Minggu, 08 September 2013

POWER RANGERS DAN KITA



Power Rangers adalah pahlawan kebenaran. Anak-anak sangat mengenal dan suka menirukan gayanya. Gayanya yang paling terkenal adalah berdiri dengan tegap serta mengucapkan kata BERUBAH! Serta merta terjadi perubahan. Muncullah Power Rangers sang jagoan. Power Rangers bisa berubah jadi apa saja dengan sangat cepat mengimbangi kekuatan lawan-lawannya menggunakan ucapan kata, berubah. Segera dengan sangat cepat, ia berubah.

Tampaknya selama pemerintahan SBY gaya Power Rangers ini sangat mengemuka, yaitu berubah secara cepat dengan model instan. Lihatlah harga sembako, cepat sekali berubah. Terus menerus naik. Sekarang ini untuk kesekian kali harga tahu tempe melangit. Para pengrajin tempe tahu menjerit karena harga kedelai tak terkendali. Harga daging, telur, beras ayam, sampai jengkol juga tak terkendali. Terus menerus berubah, melambung tinggi. Wajar jika mulai ada yang berfikir bahwa SBY adalah pahlawan seperti Power Rangers, tapi pahlawan bagi para cukong dan kapitalis yang menguasai dan mengendalikan harga. Bukan pahlawan rakyat.

Dalam ranah pendidikan gaya yang sama juga sangat menonjol. Perhatikan dengan seksama berbagai kebijakan dan regulasi yang berubah sangat cepat. Saking cepatnya sampai-sampai banyak yang saling bertentangan. Sebagi contoh periksalah berbagai aturan tentang perguruan tinggi, terutama tekait dengan standar pendidikan tinggi dan penjaminan mutu. Kaji juga berbagai argumentasi dan data yang digunakan untuk memberi landas tumpu bagi perubahan kurikulum, sangat banyak yang bertentangan. Semuanya dilakukan karena berkuasanya cara berfikir instan. Padahal cara-cara instan adalah racun yang mematikan dalam ranah pendidikan. Pendidikan hakikinya adalah perubahan. Tetapi perubahan yang terencana, sistematis, terstruktur dan terukur dengan menekankan pentingnya proses. Sebab, pendidikan berkutat dengan tumbuh kembang manusia yang tidak sehat jika dikelola dan diperlakukan dengan gaya instan.

Gaya instan juga menjadi model bagi sebagian orang untuk mendapatkan gelar akademik, terutama para pejabat. Ini bisa terjadi karena tidak sedikit perguruan tinggi, bahkan yang negeri melakukan aktivitas yang lebih tepat disebut "menjual" gelar daripada menyelenggarakan proses pemelajaran yang benar dan bermutu. Seorang teman, guru besar sebuah PTN di Jakarta bercerita, ada seorang wakil gubernur tercatat sebagai mahasiswa di kelasnya. Wakil gubernur itu tidak pernah masuk ke kelasnya. Guru besar itu kaget karena mendapat undangan ujian terbuka sang wakil gubenur. Dia lebih kaget lagi karena untuk mata kuliah yang diajarnya si wakil gubenur dapat A. Cara seperti ini tentu saja hanya akan menghasilkan Doktor bayaran, menjadi Doktor dengan membayar, membayar profesornya. Jangan heran bila Anda bertemu Doktor-doktor botol alias bodoh tolol yang kalo omong, omongannya gak mutu dan tidak punya karya akademik. Jangan dikira tidak ada guru besar yang kayak gitu, yang sering disebut GBHN, Guru Besar Hanya Nama. Keseluruhannya adalah hasil dari proses instan. Beberapa dasawarsa lalu ahli kebudayaan sohor Koentjaraningrat menyebut mental kayak ginilah yang merusak negara bangsa ini.

Gaya instan yang maunya sesegera mungkin inilah yang menjadi akar korupsi dan kejahatan lainnya. Mereka yang mau sesegera mungkin menjadi orang kaya memanfaatkan kesempatan terutama sebagai pejabat untuk mengambil sebanyak-banyaknya uang negara atau uang rakyat. Mereka fikir mumpung jadi pejabat, kan jadi pejabat biasanya tidak pernah lama, jadi ya ayo ambil apapun yang bisa diambil. Inilah gaya mumpungisme.

Mereka tidak pernah menyadari semua yang instan itu mengandung bahaya. Sekarang hampir semua orang tahu bahaya mie instan dan makanan instan lain. Setelah menjalani hidup tidak terlalu lama, domba Dolli hasil kloning, sebuah reproduksi yang bersifat instan, terbukti mengandung banyak kelemahan fisik dan sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Semakin banyak bukti yang menunjukkan cara-cara instan sangat merusak. Oleh sebab itu

INSTANISME HARUS DICABUT SAMPAI KEAKAR-AKARNYA KARENA MERUPAKAN MUSUH BAGI BUDAYA MUTU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd