Aku pernah bertanya pada seorang teman
yang berasal dari Makasar, apa beda soto dengan coto? Dia menjawab dengan
panjang lebar, mulai dari latar belakang budaya yang berbeda, sikap terhadap
daging yang tidak sama dan cara memasak serta pilihan rempah yang juga lain,
sampai latar belakang kesejarahan yang amat berbeda. Faktor-faktor itulah yang
membedakan soto dan coto. Jawabannya sangat rumit dan panjang, juga tentu saja
amat spekulatif. Aku bilang, jawabannya tidak serumit itu, sangat sederhana
yaitu soto dibuat dari daging sapi, dan coto dibuat dari daging capi. Temanku
itu tertawa ngakak, dan bilang dia tidak kepikir perbedaannya sesederhana itu.
Secara kasat mata beda soto dan coto
ya..pada s dan c. Mengapa harus membuat penjelasan yang terlalu jauh, melampaui
apa yang tampak nyata?
Karena kebanyakan kita memang suka
berlebih-lebihan atau lebay kata anak-anak muda. Menjelaskan sesuatu dengan
cara yang kelihatan canggih, tapi sotoi atau lebih merupakan ungkapan sok tahu.
Kondisi inilah yang kemudian melahirkan cabang kecil psikologi yang dikenal
sebagai psikologi bias.
Apa yang dilihat, apa yang terjadi dan
bagaimana penilaian terhadap apa yang dilihat atau yang terjadi adalah dua hal
yang sangat berbeda. Perbedaan penilaian dan penghayatan itu pernah ditunjukkan
dengan lucu dan tragis dalam film Gods Must Be Grazy terkait dengan botol yang
jatuh dari pesawat terbang. Suku pedalaman Afrika yang kejatuhan botol,
menganggap botol itu merupakan kiriman dewa, sedangkan bagi yang melempar
botol, itu hanya peristiwa biasa. Konsekuensi dari perbedaan persepsi dan
penghayatan ini tentu sangat berbeda. Dalam serial kartun Sponge Bob, perbedaan
persepsi terhadap fakta dan kejadian seringkali berakhir tragis seperti dalam
perbedaan persepsi antara tuan Krab dan Sponge Bob tentang pesta (lihat
tulisaku tentang Pesta Sponge Bob di paknusa.blogspot.com).
Banyak faktor yang dapat melahirkan
perbedaan itu. Di situlah potensi bias terjadi. Bias lebih menunjukkan aspek
subjektifitas dalam menilai fakta dan kejadian. Subjektifitas itu bisa dan
biasa berakar pada kepentingan yang biasanya disembunyikan dibalik penilaian
yang diberikan.
Hari-hari ini dan mungkin juga
hari-hari ke depan kita sedang melihat lakon dengan tokoh utama sapi. Presiden
PKS ditahan KPK karena diduga menerima suap terkait dengan kuota impor sapi.
Reaksi pertama yang muncul dari jajaran PKS adalah menuduh penahanan itu
merupakan konspirasi. Dalam berbagai acara langsung di televisi para petinggi
PKS tidak dapat secar jelas, rinci, dan transparan menjelaskan apa dan siapa
yang terlibat dalam konspirasi itu. Tentu saja mereka tidak dapat
menjelaskannya, karena konspirasi itu lebih merupakan teori besar yang digunakan
untuk menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan berdasar fakta empiris.
Teori konspirasi dasarnya adalah pemikiran rasional yang spekulatif dan
sejumlah kejadian yang dikait-kaitkan agar terlihat koheren.
Biasanya teori konspirasi digunakan untuk
suatu kejadian besar yang sangat sulit ditunjukkan fakta dan data yang
mendukungnya secara langsung. Jadi, teori konspirasi selalu bergantung pada
kemampuan untuk menjelaskan sejumlah fakta tidak langsung dan dampak-dampak
tidak langsungnya. Karena itu jangan heran bila penjelasan tentang bagaimana
jatuhnya Soekarno dan berkuasanya Suharto sampai sekarang tidak pernah jelas
tuntas. Misalnya penjelasan siapa Sam dan apa peranannya tak pernah benar-benar
jelas. Apakah ia sungguh seorang tokoh sentral partai komunis, atau orang yang
ditanam untuk menghancutkan partai komunis dari dalam? Sampai hari ini masih
kontroversi.
Biasanya teori konspirasi digunakan
untuk menjelaskan kejadian yang kompleks dan sulit mendapatkan data primernya
setelah kejadian itu berlangsung lama, sehingga cukup waktu untuk mencoba
menggali data dan mengujinya. Meskipun seringkali yang mengemuka adalah tafsir
terhadap data yang terbatas dan sulit mencari koherensi internal datanya. Jadi,
bila suatu kejadian baru saja terjadi, hanya dalam hitungan jam, sudah
digunakan teori konspirasi untuk menjelaskannya, jangan salahkan orang bila
membuat penilaian, wah partai orang berjenggot lagi kebakaran jenggot nih....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd