Jumat, 19 April 2013

NGABEN: KEMATIAN DAN AIR MATA



Mati itu pasti. Tak ada yang bisa menghindari. Tak seorang pun tahu kapan kematian menyambangi. Karena itu mati merupakan misteri. Tidak mengherankan bila mati selalu jadi kontroversi.

Kontroversi tentang mati merentang luas mulai dari apa yang terjadi saat orang mati, bagaimana proses menuju kematian, apakah benar otak masih berdenyut saat jantung berhenti, dimana nyawa berada, sampai ke persoalan yang tak mungkin dijawab kecuali dengan keyakinan seperti kemana ruh pergi, berapa lama ruh berada di sekitar mayat, bagaimana kehidupan di seberang kematian, apakah benar ada siksa kubur, apakah ruh yang telah meninggalkan tubuh bisa kembali lagi ke tubuh yang lain?

Tak ada cara untuk mengetahui dengan pasti dan jelas apa yang terjadi setelah manusia mati. Ada dua pilihan untuk mengetahuinya yaitu memanfaatkan pemikiran spekulatif manusia atau mempercayai informasi yang berasal dari agama. Keduanya menawarkan penjelasan yang beragam, tidak tunggal. Tentu saja pemikiran spekulatif manusia sepenuhnya didasarkan pada pemikiran rasional yang bersifat meraba-raba. Karena itu tak memiliki kepastian.

Bukan sesuatu yang mengherankan bila banyak manusia yang memilih penjelasan kitab suci. Tentu saja penjelasan kitab suci tidaklah sama, meskipun ada kesamaannya. Secara umum ada dua pandangan tentang hidup dan mati. Agama Jahudi, Kristen dan Islam memiliki pandangan linear yaitu lahir, hidup, dan mati. Manusia yang mati tak akan hidup kembali dan kembali ke dunia. Diyakini manusia akan melanjutkan hidupnya di akhirat. Di mana ia akan berada sangat tergantung amal perbuatannya. Bila amalnya baik ia menikmati indahnya syurga, jika tidak baik ia 'dibersihkan' di dalam neraka. Sementara itu Agama Hindu dan Budha meyakini kehidupan yang siklis, yaitu orang yang mati bisa mengalami reinkarnasi atau kelahiran kembali.

Jadi apa ia dalam kelahiran kembali itu, juga ditentukan oleh amalnya yang disebut karmaphala. Kebaikan berbuah kebaikan, kejahatn berbuah kejahatan. Maknanya orang yang perbuatannya baik, bila lahir kembali ia akan mengalami peningkatan kualitas derajat, sebaliknya orang yang gemar berbuat jahat, bila terlahir kemabali akan mengalami penurunan derajat. Mereka yang naik kualitas derajatnya memiliki kesempatan untuk moksa yaitu bebas dari lingkaran siklis kehidupan. Bebas dari lingkaran siklis kehidupan adalah puncak pencapian manusia yaitu nirvana.

Diyakini agar dapat mengalami reinkarnasi, manusia yang wafat harus dikembalikan dahulu pada asal muasalnya yaitu beragam zat dalam alam semesta melalui proses kremasi atau di Bali dikenal sebagai ngaben. Ngaben merupakan proses pembakaran mayat hingga menjadi abu, ngaben maknanya mengabukan. Membuat manusia menjadi abu, kembali ke asal muasalnya.

Manusia makhluk mulia, karena itu ia tidak boleh sekedar dibakar seperti kita membakar sate. Karena itu ngaben bukan sekedar membakar mayat. Namun, sebuah upacara ritual yang harus mengikuti suatu tata aturan yang menunjukkan kemuliaan manusia, dan kemuliaan tujuan hidup manusia. Karena itu ngaben tidak bisa diukur dengan ukuran duniawi dengan menyebutnya mahal. Ini bukan soal duit, tapi soal keyakinan.

Ada juga yang mengatakan, ngaben itu kelihatan mewah dan sangat mewah, serta dilaksanakan layaknya pesta. Muncul pertanyaan, apa pantas membuat semacam pesta bagi kematian? Mengapa tidak? Orang Bali berkeyakinan, tangisan dan air mata dapat menghambat perjalanan ruh menuju reinkarnasi. Oleh sebab itu ngaben memang dibuat meriah agar siapa pun yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai dapat menahan air mata. Jadi kesan pesta itu merupakan bagian dari kesadaran untuk melempangkan jalan bagi almarhum untuk segera melanjutkan perjalanan. Ia dilepas dengan tulus, dan didoakan agar sukses dalam perjalanan.

Soal tangisan dan air mata ini memberikan makna yang sangat mendalam. Bukan hanya kita yang ditinggalkan, yang pergi pun ternyata juga berat meninggalkan yang masih hidup. Ini menegaskan,

KEMATIAN TAK PERNAH BISA MEMISAHKAN KITA YANG SALING MENCINTAI!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd