Sponge
Bob ikut kursus menyetir di kelas Nyoya Puff. Tiba saatnya untuk mengikuti
ujian tulis tentang mengemudi. Sponge Bob lulus. Sekarang tibalah waktunya
untuk mengemudi dalam kehidupan nyata, di jalan raya. Hasilnya, Sponge Bob
mengacaukan segalanya, dan menghancurkan hidup Nyonya Puff. Semuanya
berantakan. Sponge Bob menabrak apa saja. Nyonya Puff masuk penjara.
Mungkin,
tidak mudah untuk mengikuti ujian akademik. Karena itulah bimbingan tes tumbuh
bagai hujan di musim jamur. Tetapi Sponge Bob berhasil. Namun, ternyata ia
gagal total saat ujian dalam kenyataan, dalam hidup. Sponge Bob tentu tidak
sendirian.
Seorang
politikus, dari partai berlandaskan agama, melalui sms dan bbm memohon doa dari
para kerabat, teman, dan pendukungnya. Besok pagi ia akan ujian terbuka menjadi
doktor. Ini adalah ujian akademik terakhir dalam hidupnya. Sebab setelah ujian
terbuka menjadi doktor, tak ada lagi ujian akademik. Ujian berlalu, dan dia
dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Tidak jelas benar,siapa yang
telah ia puaskan.
Beberapa
hari kemudian, setelah lulus ujian akademis dan menjadi doktor, politikus itu
ditangkap komisi anti korupsi, tentu sebagai tersangka kasus korupsi. Setelah
proses hukum, ia divonis bersalah, dan melanjutkan hidup di penjara.
Sang
politikus yang doktor, atau sang doktor yang politikus itu tentulah tidak
sendirian. Ada puluhan, ratusan, ribuan, jutaan , bahkan puluhan juta orang
seperti dia. Berhasil dalam ujian akademik, tetapi gagal dalam ujian kehidupan.
Ujian akademik itu memang sangat dan serba terbatas. Ujian terbuka menjadi
doktor itu cuma sekali. Sedangkan ujian kehidupan tak kenal henti, ya selama
kita hidup. Ujian akademik tak pernah sesulit dan serumit ujian kehidupan. Dan
institusi pendidikan kita pada semua tingkat, tampaknya memang tidak
dipersiapkan untuk mengahadapi ujian hidup.
Jadi,
tidak usah heran bila anak yang sangat pintar secara akademik, selalu mendapat
rangking teratas saat sekolah atau kuliah, namun jadi pecundang yang
menjijikkan dalam kehidupan. Bila jadi pejabat, ia pejabat yang korup dan
arogan. Ia bisa menjadi sangat cerdas berkalkulasi, tetapi tak punya empati.
Karena
itu, tak usahlah bangga jika berhasil dalam ujian akademis, sebab,
KEBERADAAN
KITA SEBAGAI MANUSIA, DITENTUKAN UJIAN DALAM KEHIDUPAN NYATA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd