Kamis, 27 Maret 2014

MANUSIA ENSIKLOPEDIS



(Doa dan penghormatan bagi Christ Verhaak)

Ini sebuah tradisi. Sangat bagus bagi peragian intelektual dan sikap.

Ia sudah sangat tua pada waktu itu. Tetapi semangatnya sungguh belia. Ia cekatan dan sangat disiplin. Ia mengajar mata kuliah yang memang sangat tua. Filsafat Yunani Klasik dan Abad Pertengahan. Ia juga mengajar Epistemologi dan Filsafat Ilmu.

Setiap kali mengajar, buku-buku yang akan diguakan sudah ada di mejanya di depan kelas. Tumpukan buku-buku klasik yang sangat tebal dan sudah agak kumal. Ia membiasakan kami selalu mengacu kepada karya asli atau paling tidak yang mendekati asli. Ia selalu bilang, kembali ke teks asli itu paling bagus untuk menjamin otentisitas dan akurasi.

Gaya kuliah ini memang klasik, seperti mata kuliah dan dosennya. Secara teratur dalam waktu yang terukur ia memberi kami kesempatan menanggapi dan bertanya. Ia dengan cermat membedakan mana pertanyaan yang lebih baik dijawab dulu oleh mahasiswa dan mana pertanyaan yang langsung dijawabnya. Ia juga secara teratur mengajukan pertanyaan dan mempersilahkan kami untuk menjawab secara bergantian. Bila terjadi perdebatan kita sama-sama melihat teks. Semua bahan sudah dia sediakan. Ia bukan sekedar mengajar, tetapi mempraktikan bagaimana mengajar cara belajar. Ia mengajari kami cara membuat pancing, bukan memberi pancing yang siap dipakai.

Ia sendiri yang membawa sejumlah besar bahan-bahan itu ke kelas. Ia tidak bersedia jika mahasiswa membantunya. Ia selalu bilang, saya bertugas melayani saudara-saudara. Melayani adalah kemuliaan.

Setiap kali kuliah selesai, ia memberi tugas untuk membuat tulisan kecil, tiga sampai lima halaman, membahas topik yang baru saja selesai dibahas. Ia selalu ingatkan bahwa tulisan itu dinilai berdasarkan analisis kritis terhadap topik yang dikaji. Ia selalu bilang, mohon baca dengan sangat hati-hatu, Socrates pun bisa salah.

Ia akan memeriksa semua tugas kami dengan sangat hati-hati. Bukan hanya isi tulisan yang ia perhatikan. Ia juga memperhatikan salah ketik, pilihan kata, konstruksi kalimat dan paragraf. Tak ketinggalan penalaran dalam tulisan itu. Itulah sebabnya tugas yang dikembalikan penuh coretan dan komentar yang ditulis dengan tulisan tangan yang sangat rapih, serapih tampilan sang dosen.

Di luar kelas ia menyediakan waktu untuk mahasiswa yang ingin mendiskusikan lebih dalam tugas yang telah diperiksa tersebut. Aku selalu meminta waktu untuk mendiskusikan lebih dalam tugas yang kubuat. Waktu itu aku sedang mengajar Filsafat Ilmu di kampusku, aku ikut kuliah Epistemologi dan Filsafat Ilmu dengannya.

Aku manfaatkan betul kesempatan ini. Ia kemudian mencarikan sejumlah buku yang sebaiknya kubaca untuk mengembangkan mata kuliah yang sedang ku ajar. Ia dengan cermat melakukan analisis apa saja yang sebaiknya ku kembangkan di tempatku mengajar. Ia ingatkan tujuan ku mengajar filsafat ilmu di tempatku dan di sini tidak sama. Untuk waktu yang panjang, kami terus berdiskusi, bahkan saat kuliah telah berakhir.

Bila ada buku baru terkait dengan epistemologi dan filsafat ilmu, ia selalu berikan padaku untuk di copy. Setelah itu kami diskusikan. Inilah yang menyebabkan kuliah Filsafat ilmu yang kuajarkan di tempatku berbeda dengan dosen lain. Konstruksi dan materi filsafat ilmu yang kubuat digunakan banyak teman di kampusku, bahkan untuk mengajar di pascasarjana, sampai hari ini. Isinya kaya dan mendalam. Itu semua berkat dosenku ini. Sungguh amal shaleh, kebaikan yang terus mengalir.

Meski dikenal sebagai dosen pemikiran klasik, tetapi jangan dikira ia tidak menguasai secara mendalam topik-topik yang lain. Ia adalah tempat kami bertanya tentang topik-topik sangat sulit dalam mata kuliah apapun. Kami menyebutnya manusia ensiklopedis.

Aku masih ingat saat kami kuliah posmodernisme. Kebetulan dosen yang mengajar sedang sangat top dan laku banget diundang jadi pembicara di mana-mana karena tulisan-tulisannya muncul di mana-mana. Karena itu ia agaknya tak punya waktu untuk berdiskusi sebagaimana biasanya. Pada dosen sepuh inilah kami berdiskusi. Sungguh, ia menyediakan waktu khusus seperti kuliah tambahan bagi kami. Ia sediakan sejumlah besar buku asli atau terjemahan bahasa Inggris pilihan dari penulis utama posmodernisme yang pada umumnya berasal dari Perancis.

Berkat bantuannya topik posmodernisme menjadi terang benderang bagi kami. Begitupun dengan topik sulit lain seperti metafisika dan hermeneutika. Benar-benar, ia menjadi tempat kami bertanya tentang topik apapun. Ia sungguh guru sejati, dosen sebenarnya.

Ia sungguh memperlakukan kami semua sebagai teman yang sama-sama belajar dan mencaritemukan kebenaran. Ia sangat sabar mendengarkan penjelasan dan argumentasi kami. Aku sangat terkesan dan hormat padanya. Ia tak pernah memotong pembicaraan kami. Bila ia lihat kami kesulitan menjelaskan, ia bantu dengan memberi kata kunci.

Ada satu kejadian kecil yang sangat mengesan bagiku. Ia menegurku karena terlambat mengumpulkan tugas. Aku merasa tidak terlambat. Aku tidak protes, sangat tidak enak protes pada manusia yang sangat baik, yang telah melayani dan memberikan perhatian luar biasa.

Pada pertemuan berikutnya, ia berdiri di depan kelas sebelum kuliah dimulai. Ia menyatakan permohonan maaf padaku di depan teman-teman karena telah salah menegur. Rupanya yang terlambat seorang teman yang namanya ada kesamaan dengan namaku. Setelah permintaan maaf itu, ia berjakan ke arahku yang duduk di belakang. Aku berdiri, ia menyalami dan memelukku. Kembali ia meminta maaf padaku. Aku tak dapat menahan air mata. Tampaknya beberapa teman juga. Ini sungguh keteladanan yang luar biasa.

Bisa dimengerti, kami semua tak dapat menahan air mata pada misa terakhir sebelum ia dibawa untuk dimakamkan. Ia sungguh seorang manusia yang sangat baik, teladan yang luar biasa dalam melayani. Sungguh guru sejati.

GURU SEJATI MEWAKAFKAN DIRINYA UNTUK MELAYANI PARA MURIDNYA.

1 komentar:

  1. Nama : Pathurochmah
    Kelas : P.IPS Reguler B 2013
    guru sekaligus teman yang baik, sejatinya seorang guru bukanlah ia yang memiliki banyak kemampuan dan kompeten dibidangnya melainkan bagaimana ketika ia mentransferkan ilmunya dengan cara yang benar dan bisa menjadi pendengar yang baik di dalam maupun di luar kelas. guru juga bukan mereka yang semata-mata memiliki banyak pengalaman yang banyak, tetapi guru yang sebenranya adalah bagaimana ia membagikan pengalamannnya untuk dijadikan pelajaran bagi murid-muridnya. Dedikasi seorang guru adalah ia yang mampu mengabdikan hidupnya untuk anak didiknya lebih tepatnya mengabdikan diri untuk dunia pendidikan bukan hanya sebbagai sebuah profesi semata.
    pertanyaan
    1. Bagaimana cara mendedikasikan dirinya secra utuh dalam mendidik?
    2. Mengapa dosen yang seperti Bapak ceritakan sangat langka keberadaanya?

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd