Rabu, 19 Desember 2012

MAKSUD BAIK SPONGE BOB



Sponge Bob prihatin pada tuan Krab yang mengalami nyeri pinggang. Tuan Krab bilang, nyeri ini terjadi karena kasurnya terlalu keras. Sponge Bob mengambil inisiatif mengumpulkan uang untuk membelikan kasur baru bagi tuan Krab. Squidward tidak mau ikutan. Ia merasa tidak pantas uang yang dikumpulkannya dengan susah payah dan kerja keras diberikan pada orang yang lebih mampu. Patrick ternyata bersedia membantu Sponge Bob.

Akhirnya kasur baru dapat diletakkan di kamar tuan Krab. Tuan Krab tampak dapat menikmati kasur baru itu. Namun, di luar dugaan Sponge Bob dan kawan-kawannya, Tuan Krab sangat marah dan sedih. Ternyata, kasur lamanya yang keras dan menyebabkan nyeri pinggang itu berisi semua uangnya. Kasur itu telah dibuang Sponge Bob dan Squidward ke tempat sampah.

Bagi tuan Krab, sang kapitalis yang sangat materialis, uangnya pastilah lebih penting dibandingkan sekedar kasur empuk yang nyaman untuk tidur. Tuan Krab sangat marah, sebab baginya uangnya pastilah lebih berharga dari perhatian dan empati yang ditunjukkan Sponge Bob.  Kepedulian Sponge Bob baginya sama sekali tak berharga. Akhirnya Sponge Bob dan Squidward bekerja keras untuk menemukan kasur keras itu kembali.

                                                                                        *****

Merasa bersalah karena menyebabkan Nyonya Puff masuk penjara, Sponge Bob berusaha keras mengeluarkan Nyonya Puff dari penjara. Ia membayangkan betapa sedih dan tersiksanya Nyonya Puff di dalam penjara, tak ada teman dan tak ada yang dikerjakan. Pastilah Nyonya Puff lebih senang dan bergembira bila dapat menghirup udara bebas kembali di luar penjara, hidup normal sebagai guru mengemudi.

Beragam cara diusahakan Sponge Bob dibantu Patrick untuk dapat masuk ke penjara agar bisa menolong Nyonya Puff. Namun, gagal, dan gagal lagi. Pada akhirnya Sponge dapat masuk ke penjara. Tetapi ia sangat keget, sebab bagi Nyonya Puff hidup di penjara lebih menyenangkan dan membahagiakan. Karena terbebas dari Sponge Bob. Ternyata terhindar dan tidak bertemu dengan Sponge Bob adalah kebahagiaan tertinggi Nyonya Puff, bukan hidup di alam bebas di luar penjara.

Tak ada salahnya punya maksud baik. Tapi jangan pernah mengira, baik menurut kita, pasti baik pula bagi orang lain. Rasanya kita bisa bersepakat bahwa manusia menginginkan, merindukan, dan mengharapkan, bahkan membutuhkan kebaikan. Namun, apa itu kebaikan, apa isi, dan makna kebaikan tidaklah selalu sama dan sebangun, baik dalam persepsi individu apalagi komunitas.

Karena itu maksud baik tidak selalu membawa hasil yang baik. Maksud baik juga tidak selalu mudah difahami. Sebab, tidak mudah mencapai kata sepakat apa itu hakikat kebaikan. Semua manusia sepakat bahwa anak harus menghormati orang tua, terutama ibu. Tapi bagaimana bentuk kebaikan terhadap orang tua? Dalam beragam budaya bentuk kebaikan itu diujudkan dengan cara yang tidak selalu sama. Ada sisi universal dan kontekstual kebaikan. Prinsip dasarnya universal, ujud konkritnya bisa jadi kontekstual. Koneskuensinya, kita harus sangat berhati-hati berurusan dengan kebaikan dan maksud baik.

Bila pidato Suharto di awal orde baru ditelisik kembali, dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menjadi pedoman pelaksanaan pembanguan dianalisis dengan seksama dan hati-hati, akan terlihat bahwa keseluruhannya merupakan rangkaian dan kumpulan maksud baik dari penguasa untuk rakyatnya. Kita semua tahu sepertia maksud baik itu berujung. Bangkrut dan hampir karamnya kapal besar yang bernama Indonesia.

Penguasa, pada tingkat apa pun, seringkali mati rasa. Mereka suka ngotot dengan maksud baik yang dirumuskannya sendiri, meskipun kurang cocok dengan rakyat yang telah memberinya amanah kekuasaan.  Bila ada rakyat yang mengingatkannya bahwa maksud baiknya tidak bersesuain dengan realitas rakyat, atau maksud baiknya telah ditunggangi berbagai kepentingan yang tidak ada kaitan, bahkan bertentangan dengan maksud baik itu sendiri, sang penguasa kerap marah. Selalu, dalam kemarahan itu sang penguasa menggunakan aparat, yang mendapat gaji dari pajak rakyat, dimanfaatkan untuk menindas rakyat. Bahkan, tidak jarang mereka menggunakan bedil, yang dibeli dari duit pajak rakyat, untuk membantai rakyat.

Dalam hal maksud baik rasanya siklus sejarah berulang. Dulu, rakyat percaya pada maksud baik partai penguasa. Mereka meneriakkan slogan, katakan tidak pada korupsi. Sekarang mulai terkuak bahwa teriakan itu tidak diakhiri dengan titik, tapi koma. Karena itu rasanya slogan itu kini jadi berbunyi, katakan tidak pada korupsi, bila sedikit. Katakan tidak pada korupsi, jika sendirian.

Dalam konteks inilah Jokowi menjadi fenomena yang menarik. Ia mencoba menggali maksud baik dari sumbernya, yaitu rakyat. Program pertamanya menjadi Gubernur DKI adalah berkeliling bermuka-muka dengan rakyat. Sebab, bertemu muka langsung dengan rakyat membuka peluang untuk bertemu hati. Artinya, maksud baik yang akan diurumuskan Jokowi akan bertolak dari pengetahuan eksperensial yang dilandasi empati.

Jokowi tidak menyusun rencana maksud baiknya dengan mengumpulkan para ahli dari berbagai bidang, para konsultan kebijakan publik dengan beragam latar belakang, ahli-ahli dari perguruan tinggi yang seringkali karena berada di tempat tinggi jadi lupa bumi, di hotel mewah yang sejuk berpendingin dengan makan mewah yang tak pernah mampir, bahkan dalam mimpi rakyat miskin Jakarta yang tidur di bawah jembatan, dan di bawah pohon dalam gerobak. Jokowi juga tidak mau mendengarkan laporan bawahannya yang sudah sangat ahli dalam patgulipat dan kongkalikong dengan para cukong.

Jokowi menjambangi kekumuhan, mendengarkan, tidak banyak omong, juga tidak membuat janji. Ia tahu maksud baik itu harus digali dari sumbernya, yaitu rakyat yang memberi amanah kekuasaan padanya. Jokowi sadar betul, MAKSUD BAIK BARULAH AWAL, BUKAN KEBAIKAN ITU SENDIRI, DAN JUGA BUKAN AKHIRNYA.

1 komentar:

  1. Terima kasih pa Nusa. Sesuatu yg membuka hati dan rasa, tulisan ini. Tidak ada komentar lain, selain: saluut....... Kebebasan........

    BalasHapus

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd