Bali memang luar biasa. Kita bisa
menikmati indahnya pasir putih di Kuta atau Jimbaran. Pantai-pantai di Bali
termasuk yang terindah di dunia. Bukan hanya tamasya pantai. Perjalanan bisa
diteruskan untuk menikmati yang lain. Dari Pantai Benoa dengan boat yang
bergerak cepat diayunkan ombak, kita bisa menuju Pulau Penyu, tempat
penangkaran dan pelestarian penyu. Banyak orang ke pulau ini untuk melihat dan
berfoto dengan penyu, terutama turis manca negara.
Turis manca negara, dari manapun mereka
datang pasti sangat terkesima melihat, memegang dan berfoto bersama penyu.
Tidak sedikit yang bergaya berciuman dengan penyu untuk diabadikan dengan foto
atau handycam. Ada suasana keakraban manusia dan penyu, meski hanya untuk
pengambilan gambar. Itulah sebabnya keakraban ini hanya transaksi bisnis. Para
turis senang dan pengelola dapat duit.
Sejatinya, manusia, hewan dan tumbuhan
merupakan bagian integral dari alam semesta. Saling berbagi dan saling isi
untuk bertahan dan berkembang biak. Manusia tak mungkin hidup tanpa tumbuhan,
juga binatang. Karena itu dalam masyarakat tradisional, penghayatan hidup yang
dikembangkan adalah keserasian dalam keselarasan antara manusia dengan Tuhan,
dengan sesama, dan dengan alam semesta. Keselarasan itu harus diujudnyatakan
dalam keseharian hidup, dalam beragam kegiatan.
Hewan bukan sekedar makanan. Hewan pun
bisa memberi banyak pelajaran bagi manusia. Ingat kisah perseturuan Qabil dan
Habil. Inilah untuk pertama kali manusia belajar dari hewan. Belajar bagaimana
menguburkan mayat. Seekor burung adalah gurunya.
Penyu bisa memberi bayak pelajaran bagi
kita. Fakta utama tentang penyu adalah kebertahanan dalam hidup. Penyu adalah
jenis binantang purba. Sebelum orang
Batak yang memiliki marga Purba ada, penyu sudah eksis. Penyu dulu bertetangga
dengan dinosaurus, sekarang penyu hidup sezaman dengan Dino Zoff, dan Dino
Patti Jalal. Maknanya, penyu adalah hewan yang melintasi waktu. Seekor penyu
bisa memiliki usia tiga ratus tahun. Artinya harapan hidup penyu sangat
panjang. Harapan hidup manusia moderen tidak pernah sepanjang itu.
Mengapa penyu bisa bertahan hidup
sangat panjang. Pertama, mereka vegetarian. Penyu tak pernah tertarik pada
hamburger, pizza, dan fried chicken. Barangkali mereka sadar, semua itu
jangan-jangan cuma sampah. Memberi sedikit kenikmatan lidah, tapi merusak organ
dalam. Seperti karat merusak besi. Lambat tapi pasti. Kedua, penyu binatang
yang sabar. Penyu menganut prinsip lambat-selamat. Tentu penyu lebih dulu mempraktikkan ini,
mendahului orang Jawa.
Manusia moderen memang sengaja memicu
kecepatan. Kecepatan terbukti memberi lebih banyak keuntungan. Karena itu para
ilmuwan di Jepang terus melakukan penelitian untuk makin meningkatkan kecepatan
kereta api cepat, sehingga bisa menjadi kereta api secepat kilat. Tapi kita
jangan pernah lupa, penambahan kecepatan memberi efek buruk bagi tubuh dan jiwa
kita. Penyu bisa jadi mengerti itu.
Ketiga, penyu praktis dan efektif.
Penyu tidak mau repot memisahkan tempat mencari makan dan tempat tinggal. Penyu
membawa rumahnya ke mana saja ia pergi. Dengan demikian ia juga rutin berolah
raga. Dalam hal kepraktisan dan efektifitas tampaknya manusia meniru penyu. Karena
itu mereka sibuk membangun apartemen dan tempat fitnes.
Manusia bisa belajar dari penyu bila
ingin sehat dan panjang umur. Belajar kecepatan dari puma dan heyna, belajar
kelincahan terbang dari lalat dan capung, belajar sabar dan khusuk dari kucing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd