Anak-anak sekarang sangat beruntung
karena ada banyak pilihan untuk menonton film kartun. Pada masa lalu film-film
kartun didominasi oleh cerita yang berisi perseteruan terus menerus, seperti
Mickey Mouse dan Popeye. Sekarang ini, meski masih ada yang berisi perseteruan,
tetapi ada pilihan lain yang berisi banyak hal yang sangat berguna bagi tumbuh
kembang anak. Beberapa diantaranya adalah Doraemon, Upin dan Ipin, Blues Clues,
dan Dora The Explorer.
Banyak hal menarik bagi anak-anak dalam
Dora sang penjelajah. Berbagai pelajaran
diberikan dalam bentuk cerita, gambar, nyanyian dan tebak-tebakan atau
teka-teki. Pelajaran yang diberikan tidak hanya bersifat kognitif-intelektual,
banyak juga yang berupa pelajaran moral dan motivasi. Biasanya materi atau
topik yang penting dalam satu episode ditampilkan berulang-ulang dan memberikan
kesempatan bagi anak-anak yang menonton untuk mengucapkan atau memperagakannya.
Dora memang merupakan tontonan interaktif yang mendorong anak yang menonton
untuk terlibat. Setiap kali meminta anak mengucapkan atau memperagakan sesuatu,
Dora memberikan pujian pada anak-anak. Pujian sangat penting bagi anak-anak.
Mengucapkan atau memperagakan sesuatu
yang penting secara berulang-ulang merupakan keniscayaan untuk melupakan lupa
atau melawan lupa, agar ingatan itu menancap dalam dan kuaterat tertanam pada
memori. Melupakan lupa merupakan cara yang secara sadar dan tersrtruktur
digunakan dalam Dora sang penjelajah untuk membantu anak-anak mengingat hal-hal
penting yang berguna bagi tumbuhkembangya. Melupakan lupa atau mengingat dengan
tajam dan kuat memang sangat berguna dalam hidup, terutama menjelang pemilu
2014.
Cermati berbagai media massa terutama
televisi beberapa bulan ini, khususnya saat puasa Ramadhan dan Idul Fitri
sampai hari ini. Beragam tokoh dan partai politik bersibuk diri dengan beragam
iklan yang mau membangun kesan bahwa mereka peduli, prorakyat, jujur, amanah,
dan akan memperjuangkan kesejahteraan dan kebaikan bagi rakyat Indonesia. Belanja
iklan partai politik memang sangat melonjak pada tahun politik ini, dan akan
terus meningkat sampai tahun depan.
Iklan memang merupakan 'PROGRAM LUPA'.
Lupa memiliki arti tidak ingat. Namun, arti lupa bukan hanya tidak ingat. Lupa
juga bisa bermakna ingat yang lain. Bila anda lupa istri, itu tidak selalu
bermakna sedang tidak ingat istri, bisa juga bermakna ingat yang lain, mungkin
abg yang lebih greng... Cermati iklan rokok. Dalam iklan rokok selalu
ditampilkan para lelaki gagah perkasa, brani, sehat dan melakukan petualangan
yang penuh tantangan. Pertanyaannya, apa hubungan semua iklan yang hebat itu
dengan rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan yang biasanya ditulis dengan
huruf kecil atau ditayangkan dalam hitungan detik dalam iklan televisi?
Semua iklan rokok itu mau berusaha
mengalihkan perhatian kita, agar ingat yang lain. Iklan rokok tersebut
bermaksud agar kita lupa atau tidak ingat pada akibat merokok yang sangat
merusak kesehatan,dan mengingat yang lain yaitu rokok selalu berkaitan dengan
brani, jantan, petualang, dan hebat. Iklan bir juga biasanya seperti itu, yang
ditampilkan orang-orang yang gembira, ganteng dan cantik, berkelas dan kompak.
Padahal kita tahu bahwa alkohol itu menghancurkan tubuh dan kesehatan jika
dikonsumsi.
Iklan politik ternyata beti alias
beda-beda tipis dengan iklan rokok dan bir. Iklan politik hendak membuat orang
ingat yang lain, yaitu yang baik-baik saja tentang partai politik dan
tokoh-tokohnya. Kita tahulah siapa orang yang ada dalam iklan dan partai
politik yang diiklankan itu. Mereka adalah orang-orang bermasalah dan partai
politik yang melawan prinsip-prinsipnya sendiri. Partai Demokrat dulu pasang
iklan, katakan tidak pada korupsi. Coba lihat kadernya pada tingkat nasional
yang terlibat korupsi, tidak sedikit yaitu Nazarudin dan istrinya, Angelina
Sondakh, Hartati Murdaya, Andi Mallarangeng, bahkan ketua umumnya Anas
Urbaningrum. Siapa yang bisa menjamin jumlah itu tidak akan bertambah?
Nazarudin kan belum berhenti berkicau. Kita tentu menunggu kicauan Nazarudin,
dan keberanian Anas membuka lembar berikutnya, seperti yang dijanjikannya.
Apakah Anda yakin Abu Rizal Bakrie
(ARB) yang tiap hari, berkali-kali muncul di iklan televisi, bahkan diikuti
iklan anak dan istrinya memiliki tekad dan kemauan untuk mengusahakan
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia? Rasanya, serangan iklan itu tak akan
membuat kita lupa pada lumpur Lapindo yang menenggelamkan kehidupan di
sekitarnya. Seharusnya, sebelum membangun Atap Rumah Bangsa (ARB), ARB
membereskan dulu Alas Rumah Berlumpur (ARB).
Jadi, bukan terus menerus menjejali publik dengan iklan yang berisi
kebaikan dan harapan. Begitupun halnya dengan Prabowo dan Wiranto.
Dalam perspektif agama kita diajarkan
untuk lebih melihat kemungkinan orang pada masa depan daripada terpaku pada
masa lalunya. Tentu saja ajaran ini sama sekali tidak salah. Bagaimanapun akhir
lebih penting daripada awal. Tetapi dalam konteks mencari pemimpin Indonesia
dan menentukan partai politik yang harus dipilih, tidak ada salahnya kita
belajar pada Dora yaitu melupakan lupa, mengingat dengan kuat siapa di antara
tokoh dan partai politik yang terbaik, paling tidak yang paling kurang
salahnya. Demi Indonesia yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd