropolitan Jakarta, akan lumpuh bila orang-orang kecil tidak ada. Orang kecil dibutuhkan untuk memastikan Jakarta bersih, aman dan berfungsi. Kemana para eksekutif yang bekerja di gedung mewah makan jika orang kecil tidak membuka warteg, menjual mie ayam, baso, ketoprak, gado-gado, pecak ayam dan lele? Apakah uang mereka mencukupi untuk makan di restoran mewah setiap hari kerja?

Jangan pernah meremehkan apalagi mengabaikan orang kecil. Bayangkan bila supir taksi, bajaj, trans Jakarta, komuter, metromini, mikrolet, kopaja, tukan ojek dan gojek, warteg dan semua pedagang kecil mogok kerja tiga hari saja. Jadi apa kota Jakarta?

Manusia saling membutuhkan, tak peduli besar atau kecil. Manusia harus saling bantu untuk bisa hidup normal, layak dan bermartabat. Setiap manusia dengan pemahaman, kapasitas, dan kompetensinya dapat memberikan sumbangan bagi kemanfaatkan hidup bersama. Inilah takdir hakiki manusia.

Namun sejarah manusia, sejak manusia pertama yaitu Adam, dipenuhi kisah pembangkangan. Manusia selalu tergoda untuk melakukan apa yang terlarang, mencoba apa saja yang baru dan berbeda, hidup tidak sesuai takdir dan kodratnya, dan bergelimang dengan kesalahan bahkan kejahatan.

Pada masa awal zaman industri, Karl Marx melihat perilaku buruk para pemilik modal besar yang menguasai pabrik-pabrik. Mereka memperlakukan orang-orang kecil yaitu para buruh dengan semena-mena, tidak adil dan sepenuhnya menindas. Marx menulis Manifesto Komunis, meyerukan revolusi menghancurkan para pemilik modal besar. Hanya ada satu kata, tegas Marx yaitu: lawan! Lahirlah teori konflik, pertentangan kelas.

Sejak saat itu, sepanjang sejarah di hampir semua tempat di dunia terjadi konflik terbuka antara pemilik modal dan buruh. Rovolusi kaum buruh meledak dengan banyak nama. Memanfaatkan konflik, kekerasan, dan revolusi berdarah yang kejam lahirlah sejumlah negara komunis. Di Indonesia pun pada tahun 1965 terjadi pertumpahan darah. Saat itu kekuatan nyata komunis sangat besar. Dalam pemilu paling demokratis dalam sejarah Indonesia mereka menduduki posisi keempat.

Sampai kini kita tidak tahu, apa yang sesungguhnya terjadi saat itu. Berbagai penjelasan yang saling bertentangan beredar dalam masyarakat. Apapun penjelasannya, satu hal pasti dan sangat jelas yaitu rakyat Indonesia menderita dan tewas dalam jumlah besar karena konflik. Konflik yang mempertentangkan berbagai kekuatan kepentingan dalam masyarakat.  Mestinya kita belajar bahwa konflik yang bermula dari perbedaan dan pertentangan dalam masyarakat sama sekali tidak membawa manfaat bagi masyarakat. Pihak yang diuntungkan adalah kekuatan-kekuatan politik yang dahaga akan kuasa.

Maknanya, revolusi dan konflik bukanlah jalan yang pantas untuk ditiru. Apalagi diteruskan. Beragam perbedaan dalam masyarakat, terutama soal besar-kecil harus dikelola dalam semangat kebersamaan. Pihak yang besar jangan menindas dan memanfaatkan kebesarannya untuk keuntungan diri dan kelompok sendiri. Sementara pihak yang kecil jangan memaksakan kehendak dan terlalu asyik dengan berbagai tuntutan dan mengabaikan pihak lain yang dihadapi.

Karena revolusi dan konflik nyatanya lebih banyak mudaratnya, salah satu pelanjut ajaran Marx yang kritis yaitu Mazhab Frankfurt tidak percaya dan menolak cara-cara revolusioner. Mereka lebih percaya pada dialog dalam masyarakat terbuka yang mengedepankan saling hormat, kesetaraan dan kebersamaan.

Maknanya, besar kecil jangan dipertentangkan. Apalagi sampai memunculkan konflik yang menimbulkan korban jiwa. Besar-kecil sebagai bentuk nyata perbedaan, diciptakan justru untuk membangun kebersamaan manusia.

Sejumlah catatan sejarah harus sangat diperhatikan oleh apa dan siapa pun yang besar dan sangat besar. Binatang-binatang yang berukuran besar dan sangat besar sudah sejak lama punah. Sedangkan yang kecil dan sangat kecil banyak yang mampu bertahan sampai saat ini. Mengapa? Karena yang besar dan sangat besar membutuhkan sumber-sumber yang banyak untuk sekedar bertahan hidup. Biasanya mereka lamban, tidak dapat bereaksi cepat dan segera dalam menghadapi tantangan-tantangan yang luar biasa dan mengancam hidupnya.

Saat krisis moneter melanda Indonesia sepanjang 1997-2000 yang meruntuhkan rezim Suharto, banyak pengusaha besar yang tergolong konglomerat mengalami kebangkrutan. Orang-orang besar yang merupakan tokoh-tokoh utama Orde Baru berguguran mnghadapi hujatan dan serangan rakyat. Sebaliknya yang kecil, tetap mampu bertahan.

HIDUP  MENJADI BERMAKNA JIKA PERBEDAAN DIJADIKAN DASAR UNTUK MEMBANGUN KEBERSAMAAN DAN HARMONI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd