Kamis, 19 Mei 2016

POLI-TIKUS, XJODO DAN DA2P

Lokalisasi pelacuran kelas bawah Da2p digusur bulan ini. Setelah Xjodo digusur, tidak sedikit wanita penghiburnya pindah ke Dadap. Da2p semakin ramai dan meriah. Namun, Da2p yang sejak setahun lalu telah direncanakan akan digusur, pada akhirnya digusur juga.

Ada yang sangat menarik. Pemberitaan penggusuran Da2p tidak seheboh Xjodo. Tak ada seorang pun politi-kus yang datang ke Dadap. Kalo tikus sejak dulu banyak berkeliaran di Dadap. Maklumlah, tempatnya kumuh.

Saat Xjodo hendak digusur para politi-kus dan selebritis yang nafsu banget pengen jadi Gubernur DKI Jakarta menyambangi, memberi komentar yang menyerang kebijakan Pemda DKI Jakarta yang menggusur lokalisasi kekas bawah itu. Ratna Sarumpaet bahkan marah besar dan ikut hadir di Xjodo.

Semua mereka tampil bak pahlawan membela rakyat kecil yang katanya ditindas oleh penguasa. Mereka memaki-maki Gubernur DKI Jakarta.

Sekarang lokalisasi Da2p digusur. Ada ribuan orang kecil di situ yang tinggal dan hidup selama bertahun-tahun. Mereka sama saja dengan penghuni Xjodo, miskin, tak berdaya. Kini nasib mereka lebih buruk daripada pemukim di Xjodo. Karena pemukim di Xjodo yang memenuhi persyaratan tertentu diberi pengganti tempat tinggal di rumah susun. Penghuni Da2p tidak seberuntung itu. Artinya korban penggusuran Da2p lebih menderita daripada korban penggusuran Xjodo. Mereka sesungguhnya lebih pantas dibela.

Mengapa para politi-kus, selebritis dan yang merasa aktivis HAM yang dulu mempersoalkan penggusuran Xjodo dan sampai datang ke sana, tidak hadir di Da2p? Apa rakyat Da2p tidak pantas dibela? Mengapa mereka diem aja!

Penggusuran lokalisasi Da2p benar-benar memberi pelajaran sangat berharga bagi rakyat Indonesia. Ternyata sebagian (besar) politi-kus, selebritis, dan yang merasa pembela HAM, menjadikan penderitaan rakyat untuk kepentingan pribadi mereka. Mereka cuma nyari panggung untuk unjuk diri. Kacian betul ya. Apakah jika dalam waktu dekat tidak ada pemilihan Gubernur DKI Jakarta mereka membela (tidak sungguh-sungguh) warga Xjodo?

Xjodo, Luar Batang, Pasar Ikan, Bantaran Kali Ciliwung, Reklamasi Teluk Jakarta dan semua persoalan yang ada di DKI Jakarta telah dimanfaatkan oleh para politi-kus bermental tikus untuk kepentingan pribadi demi memenuhi syahwat kuasa karena kepincut pengen bangets jadi gubernur. Semoga kita tidak lupakan kejadian ini.

Dalam jagat politik Indonesia tampaknya model seperti ini sudah ada sejak lama. Saat menjelang pemilihan, para poli-tikus bermental tikus sangat atraktif tampil membela dan meyuarakan aspirasi rakyat. Politi-kus tertentu bahkan membawa-bawa isi kitab suci untuk menyerang lawannya, meskipun hidup sehari-harinya bertentangan dengan isi kitab suci yang digunakannya.

Politik pengatasnamaan rakyat ini selalu berakhir pada pengkhiatan. Sebab para poli-tikus itu kerap kali membuat kebijakan yang menyengsarakan rakyat jika nantinya berkuasa.

Karena itu, penggusuran lokalisasi pelacuran kelas bawah Da2p yang sama sekali tidak menjadi perhatian para poli-tikus dan orang yang merasa aktivis HAM, sebagaimana mereka dulu sangat bersemangat membela rakyat Xjodo, menegaskan bahwa kebanyakan poli-tikus itu hanya mengejar kekuasaan. Bukan berjuang untuk rakyat.

Jika sungguh-sungguh membela rakyat seharusnya mereka datang ke Da2p dan membela rakyat miskin yang digusur. Mosok, membela rakyat pilih-pilih. Rakyat Xjodo dibela, rakyat Da2p dicuekin. Poli-tikus kayak gini bermetal tikus, berhati kumuh. Sekumuh Xjodo dan Da2p.

Memerhatikan sikap poli-tikus terhadap penggusuran Xjodo dan Da2p, saya jadi teringat politikus Islam Mohammad Natsir. Ia adalah politikus yang luar biasa. Ia tidak hanya memanfaatkan Islam untuk kepentingan pribadi sebagaimana kebanyakan poli-tikus. Ia memperjuangkan Islam dengan cara yang santun, beradab, argumentatif, dan penuh keteladanan. Ucapan dan perbuatannya konsisten. Sebagai politikus yang berbasis pada partai Islam, ia berjuang untuk rakyat Indonesia secara keseluruhan. Ia pernah menjadi menteri dan perdana menteri.

Natsir adalah teladan terbaik politikus yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat, bukan hedonik kekuasaan sebagaimana kebanyakan poli-tikus Indonesia dulu dan kini. Karena kritiknya terhadap rezim totaliter Orde Baru yang dikomandani Suharto, ia benar-benar dimusuhi.

Namun, demi kesejahteraan rakyat Indonesia, Natsir meminta Kuwait menanamkan investasi di Indonesia, dan meyakinkan Pemerintahan Jepang untuk membantu pembangunan Indonesia, saat Suharto berkuasa. Ia bekerja keras memulihkan hubungan baik Indonesia-Malaysia agar Indonesia memiliki kesempatan membangun pada awal Pemerintahan Orde Baru.

Natsir hidup sederhana sampai akhir hayatnya, meski ia pernah menjadi menteri dan perdana menteri. Sebab sebagai politikus bermoral tinggi, beretika mulia dan memperjuangkan rakyat, ia tidak pernah mengejar kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Natsir tak pernah memanfaatkan penderitaan rakyat untuk kepentingan kekuasaan seperti yang dipertontonkan tanpa rasa malu sama sekali oleh kebanyakan poli-tikus. Terutama yang pengen bangets jadi Gubernur DKI Jakarta.

RAKYAT INDONESIA SEJAHTERA JIKA DIPIMPIN POLITIKUS BERMORAL TINGGI, BERETIKA MULIA DAN BUKAN PENGEJAR KEKUASAAN SEPERTI KEBANYAKAN POLI-TIKUS YANG BERMENTAL KUMUH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd