Minggu, 08 September 2013

DORA THE EXPLORER DAN PEMILU KITA



Anak-anak sekarang sangat beruntung karena ada banyak pilihan untuk menonton film kartun. Pada masa lalu film-film kartun didominasi oleh cerita yang berisi perseteruan terus menerus, seperti Mickey Mouse dan Popeye. Sekarang ini, meski masih ada yang berisi perseteruan, tetapi ada pilihan lain yang berisi banyak hal yang sangat berguna bagi tumbuh kembang anak. Beberapa diantaranya adalah Doraemon, Upin dan Ipin, Blues Clues, dan Dora The Explorer.

Banyak hal menarik bagi anak-anak dalam Dora sang penjelajah. Berbagai pelajaran  diberikan dalam bentuk cerita, gambar, nyanyian dan tebak-tebakan atau teka-teki. Pelajaran yang diberikan tidak hanya bersifat kognitif-intelektual, banyak juga yang berupa pelajaran moral dan motivasi. Biasanya materi atau topik yang penting dalam satu episode ditampilkan berulang-ulang dan memberikan kesempatan bagi anak-anak yang menonton untuk mengucapkan atau memperagakannya. Dora memang merupakan tontonan interaktif yang mendorong anak yang menonton untuk terlibat. Setiap kali meminta anak mengucapkan atau memperagakan sesuatu, Dora memberikan pujian pada anak-anak. Pujian sangat penting bagi anak-anak.

Mengucapkan atau memperagakan sesuatu yang penting secara berulang-ulang merupakan keniscayaan untuk melupakan lupa atau melawan lupa, agar ingatan itu menancap dalam dan kuaterat tertanam pada memori. Melupakan lupa merupakan cara yang secara sadar dan tersrtruktur digunakan dalam Dora sang penjelajah untuk membantu anak-anak mengingat hal-hal penting yang berguna bagi tumbuhkembangya. Melupakan lupa atau mengingat dengan tajam dan kuat memang sangat berguna dalam hidup, terutama menjelang pemilu 2014.

Cermati berbagai media massa terutama televisi beberapa bulan ini, khususnya saat puasa Ramadhan dan Idul Fitri sampai hari ini. Beragam tokoh dan partai politik bersibuk diri dengan beragam iklan yang mau membangun kesan bahwa mereka peduli, prorakyat, jujur, amanah, dan akan memperjuangkan kesejahteraan dan kebaikan bagi rakyat Indonesia. Belanja iklan partai politik memang sangat melonjak pada tahun politik ini, dan akan terus meningkat sampai tahun depan.

Iklan memang merupakan 'PROGRAM LUPA'. Lupa memiliki arti tidak ingat. Namun, arti lupa bukan hanya tidak ingat. Lupa juga bisa bermakna ingat yang lain. Bila anda lupa istri, itu tidak selalu bermakna sedang tidak ingat istri, bisa juga bermakna ingat yang lain, mungkin abg yang lebih greng... Cermati iklan rokok. Dalam iklan rokok selalu ditampilkan para lelaki gagah perkasa, brani, sehat dan melakukan petualangan yang penuh tantangan. Pertanyaannya, apa hubungan semua iklan yang hebat itu dengan rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan yang biasanya ditulis dengan huruf kecil atau ditayangkan dalam hitungan detik dalam iklan televisi?

Semua iklan rokok itu mau berusaha mengalihkan perhatian kita, agar ingat yang lain. Iklan rokok tersebut bermaksud agar kita lupa atau tidak ingat pada akibat merokok yang sangat merusak kesehatan,dan mengingat yang lain yaitu rokok selalu berkaitan dengan brani, jantan, petualang, dan hebat. Iklan bir juga biasanya seperti itu, yang ditampilkan orang-orang yang gembira, ganteng dan cantik, berkelas dan kompak. Padahal kita tahu bahwa alkohol itu menghancurkan tubuh dan kesehatan jika dikonsumsi.

Iklan politik ternyata beti alias beda-beda tipis dengan iklan rokok dan bir. Iklan politik hendak membuat orang ingat yang lain, yaitu yang baik-baik saja tentang partai politik dan tokoh-tokohnya. Kita tahulah siapa orang yang ada dalam iklan dan partai politik yang diiklankan itu. Mereka adalah orang-orang bermasalah dan partai politik yang melawan prinsip-prinsipnya sendiri. Partai Demokrat dulu pasang iklan, katakan tidak pada korupsi. Coba lihat kadernya pada tingkat nasional yang terlibat korupsi, tidak sedikit yaitu Nazarudin dan istrinya, Angelina Sondakh, Hartati Murdaya, Andi Mallarangeng, bahkan ketua umumnya Anas Urbaningrum. Siapa yang bisa menjamin jumlah itu tidak akan bertambah? Nazarudin kan belum berhenti berkicau. Kita tentu menunggu kicauan Nazarudin, dan keberanian Anas membuka lembar berikutnya, seperti yang dijanjikannya.

Apakah Anda yakin Abu Rizal Bakrie (ARB) yang tiap hari, berkali-kali muncul di iklan televisi, bahkan diikuti iklan anak dan istrinya memiliki tekad dan kemauan untuk mengusahakan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia? Rasanya, serangan iklan itu tak akan membuat kita lupa pada lumpur Lapindo yang menenggelamkan kehidupan di sekitarnya. Seharusnya, sebelum membangun Atap Rumah Bangsa (ARB), ARB membereskan dulu Alas Rumah Berlumpur (ARB).  Jadi, bukan terus menerus menjejali publik dengan iklan yang berisi kebaikan dan harapan. Begitupun halnya dengan Prabowo dan Wiranto.

Dalam perspektif agama kita diajarkan untuk lebih melihat kemungkinan orang pada masa depan daripada terpaku pada masa lalunya. Tentu saja ajaran ini sama sekali tidak salah. Bagaimanapun akhir lebih penting daripada awal. Tetapi dalam konteks mencari pemimpin Indonesia dan menentukan partai politik yang harus dipilih, tidak ada salahnya kita belajar pada Dora yaitu melupakan lupa, mengingat dengan kuat siapa di antara tokoh dan partai politik yang terbaik, paling tidak yang paling kurang salahnya. Demi Indonesia yang lebih baik.

DORA SANG PENJELAJAH MENGAJARI KITA PENTINGNYA MELUPAKAN LUPA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd