Mati itu pasti. Tak ada yang bisa
menghindari. Tak seorang pun tahu kapan kematian menyambangi. Karena itu mati
merupakan misteri. Tidak mengherankan bila mati selalu jadi kontroversi.
Kontroversi tentang mati merentang luas
mulai dari apa yang terjadi saat orang mati, bagaimana proses menuju kematian,
apakah benar otak masih berdenyut saat jantung berhenti, dimana nyawa berada,
sampai ke persoalan yang tak mungkin dijawab kecuali dengan keyakinan seperti
kemana ruh pergi, berapa lama ruh berada di sekitar mayat, bagaimana kehidupan
di seberang kematian, apakah benar ada siksa kubur, apakah ruh yang telah
meninggalkan tubuh bisa kembali lagi ke tubuh yang lain?
Tak ada cara untuk mengetahui dengan
pasti dan jelas apa yang terjadi setelah manusia mati. Ada dua pilihan untuk
mengetahuinya yaitu memanfaatkan pemikiran spekulatif manusia atau mempercayai
informasi yang berasal dari agama. Keduanya menawarkan penjelasan yang beragam,
tidak tunggal. Tentu saja pemikiran spekulatif manusia sepenuhnya didasarkan
pada pemikiran rasional yang bersifat meraba-raba. Karena itu tak memiliki
kepastian.
Bukan sesuatu yang mengherankan bila
banyak manusia yang memilih penjelasan kitab suci. Tentu saja penjelasan kitab
suci tidaklah sama, meskipun ada kesamaannya. Secara umum ada dua pandangan
tentang hidup dan mati. Agama Jahudi, Kristen dan Islam memiliki pandangan
linear yaitu lahir, hidup, dan mati. Manusia yang mati tak akan hidup kembali
dan kembali ke dunia. Diyakini manusia akan melanjutkan hidupnya di akhirat. Di
mana ia akan berada sangat tergantung amal perbuatannya. Bila amalnya baik ia
menikmati indahnya syurga, jika tidak baik ia 'dibersihkan' di dalam neraka.
Sementara itu Agama Hindu dan Budha meyakini kehidupan yang siklis, yaitu orang
yang mati bisa mengalami reinkarnasi atau kelahiran kembali.
Jadi apa ia dalam kelahiran kembali
itu, juga ditentukan oleh amalnya yang disebut karmaphala. Kebaikan berbuah
kebaikan, kejahatn berbuah kejahatan. Maknanya orang yang perbuatannya baik,
bila lahir kembali ia akan mengalami peningkatan kualitas derajat, sebaliknya
orang yang gemar berbuat jahat, bila terlahir kemabali akan mengalami penurunan
derajat. Mereka yang naik kualitas derajatnya memiliki kesempatan untuk moksa
yaitu bebas dari lingkaran siklis kehidupan. Bebas dari lingkaran siklis
kehidupan adalah puncak pencapian manusia yaitu nirvana.
Diyakini agar dapat mengalami reinkarnasi,
manusia yang wafat harus dikembalikan dahulu pada asal muasalnya yaitu beragam
zat dalam alam semesta melalui proses kremasi atau di Bali dikenal sebagai
ngaben. Ngaben merupakan proses pembakaran mayat hingga menjadi abu, ngaben
maknanya mengabukan. Membuat manusia menjadi abu, kembali ke asal muasalnya.
Manusia makhluk mulia, karena itu ia
tidak boleh sekedar dibakar seperti kita membakar sate. Karena itu ngaben bukan
sekedar membakar mayat. Namun, sebuah upacara ritual yang harus mengikuti suatu
tata aturan yang menunjukkan kemuliaan manusia, dan kemuliaan tujuan hidup
manusia. Karena itu ngaben tidak bisa diukur dengan ukuran duniawi dengan
menyebutnya mahal. Ini bukan soal duit, tapi soal keyakinan.
Ada juga yang mengatakan, ngaben itu
kelihatan mewah dan sangat mewah, serta dilaksanakan layaknya pesta. Muncul
pertanyaan, apa pantas membuat semacam pesta bagi kematian? Mengapa tidak?
Orang Bali berkeyakinan, tangisan dan air mata dapat menghambat perjalanan ruh
menuju reinkarnasi. Oleh sebab itu ngaben memang dibuat meriah agar siapa pun
yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai dapat menahan air mata. Jadi kesan
pesta itu merupakan bagian dari kesadaran untuk melempangkan jalan bagi
almarhum untuk segera melanjutkan perjalanan. Ia dilepas dengan tulus, dan
didoakan agar sukses dalam perjalanan.
Soal tangisan dan air mata ini
memberikan makna yang sangat mendalam. Bukan hanya kita yang ditinggalkan, yang
pergi pun ternyata juga berat meninggalkan yang masih hidup. Ini menegaskan,
KEMATIAN TAK PERNAH BISA MEMISAHKAN
KITA YANG SALING MENCINTAI!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd