MENULIS DAN OLAHRAGA
Menulis dan olahraga bukan saja berhubungan, tetapi memiliki banyak kesamaan. Salah satu faktor yang membuat saya rajin dan kuat menulis adalah olahraga. Saya berusaha untuk bisa berolahraga dengan sangat teratur. Paling tidak tiga hari dalam seminggu. Minimal jalan pagi selama satu jam. Di rumah, saya melakukan olahraga kardio dan angkat beban, satu sampai satu setengah jam, pada pagi atau sore hari. Bila menginap di hotel melaksanakan tugas, saya menyambangi fitnes. Bila hotel tidak memiliki fasilitas fitnes, saya jalan pada pagi hari setelah shalat subuh.
Olahraga bukan saja memberi kebugaran tubuh, juga meningkatkan daya tahan untuk menulis gagasan dan 'menulis istri'. Menulis mengharuskan kita duduk berjam-jam. Olahraga membantu memberi daya tahan untuk melakukan itu. Rasa pegel karena duduk terlalu lama bisa diatasi dengan olah raga. Olahraga memberi kekuatan dan daya tahan bagi tubuh yang sangat dibutuhkan dalam proses penulisan. Tentu daya tahan jangka panjang.
Olahraga sangat membantu agar kita tetap sehat dan menjaga kesehatan. Kesehatan sangat penting sebab menulis membutuhkan daya tahan jangka panjang. Apa jadinya bila kita lebih sering sakit. Tulisan yang panjang berupa buku, rasanya sulit untuk diujudkan. Kesehatan adalah prasyarat untuk tetap bisa menulis. Olahraga sangat membantu, selain hidup teratur dan menjaga makanan.
Menulis mengharuskan kita memiliki fikiran yang segar, fokus dan berdisiplin. Olahraga yang dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan akan memberi kesenangan dan kesegaran fikiran. Selagi berolahraga kita harus fokus dan menikmati efeknya pada tubuh. Kedua hal ini membuat kita melupakan dan dapat melepaskan berbagai persoalan yang sedang mengepung dan membebani kita. Perasaan lepas ini sangat membantu untuk menyegarkan fikiran. Olahraga juga mengharuskan dan membiasakan kita untuk berdisiplin. Paling tidak ada dua kedisiplinan yang terbangun melaui olahraga. Pertama, disiplin melakukan olah raga secara teratur. Olahraga kurang bermanfaat jika dilakukan sesekali, tidak teratur dan tidak terjadwal. Kedua, setiap olahraga, apapun bentuknya, memiliki urutan pelaksanaan yang harus diikuti dengan teratur dan konsisten. Bila tidak diikuti justru akan menyebabkan cedera. Olahraga apapun harus dimulai dengan pemanasan, melakukan kegiatan inti, dan pengakhiran. Ketiga fase tersebut harus dilaksanakan dengan disiplin. Itulah sebabnya olahraga mampu membangun kedisplinan. Kedisplinan sangat penting dalam proses penulisan.
Ini mengisyaratkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang membutuhkan kebugaran tubuh dan kesegaran fikiran. Olahraga bisa sangat membantu. Paling tidak, saya sudah rasakan itu. Oleh karena itulah saya rajin berolahraga agar tetap bisa menulis. Menulis memang memiliki hubungan yang sangat erat dengan olahraga.
Selain memiliki hubungan, ada kesamaan antara menulis dan olahraga. Menulis dan olahraga membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk mencapai keterampilan minimal. Artinya tidak dapat dilakukan secara instan. Messi memiliki kemampuan di atas rata-rata karena waktu dan kualitas latihannya juga di atas rata-rata. Kemampuannya semakin terasah oleh pertandingan bermutu tinggi dalam jadwal yang padat. Justru frekuensi pertandingan yang padat dalam persaingan yang sangat ketat yang membuat Messi makin luar biasa. Kondisi yang sama juga terjadi dalam proses penulisan. Sering menulis, dan terus menghasilkan tulisan akan sangat mengasah dan mempertajam kemampuan menulis. Bersamaan dengan itu kualitas tulisan juga akan semakin meningkat. Sebab sang penulis telah memiliki suatu pola yang mapan yang dapat terus ditingkatkan, diperkaya, dan dipercanggih. Sejarah mencatat, penulis besar dan bermutu tidak menghasilkan hanya satu buku selama hidupnya. Sejumlah penulis yang berpengaruh dalam perkembangan intelektual, kebudayaan, dan peradaban dunia telah membuktikan itu. Sebutlah sebagai contoh Plato, Aristoteles, Newton, Ibnu Sina, Al Ghazali, Ibnu Khaldun, Karl Marx, Kant, Habermas, Drucker, Einstein, Hemingway dan banyak penulis besar lainnya.
Dalam konteks ini berlaku pepatah, bisa karena biasa. Ini terkait dengan fakta bahwa tubuh dan otak memiliki kesamaan yaitu akan semakin terbentuk, dan meningkat kemampuannya bila sering dilatih dan digunakan. Para ahli otak sampai membuat seruan bagi otak yaitu, gunakan atau mati!
Menulis dan olahraga sama-sama mempersyaratkan disiplin, kerja keras, keuletan, dan daya tahan jangka panjang. Disiplin meliputi sejumlah hal yaitu disiplin pengaturan diri berhadapan dengan waktu yang berisi beragam kegiatan, disiplin untuk terus melakukan aktivitas menulis atau olah raga secara teratur, dan disiplin untuk terus meningkatkan kemampuan atau capaian. Jangan mengendor apalagi berhenti bila sudah mencapai keberhasilan. Bila jumlah angkatan sudah mencapai 50 kg dalam latihan angkat beban, maka tingkatkan secara perlahan dan terukur hingga angkatan maksimal. Jangan berhenti. Sebab jika berhenti, maka harus mulai lagi dari mula. Pastilah memulai lagi dari mula sangat sulit dan membosankan. Hal yang sama juga berlaku dalam proses penulisan. Bila tulisan terlalu lama tidak dilongok, sangat tidak mudah untuk memulainya lagi. Berpisah terlalu lama dengan tulisan yang sedang dikerjakan membuat otak kita majal. Setara dengan itu, jika lama tidak mengangkat beban, otot yang sudah terbentuk akan melemah.
Tulisan yang telah jadi mirip puncak gunung es, sama dengan prestasi dalam olahraga dalam bentuk pencapaian juara yang dihargai dengan medali emas atau piala. Artinya, apa yang tampak itu adalah puncak dari berbagai kerja keras yang dilakukan dalam masa yang panjang. Untuk menghasilkan tulisan, apalagi dalam bentuk buku, penulisnya melakukan berbagai kegiatan seperti membaca puluhan bahkan ratusan buku. Melakukan kajian atau analisis terhadap buku-buku tersebut. Berbincang dengan para ahli. Sering juga harus ditunjang dengan penelitian lapangan yang membutuhkan waktu dan kerja keras. Mengumpulkan semua bahan yang relevan. Semuanya dipilah, dipilih, dan diolah. Setelah dianalisis, disintesiskan. Menuliskannya sebagai draf kasar atau tulisan pertama. Dibaca dan diperiksa ulang. Diperbaiki dan dikembangkan lebih lanjut. Begitulah seterusnya sampai menjadi buku. Perjalanan panjang ini tentu saja membutuhkan sekaligus kerja keras, keuletan, dan daya tahan jangka panjang. Hal yang sama terjadi sebelum akhirnya Barcelona menjadi juara dalam berbagai kejuaraan.
Proses panjang yang melelahkan dan seringkali membosankan inilah yang membuat tidak semua orang mau dan mampu menulis, apalagi menulis buku. Tidak semua orang memiliki kesabaran dan daya tahan untuk melakukannya. Seringkali ada yang berhasil memulai, tetapi gagal untuk melanjutkannya. Ini pula lah yang menyebabkan tidak semua klub bisa menjadi seperti Barcelona. Apalagi dalam perjalanan untuk sampai pada satu titik keberhasilan sering terjadi berbagai kendala. Wajar, bila tidak setiap orang kuat dan tahan untuk terus melanjutkan pekerjaan yang terkadang memang menyulitkan dan membosankan ini.
Sekarang menjadi jelas mengapa tidak setiap orang menjadi penulis atau olahragawan, apalagi penulis berkualitas atau olahragawan yang berhasil. Ada jalan terjal, berliku dan berbatu yang harus dilewati. Seringkali di tengah perjalanan muncul perasaan sepi sendiri. Kadang bahkan seperti berada dalam suasana bathin tak tentu. Hanya mereka yang berhasil atasi tantangan ini yang akhirnya memperoleh hasil yang membanggakan hati.
KESUKSESAN ADALAH BUAH DARI KERJA KERAS, DISIPLIN, KEULETAN, DAN DAYA TAHAN JANGKA PANJANG.
Fakhri Rizqi Ekaputera
BalasHapusP.IPS B 2014
4915144088
Tulisan yang sangat menarik menurut saya. Keterkaitan menulis dengan olahraga anda paparkan dengan sangat jelas. Sebelumnya saya berpikir bahwa keteraturan dapat kita temukan jika kita berolahraga saja. Namun, ternyata menulis juga butuh latihan bertahap dan konsisten agar mendapat hasil yang maksimal.
Menulis juga mengajarkan kita untuk disiplin seperti halnya dengan olahraga. Kita tidak bisa langsung membuat satu buku hanya dengan satu kali membuat tulisan. Kemudian kemampuan juga tidak akan terasah jika latihan hanya dilakukan sesekali. Hal tersebut tidak akan membawa kita ke puncak keberhasilan.
Kerja keras juga dibutuhkan dalam menulis dan olahraga. Tidak akan bisa membuat sebuah buku jika malas menulis, tidak akan bisa mendapat bentuk tubuh yang ideal jika latihan hanya dilakukan sesekali. Jika kerja keras dilakukan secara konsisten, maka hasilnya akan terasa di akhir.