Liburan akhir tahun yang indah. Saat liburan Natal, delapan belas mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS UNJ yang sudah waktunya menulis skripsi berkumpul di rumahku, tiga belas diantaranya menginap. Liburan akhir tahun yang datang lebih banyak, begitu pula yang menginap.
Mereka berkumpul untuk memperbaiki dan menyempurnakan proposal skripsi yang sudah mulai ditulis. Pastilah suasananya rame dan heboh. Mahasiswa mengetik menggunakan laptop di berbagai tempat. Colokan kabel berseliweran ke berbagai arah. Mereka saling berdiskusi, saling koreksi dan tukaran buku. Aku duduk di teras depan, berdiskusi dan mengoreksi proposal satu persatu dalam kelompok kecil. Secara bergantian mahasiswa duduk di sekitarku. Kita berdiskusi dalam suasana yang hangat, cair dan penuh canda. Suasana makin asyik karena dengan sengaja diperdengarkan lagu-lagu dan musik. Ada lantunan lagu-lagu indah dari Bruno Mars, Rihana, Adele, Pitbull, dan sejumlah penyanyi lain. Juga ada musik dari The Piano Guys dan Renaud Garcia-Fons Trio.
Saat makan siang, kita semua riung di tengah ruangan, makan bersama. Percandaan dan saling ngeledek tentu terus berlangsung. Suasana keakraban makin terasa kala malam. Para mahasiswa sibuk menyediakan minuman dan makanan hangat, sementara para mahasiswi makin asyik mengetik proposalnya. Aku tetap duduk melayani mereka satu persatu, mendiskusikan bagian mana yang masih harus diperbaiki, ditambah atau dikurangi. Menyarankan buku apalagi yang mesti dibaca.
Hanya beberapa dari mahaiswa itu yang merupakan bimbinganku. Tetapi semua mahasiswa yang sedang menulis skripsi boleh datang dan menginap. Mereka yang datang sekarang ini merupakan kelompok bimbingan pertama. Mahasiswa sudah mengatur jadwal kelompok bimbingan berikutnya. Rumahku mungil, jadi harus diatur agar suasana tetap menyenangkan, tidak terlalu padat.
Tradisi ngumpul seperti ini bukan hal baru di rumahku. Saat rumahku masih 4L alias lu lagi, lu lagi. Hanya ada satu kamar tidur dan anakku masih berusia tiga tahun dan setahun, aku kumpulkan sejumlah mahasiswa yang dianggap bermasalah karena teman-teman seangkatannya sudah lama lulus, tetapi mereka belum juga menulis skripsi. Alhamdullillah, akhirnya mereka lulus setelah kuajak ngumpul dan menulis skripsi dengan bimbingan intensif di rumahku yang bertipe 21 dengan ukuran tanah 5mx13m dan bangunannya belum memenuhi luas tanah itu.
Sejak saat itu tidak berhenti mahasiswa berkumpul di rumahku. Bahkan ada serombongan mahasiswa yang hanya kuliah satu mata kuliah denganku, dan bukan berasal dari jurusanku mengajar, menjadikan rumahku sebagi markas besar mereka. Setiap kali ada tugas individu atau kelompok, mereka dalam jumlah yang besar, sebelas sampai lebih dari tiga puluh orang, kumpul dan menginap di rumahku. Aku bersyukur karena saat mereka berkumpul rumahku sudah dua lantai. Mereka sepenuhnya menguasai lantai dua.
Tradisi berlanjut. Mahasiswa S2 yang sedang mengerjakan tesis juga berkumpul di rumahku dalam kebersamaan. Termasuk para penyandang tunanetra yang sering berkumpul di rumahku untuk berlibur.
Anakku yang sulung, Zendara Beda Azani, saat liburan dan pulang dari pesantren mengumpulkan teman-temannya untuk menginap di rumahku berhari-hari. Si bungsu Khalifa Lyan Bohemianda juga sering mengumpulkan teman-temannya untuk mengerjakan tugas dan nggames.
Teman-teman istriku sewaktu SD, SMP, SMA dan kuliah secara teratur berkumpul di rumahku. Terutama teman kuliahnya yang kini mukim di Swiss dan Jerman. Setiap kali libur dan pulang kampung, mereka nginep di rumahku untuk menikmati sayur asem, pecel, gado-gado, empek-empek dan makanan lain yang susah didapatkan di Eropa.
Berkumpul bersama dalam kegembiraan persahabatan sungguh sangat indah. Apapun yang dibincangkan menjadi hangat, heboh, dan menarik.
Aku haqqul yaqin, tanpa berkumpul di rumahku, skripsi dan tesis mahasiswa, cepat atau lambat, akan selesai juga. Aku bersedia berkumpul bersama bukan sekadar untuk urusan teknis penyelesaian skripsi dan tesis. Ada yang lebih substansial dari itu. Aku ingin membangun kesadaran melalui proses mengalami atau pengalaman langsung, bahwa pendidikan harus dilandasi oleh cinta empatis dengan semangat peduli dan berbagi. Pembelajaran bisa dilangsungkan dalam kehangatan yang nyaman dan menyenangkan. Di dalamnya ditumbuhkembangkan spirit kompetisi dengan atmosfir saling menghargai. Perdebatan yang hangat dengan semangat pencarian dalam kebersamaan. Saat setiap orang dapat memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Kala setiap individu bisa bebas berekspresi secara terukur dalam semangat toleransi.
Pendidikan hakikinya merupakan peragian manusia sebagai makhluk multidimensi menuju kedewasaan. Jalan mencapai kualitas manusia yang manusiawi. Bukan sekadar transfer pengetahuan dan pencanggihan kognitif. Itulah sebabnya menumbuhkembangkan keterampilan-keterampilan kemanusian agar bisa hidup secara bermakna dalam masyarakat lebih penting daripada keterampilan teknis yang bisa diperoleh pada berbagai kursus dan bimbingan belajar.
Bila bermaksud sekadar konsultasi yang efektif bagi penyelesaian skripsi, mahasiswa bisa memanfaatkan email. Mudah, murah, dan praktis. Aku pun bisa melayaninya dari mana saja. Karena internet tidak terikat ruang dan waktu.
Tetapi, sekali lagi perlu ditegaskan, kumpul dalam semangat kebersamaan, mengerjakan karya akademik, saling memberi masukan dalam kehangatan persaudaraan, merupakan cara terencana untuk merasakan bahwa
PENDIDIKAN MERUPAKAN UPAYA MEMEKARKAN KEDEWASAAN YANG DILANDASI CINTA EMPATIS DALAM SEMANGAT PEDULI DAN BERBAGI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd