Sapi memang eksis dalam sejarah manusia
sejak dulu kala. Dalam mitologi Yunani dikenal Minotaur makhluk berbadan
manusia berkepala sapi. Minotaur merupakan bentuk kutukan pada Minos raja Kreta
karena ingkar janji pada Dewa Poseidon. Minos menginginkan anak lelaki. Ia
memohon pada Poseidon. Poseidon memberinya patung sapi emas dan harus
dikembalikan pada Poisedon bila Minos mendapatkan anak lelaki. Tatkala mengetahui
dari tabib anaknya lelaki, Minos tidak mau mengembalikan patung sapi emas itu.
Poseidon mengutuknya dan anaknya menjadi Minotaur yang jahat. Sapi emas,
menggelincirkan raja Minos. Dalam legenda Jepang dikenal Gozu, makhluk
berkepala sapi yang jahat.
Menariknya dalam AlQuran ada surat Sapi
betina (Al Baqarah) dan Binatang ternak (Al An'am). Dalam Al Baqarah dijelaskan
bagaimana Bani Israil menjadikan patung anak sapi sebagai sesembahan saat Nabi
Musa pergi. Tentu saja perbuatan itu menyesatkan mereka. Penyembahan pada
patung anak sapi juga menegaskan bahwa Bani Israil lebih tertarik dan percaya
pada sesuatu yang material dan duniawi. Mengingkari Nabi Musa yang membawa
kebenaran dan janji syurga yang bersifat spiritual. Jadi, sapi memang selalu
menjerumuskan orang. Tak mengherankan bila hari raya qurban selain kambing,
sapi juga disembelih sebagai cara untuk memotong ketergantungan dan
kecenderungan manusia pada materi dan dunia.
Dalam AlQuran ada pernyataan bahwa
manusia bisa lebih rendah dari binatang ternak. Binatang ternak menggunakan
sebagian besar hidupnya untuk memamah biak dan beranak. Jadi kesenangannya ada
di mulut, perut dan bawah perut. Bila menggunakan bahasa populer hewan ternak
itu sangat hedonik. Tetapi tak ada salahnya bila binatang ternak seperti itu,
karena mereka adalah binatang!
Mengapa manusia dikatakan bisa lebih
rendah daripada binatang ternak. Karena hidup layaknya binatang ternak yang
hanya mengejar isi mulut, perut, dan kesenangan bawah perut. Bila manusia
seperti ini tentulah nilainya lebih rendah daripada binatang. Sebab manusia diberi kelebihan fikiran yang
seharusnya dapat digunakan untuk memilih, sesuatu yang tidak dimiliki binatang
ternak. Lebih kacau lagi bila binatang ternak, khususnya sapi, bisa
menjerumuskan manusia. Seperti yang kita lihat pada kisah Minos dan Bani
Israil.
Sisi lain yang membuat manusia bisa
lebih rendah dari binatang ternak adalah sikap dalam penyembahan. Manuisa hanya
boleh bersujud, menempatkan kepalanya lebih rendah daripada pantatnya hanya ketika
menyembah Allah. Sedangkan binatang ternak menempatkan kepalanya lebih rendah
daripada pantatnya tatkala sedang makan. Dengan demikian bisa ditegaskan
manusia hanya boleh menyembah dan takluk pada Allah, tidak seperti sapi dan
hewan ternak lainnya yang takluk pada makanan, sesuatu yang sangat duniawi.
Jadi, bila manusia takluk misalnya pada doku alais duit, ya lebih rendahlah dia
dibanding sapi. Binatang ternak, termasuk sapi yang telah menyesatkan Bani
Israil adalah lambang dominasi materi, duniawi, dan syawati.
Pastilah bukan kebetulan bila tragedi
partai kesandung sapi, dibumbui kisah wanita abg yang cantik dan seksi. Ini
menegaskan sisi materi, duniawi, dan syahwati dari kasus itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd