Senin, 07 Maret 2016

DUA PROYEK BESAR

Dahsyat!

Bila sedang berada di persimpangan Kejaksaan Agung Jakarta, tengoklah dengan teliti dua proyek besar yang sedang dikerjakan oleh dua pemborong yang tidak sama. Perbedaannya sangat luar biasa.

Semua pekerja teknis pada dua proyek itu adalah orang Indonesia. Bedanya yang satu dikelola oleh perusahaan Indonesia, satunya lagi oleh konsorsium yang dipimpin Jepang. Rupanya keberbedaan itu menimbulkan perbedaan luar biasa pada tampilan fisik kedua proyek besar itu.

Pada proyek konsorsium, pagar-pagar di sekitar proyek yang membatasi proyek dengan jalanan yang berfungsi di sebelahnya selalu terlihat rapi. Dengan demikian tidak ada orang yang bisa lalulalang sesukanya di sekitar proyek. Tampaknya para pelaksana proyek ini sepenuhnya sadar, jika orang bisa lalulalang seenaknya tentu saja akan membahayakan diri orang itu sendiri. Sebab di atasnya banyak besi yang beratnya dalam hitungan ton.

Keadaannya tidak sama dengan proyek yang satunya. Orang-orang bisa lalulalang di bawah pekerja yang sedang bekerja di ketinggian. Ini terjadi karena pada banyak tempat pagar-pagar itu sudah tidak pada tempatnya. Tidak sedikit bagian  pagar yang sudah tidak terpasang di bagian bawah proyek di sepanjang  jalan yang terkena proyek tersebut. Bukan hanya orang, motor yang ingin memutar pun bisa masuk dan melintasi bagian bawah proyek yang seharusnya steril dari kehadiran orang luar.

Besi-besi yang sedang tidak digunakan, begitu juga benda-benda lain sangat centang prenang di bawah proyek jalan layang yang sedang dikerjakan pada proyek yang dikomandani kontarktor pribumi. Ada beberapa yang bentuk dan ukurannya bisa membahayakan orang yang lalulalang di sekitarnya.

Beberapa pekerja yang sedang menggantung memasang besi sebenarnya bekerja dalam bahaya, karena tidak ada pengaman di bawahnya. Padahal di bawah bertebaran besi-besi berukuran sangat besar.

Sebaliknya di proyek konsorsium, semua benda yang sedang tidak digunakan tersusun sangat rapih. Semuanya berada dalam pagar yang tidak dapat dimasuki selain pekerja proyek. Semua pengaman, pengaman pekerja dan barang barang yang mungkin saja jatuh, terpasang dengan baik. Karena itu lingkungan di bawah proyek yang berskala besar itu tampak sangat rapih dan terjaga.

Ada yang sangat menarik. Truk-truk yang keluar masuk proyek itu terkadang meninggalkan lumpur di jalan sekitar proyek. Begitupun sampah selalu muncul terutama pada siang hari. Mungkin terbawa angin atau karena kebiasaan banyak orang yang membuang sampah sembarangan.

Pada proyek yang dikerjakan konsorsium, ada petugas yang secar rutin membersihkan lumpur bawaan dari ban truk yang belepotan di jalan dan mengurusi sampah-sampah di sekitar proyek. Mereka kelihatannya sadar betul bahwa lumpur yang menempel di jalanan bukan saja memunculkan pemandangan tidak bagus, pun bisa mencelakakan pengguna jalan, terutama bagi pengendara motor.

Pada jam-jam kendaraan sangat ramai, ada pekerja yang bertugas membantu pengguna jalan dari kemacetan yang memang sangat parah. Maklumlah tidak sedikit badan jalan yang terambil dan harus ditutup untuk pelaksanaan proyek besar ini.

Sayang sekali, kegiatan tambahan seperti itu rasanya tidak pernah terlihat di sekitar proyek yang ditangani kaum pribumi. Sehingga suasana di sekitar proyek tampak agak jorok dan berantakan. Warna kecoklatan di jalan bekas dilewati truk bersih kembali jika terjadi hujan deras.

Hasil kerjanya juga sangat berbeda dari segi kerapihan. Tiang-tiang pancang hasil pekerjaan konsorsium tampak lebih rapih, halus dan tidak ada bekas semen yang belang blentong. Bahkan besi-besi yang berada di bagian atas tiang pancang sebagai penyangga dibungkus plastik biru. Mungkin ditutupi dengan cara dibungkus untuk mengurangi tingkat kekaratan. Maklumlah sekarang lagi musim cuaca ekstrim. Hujan deras bergantian dengan panas terik. Semua tiang pancang yang rapih itu kelihatannya tinggal ditambahkan bagian atasnya tanpa kerja tambahan untuk menghaluskannya. Efisiensi yang luar biasa.

Pemandangan berbeda terlihat pada tiang pancang proyek pribumi. Memang sudah kokoh berdiri. Namun tampak banyak kecacatan di sana-sini. Pastilah hasil kerja yang kurang rapih.

Apa yang tampak secara fisik itu sebenarnya mencuatkan sesuatu yang lebih substansial dan mendalam. Ini bukan sekadar persoalan teknis bagaimana membangunan fasilitas fisik seperti jalan layang. Lebih mendalam dari itu. Apa yang tampak secar fisik itu menunjukkan adanya perbedaan pada etos kerja, kedisiplinan, kesadaran akan keselamatan pekerja dan orang-orang yang ada di sekitar proyek itu.

Ini bukan hanya soal keterampilan fisik, efisiensi dan efektivitas. Tertanam sebagai akarnya adalah bagaimana kedua penanggung jawab proyek besar itu menghayati dan memberi makna pada pekerjaan dan tanggung jawab.

Boleh jadi bagi para petinggi yang datang dari Negeri Matahari Terbit, yang memimpin proyek itu, pekerjaan fisik untuk membuat perlintasan MRT itu merupakan pewujudnyataan keyakinan mereka tentang makna keberadaan manusia yang menandai keberadaannya di dunia melalui pekerjaan. Pekerjaan adalah pengejawantahan keyakinan tentang makna menjadi manusia, manusia yang mengawetkan keberadaanya dalam lintasan waktu melalui karya-karya yang bermutu dan membanggakan. Jadi, bukan semata kemampuan menunjukkan keterampilan yang melulu teknis.

Tentu saja apa yang mewujud dalam kenyataan, yang mereka tunjukkan melalui tatakelola kerja merupakan hasil endapan dari sistem pendidikan dan budaya yang berkembang dalam masyarakatnya. Secara sederhana dapat dirumuskan, mutu pendidikan mereka memang jauh melampaui mutu pendidikan kita. Bukan saja dalam penataan kurikulum. Terutama dalam praktik pendidikan nyata yang terjadi dalam interaksi dan proses pembelajaran. Sungguh, apa yang terlihat secara fisik pada dua proyek itu menegaskan,

PENDIDIKAN BERMUTU MELAHIRKAN MANUSIA BERMUTU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd