Power Rangers adalah pahlawan
kebenaran. Anak-anak sangat mengenal dan suka menirukan gayanya. Gayanya yang
paling terkenal adalah berdiri dengan tegap serta mengucapkan kata BERUBAH!
Serta merta terjadi perubahan. Muncullah Power Rangers sang jagoan. Power
Rangers bisa berubah jadi apa saja dengan sangat cepat mengimbangi kekuatan
lawan-lawannya menggunakan ucapan kata, berubah. Segera dengan sangat cepat, ia
berubah.
Tampaknya selama pemerintahan SBY gaya
Power Rangers ini sangat mengemuka, yaitu berubah secara cepat dengan model
instan. Lihatlah harga sembako, cepat sekali berubah. Terus menerus naik.
Sekarang ini untuk kesekian kali harga tahu tempe melangit. Para pengrajin
tempe tahu menjerit karena harga kedelai tak terkendali. Harga daging, telur,
beras ayam, sampai jengkol juga tak terkendali. Terus menerus berubah,
melambung tinggi. Wajar jika mulai ada yang berfikir bahwa SBY adalah pahlawan
seperti Power Rangers, tapi pahlawan bagi para cukong dan kapitalis yang
menguasai dan mengendalikan harga. Bukan pahlawan rakyat.
Dalam ranah pendidikan gaya yang sama
juga sangat menonjol. Perhatikan dengan seksama berbagai kebijakan dan regulasi
yang berubah sangat cepat. Saking cepatnya sampai-sampai banyak yang saling
bertentangan. Sebagi contoh periksalah berbagai aturan tentang perguruan
tinggi, terutama tekait dengan standar pendidikan tinggi dan penjaminan mutu.
Kaji juga berbagai argumentasi dan data yang digunakan untuk memberi landas
tumpu bagi perubahan kurikulum, sangat banyak yang bertentangan. Semuanya
dilakukan karena berkuasanya cara berfikir instan. Padahal cara-cara instan
adalah racun yang mematikan dalam ranah pendidikan. Pendidikan hakikinya adalah
perubahan. Tetapi perubahan yang terencana, sistematis, terstruktur dan terukur
dengan menekankan pentingnya proses. Sebab, pendidikan berkutat dengan tumbuh
kembang manusia yang tidak sehat jika dikelola dan diperlakukan dengan gaya
instan.
Gaya instan juga menjadi model bagi
sebagian orang untuk mendapatkan gelar akademik, terutama para pejabat. Ini
bisa terjadi karena tidak sedikit perguruan tinggi, bahkan yang negeri
melakukan aktivitas yang lebih tepat disebut "menjual" gelar daripada
menyelenggarakan proses pemelajaran yang benar dan bermutu. Seorang teman, guru
besar sebuah PTN di Jakarta bercerita, ada seorang wakil gubernur tercatat
sebagai mahasiswa di kelasnya. Wakil gubernur itu tidak pernah masuk ke
kelasnya. Guru besar itu kaget karena mendapat undangan ujian terbuka sang
wakil gubenur. Dia lebih kaget lagi karena untuk mata kuliah yang diajarnya si
wakil gubenur dapat A. Cara seperti ini tentu saja hanya akan menghasilkan
Doktor bayaran, menjadi Doktor dengan membayar, membayar profesornya. Jangan
heran bila Anda bertemu Doktor-doktor botol alias bodoh tolol yang kalo omong,
omongannya gak mutu dan tidak punya karya akademik. Jangan dikira tidak ada
guru besar yang kayak gitu, yang sering disebut GBHN, Guru Besar Hanya Nama.
Keseluruhannya adalah hasil dari proses instan. Beberapa dasawarsa lalu ahli
kebudayaan sohor Koentjaraningrat menyebut mental kayak ginilah yang merusak
negara bangsa ini.
Gaya instan yang maunya sesegera
mungkin inilah yang menjadi akar korupsi dan kejahatan lainnya. Mereka yang mau
sesegera mungkin menjadi orang kaya memanfaatkan kesempatan terutama sebagai
pejabat untuk mengambil sebanyak-banyaknya uang negara atau uang rakyat. Mereka
fikir mumpung jadi pejabat, kan jadi pejabat biasanya tidak pernah lama, jadi
ya ayo ambil apapun yang bisa diambil. Inilah gaya mumpungisme.
Mereka tidak pernah menyadari semua
yang instan itu mengandung bahaya. Sekarang hampir semua orang tahu bahaya mie
instan dan makanan instan lain. Setelah menjalani hidup tidak terlalu lama,
domba Dolli hasil kloning, sebuah reproduksi yang bersifat instan, terbukti
mengandung banyak kelemahan fisik dan sangat rentan terhadap berbagai penyakit.
Semakin banyak bukti yang menunjukkan cara-cara instan sangat merusak. Oleh
sebab itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd