KOTAK SPONGE BOB

Sponge Bob membeli televisi. Ketika televisi diantar ke rumahnya, Sponge Bob membuang televisi dan mengambil kotaknya. Ia mengajak Patrick untuk berpetualang di dalam kotak, sedangkan Squidward tidak bersedia ikutan dan memilih memungut televisi yang dibuang Sponge Bob.

Di dalam kotak, Sponge Bob dan Patrick bermain imajinasi. Mereka berpetualang mendaki gunung. Terdengar suara riuh dari dalam kotak, ada teriakan semangat dan ungkapan-ungkapan kegembiraan, Squidward merasa terganggu. Bukan saja oleh suara riuh itu, tetapi terutama oleh kegilaan kedua bocah lucu itu yang dianggapnya lebay. Suara makin seru dan keras dari dalam kotak, karena salju longsor akibat getaran suara Patrick yang terus berteriak kegembiraan. Sedangkan Squidward semakin terganggu, mulai marah dan sewot. Ia berteriak-teriak agar kedua bocah yang rada bandel itu menghentikan aksinya di dalam kotak. Sponge Bob malah menawarkan agar ia ikut bergabung ke dalam kotak. Squidward tegas menolaknya. Ia tidak mau ikut-ikutan gila.

Pada kesempatan lain, Sponge Bob dan Patrick kembali ke dalam kotak. Kali ini mereka berpetualang menjadi robot bajak laut. Kehebohan dan keriuhan kini lebih dahsyat, banyak suara aneh muncul dari dalam kotak. Teriakan kegembiraan kedua bocah itu membahana menggelegar lebih dahsyat, dan Squidward semakin keqi, kesel, sewot, dan panik. Ia sungguh tidak dapat menahan diri dan membuka kotak. Kedua bocah itu terkejut, tapi Squidward lebih kaget karena hanya ada Sponge Bob dan Patrick. Ia tadinya mengira pasti ada alat bantu yang menimbulkan suara heboh yang menggelegar itu.

Pada malam hari, ketika Sponge Bob dan Patrick terlelap, Squidward masuk ke dalam kotak itu. Ia heran hanya sebuah kotak, mengapa bisa ada kegembiraan dan kehebohan saat Sponge Bob dan Patrick berada di dalamnya. Squidward tak pernah menyadari kedahsyatan imajinasi. Itulah kesalahannya.

Imajinasi telah mekahirkan Si Unyil, Tom and Jerry, Avatar, Herry Potter, Narnia, Upin dan Ipin, Star Wars, Lord of The Rings, Matrix, Mario, Ragnarock, Play Station, dan Nintendo. Imajinasilah yang memicu para seniman seperti Chairil Anwar, Raden Saleh, Jihan, Salvador Dalli, Picasso, Cokot, John Lenon, Michael Anggello, .... untuk menghasilkan karya-karya besar.

Tapi, imajinasi bukanlah monopoli para seniman. Borobudur, Piramida, Great Wall dibangun oleh para kreator yang sangat mengandalkan imajinasi. Collombus, Marco Pollo, Magellhan mengarungi samodra luas tidak berbekal peta yang sempurna, dan modal makanan serta peralatan  juga tidak cukup, tetapi digairahkan oleh imajinasi yang menggelora. Imajinasilah yang membawa mereka ke daerah tak bertuan, dunia baru! Jack Sparrow juga begitu....

Imajinasilah yang membimbing Copernicus untuk menghitung ulang semua kaitan bumi dan matahari dan melahirkan heliosentris melawan Ptolemeus yang ngotot dengan geosentris. Imajinasi pula yang membuka jalan bagi Newton untuk merumuskan hukum gravitasi. Imajinasi, kata genius terbesar Einstein, lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Sebab imajinasilah yang melahirkan ilmu pengetahuan. John Dewey, salah seorang filsuf yang sangat berpengaruh di abad 20, memperkenalkan abduksi, sebagai pemerkaya cara kerja deduksi dan induksi. Dalam abduksi, ada tempat bagi imajinasi untuk melahirkan ilmu. Karl Raimund Popper juga menegaskan pentingnya imajinasi dalam pengembangan ilmu. Para penganut dan pengusung posmo malah lebih percaya pada imajinasi daripada logika. Magi, kata mereka, lebih bermakna daripada logi. Kuhn, Lakatos, dan Fayerabend menegaskan pendirian yang sama dalam filasafat ilmu mereka. Ilmu bisa maju dan berkembang karena imaji dan anarki.

Imajinasi yang memungkinkan manusia menclok di bulan, berpetualang ke kedalaman bawah laut, menjelajahi Mars, mengendarai pesawat ulang alik, dan bertamasya ke angkasa luar. Imajinasi pula yang melahirkan rendang, popcorn, dan combro!

Imajinasi mengubah manusia dan dunia, karena imajinasilah yang melahirkan satelit, telepon genggam, i-pod, i-phone dan i-pad. Google dicetuskan oleh imajinasi nakal dan iseng.

Imajinasi membuat dunia penuh warna dan bermakna. Ada kegairahan dan tantangan, serta kegembiraan di dalammnya. Tetapi, mengapa banyak orang seperti Squidward, yang takut, menghindar, dan memusuhi imajinasi? Tidak semua orang seperti Sponge Bob dan Patrick yang berani berselancar dalam tsunami dahsyat imajinasi, menceburkan diri, tenggelam dan larut dalam gairah dan kegembiraannya. Ahli kreativitas Mihalyi menyebutnya mengalir.....

Bila ditinjau dengan teori kuadran otak dapat dikatakan bahwa Sponge Bob berani memanfaatkan sisi atas dan sisi bawah belahan otak kanannya, itu yang menyebabkan ia brani keluar dari tempurung kebiasaan. Melakukan apa yang diistilahkan oleh de Bono sebagai Lateral Thinking, gaya berfikir yang tidak linear, tapi meyamping yang mendorong orang untuk menyimpang. Menyimpang dari kebiasaan dan tradisi, mencari jalan-jalan baru yang tak terduga dan penuh kejutan. Memang, tidak banyak orang yang punya nyali untuk merasakan kejutan imajinasi yang seringkali menghentak-hentak dan mendamparkan orang pada ketidakpastian. Ada getaran rasa takut memang, seperti meluncur dengan jet coster atau jatuh dari ketinggian, nafas seperti hilang dan jantung sekelebat terhenti. Mengerikan tapi asyik....dan menggairahkan

Squidward sangat berbeda, ia betah di zona aman. Ia telah mengurung cara berfikirnya pada sisi bawah belahan otak kirinya. Ia tak brani keluar dari situ, ia sangat konsisten, sekali di situ ya selamanya di situ. Hidupnya adalah repetisi, sekedar pengulangan, habitus atau kebiasaannya adalah copy paste. Perbedaan dan keberagaman baginya adalah penyakit menular yang harus dihindari. Hidupnya pasti, terstruktur dan sangat terukur. Semuanya harus dihitung. Hidup adalah kalkulasi dalam presisi tingkat tinggi. Hidupnya sangat terjadwal dari menit ke menit. Sungguh tak ada celah bagi imajinasi bahkan dalam pori-pori kulitnya. Hidupnya tenang, pasti, dan datar mirip tembok Cina, dingin bagai pendingin dalam kulkas. Ia penuh curiga, bukan ingin tahu. Ia suka bertanya untuk kepastian, tak pernah mempertanyakan. Ia tak pernah brani keluar dari tempurung kebiasaan, karena khawatir tergelincir. Hidupnya bagai katak di bawah katak di bawah tempurung. Sejarah hidupnya adalah monotoni..

Sialnya, justru gaya Squidward ini yang mendominasi dan merajalela. Para penguasa yang biasanya mati rasa, tak brani untuk keluar dari tempurung kebiasaan, menggunakan copy paste dalam perumusan kebijakan publik. Dari rezim ke rezim bila ada kenaikkan harga BBM di tingkat dunia, maka hanya satu pilihan yang dijalankan, kurangi subsidi naikkan harga BBM, minta rakyat mengecangkan ikat pinggan, tapi penguasa semakin kencang menimbun keuntungan. Seakan tak ada solusi yang lebih cerdas dan empatis. Bila ada masalah dalam kehidupan bangsa dan pendidikan, maka ganti kurikulum, seolah itulah satu-satunya pilihan.

Di mana tempat imajinasi dalam pendidikan kita? Imajinasi dipersepsi sebagai virus yang minimal menimbulkan alergi fikiran, karena itu harus dijauhi, dan dimusuhi. Imajinasi jarang atau tak pernah mampir di ruang kelas, imajinasi ada di belakang sekolah dekat wc ketika sejumlah siswa merencanakan bagaimana cara ngerjain gurunya. Imajinasi muncul di kantin kampus saat mahasiswa ngegosipin dosennya yang jarang penelitian dan gak bisa nulis buku, tapi galaknya bukan maen. Karena itu jika siswa atau mahasiswa ditanya mata pelajaran apa yang paling kalian sukai, serempak menjawab, "mata pelajaran kosooooooooooooong!"

Imajinasi harus dibawa kembali dalam metabolisme masyarakat dan reproduksi kultural bangsa ini. Imajinasi adalah ragi bagi penemuan dan inovasi. TANPA IMAJINASI KITA MATI SURI!