Luar biasa. Indonesia menjadi juara
dunia. Harga daging sapi Indonesia tertinggi di dunia, melampaui 9 dollar US
perkilo. Di Jepang hanya 3,9 dollar US. Sementara itu harga daging dan telur
ayam juga terus meroket, jangan dikira harga tahu-tempe tidak ikut-ikutan naik.
Kelapa yang turun, bukan harganya, tapi turun dari pohonnya.
Apakah para petinggi republik ini
sungguh menyadari bahwa kenaikan harga ini bisa menjadi pemicu dan pemacu
penurunan kualitas anak-anak Indonesia yang sedang tumbuh kembang dan
membutuhkan makanan yang harganya terus meroket itu? Apakah pantas rakyat
Indonesia menjadi korban dari idealisme lebay dan sotoy untuk segera mampu
berswasembada daging sapi? Ini eksperimen yang bukan saja tolol tapi
menjijikkan.
Idealisme sebagus apa pun haruslah
beranjak dari realitas yang nyata. Bagaimanakah pola, mekanisme, dan keadaan
peternakan sapi kita sekarang. Apakah realistis secara mendadak mengecilkan
keran impor sementara kemampuan nyata kita untuk memenuhi kebutuhan daging sapi
jauh panggang dari api? Ditambah pula adanya dugaan busuk di balik kongkalikong
penentuan kuota impor daging sapi yang sudah mulai dibongkar KPK.
Sangat aneh, tragis dan memalukan,
sebuah pemerintahan yang pejabat negara setingkat menteri dan wakil menteri
berwacana tentang impor daging sapi di tengah realitas banyak bayi dari
kalangan menengah ke bawah tak bakal bisa makan daging yang dibutuhkan untuk
tumbuhkembangnya. Lantas di mana tuan presiden?
Apakah ini keadaan tak terelakkan dari
kabinet politik, yang semakin hari semakin terbukti memalui kerja keras KPK,
yang sibuk 'mencuri' uang rakyat untuk kepentingan partai masing-masing?
Sehingga mengemukalah kepentingan sektoral yang mengabaikan kepentingan rakyat?
Impor sapi bukanlah satu-satunya
persoalan yang mengemuka. Lihatlah penentuan kurikulum 2013. Belum pernah
terjadi dalam sejarah pendidikan pasca kemerdekaan kurikulum baru tiba-tiba
muncul dan harus dilaksanakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Padahal
belum ada penilaian secara akademik-ilmiah apakah kurikulum sebelumnya berhasil
atau gagal. Cara-cara instan ini sangat tidak sesuai dengan hakikat dan
karakter pendidikan.
Tampaknya pemerintah tidak mengambil
pelajaran dari dibatalkannya RSBI oleh MK. RSBI ceritanya juga sama. Dilakukan
dengan tergesa karena mengejar target politik, bukan untuk menumbuhkan tradisi
dan kualitas pendidikan yang rasional, objektif dan berakar budaya.
Mestinya, pemerintah berani meninjau
ulang sejumlah kebijakan, setelah banyak kebijakan yang dianggap strategis
dibatalkan MK, termasuk. Keberadaan BP MIGAS.
Sekarang kita mulai percaya, bahwa
kasus impor sapi yang meledak di awal tahun politik adalah salah satu puncak
gunung es persoalan kabinet. Kita berdoa dan berharap, gunung es lain bisa juga
diledakkan. Kita akan mengenang sebagai suatu sejarah besar bahwa KPK yang
dinakhodai pemuda Indonesia mampu menangkap, menahan, dan memvonis lebih banyak
pejabat aktif yang terbukti melakukan kejahatan korupsi. Rasanya satu menteri
dan satu jenderal belumlah seberapa.
MAJU
TERUS KPK!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd