Ini kisah dua anak manusia. Keduanya memiliki banyak kesamaan. Sama-sama anak bungsu. Sama-sama anak lelaki satu-satunya dalam keluarga. Sama-sama tidak suka sekolah. Sama-sama suka jajan. Sama-sama suka mancing dan futsal.
Keduanya sangat kompak, jadi sering terlihat bersama-sama ke mana-mana. Jika sedang ngobrol terlihat sangat asyik, terutama kala bermain catur. Jangan coba dekati jika mereka sedang berduaan, pasti langsung ngacir. Kerap terjadi, mereka asyik ngobrol dan ketawa ngakak. Tak berapa lama keduanya adu jotos dan sama-sama nangis.
Menarik bila mendengar mereka ngobrol. Keduanya bertanya jawab dengan asyik, padahal topiknya berbeda. Yang satu ngomongin Persib lawan Persija, yang satunya lagi ngomongin pertandingan futsal antarkampung. Lucunya mereka bisa ngobrol begitu dalam waktu yang panjang. Biasanya mereka dengan cepat sama-sama bertukar topik.
Ayah Ong pernah datang padaku mengeluhkan anak bungsunya itu. Ia pusing karena tiga tahun Ong tidak naik kelas satu SD. Dia merasa malu. Aku katakan santai sajalah. Jangan-jangan gurunya sangat sayang padanya sehingga gak mau pisah dari dia. O... Begitu ya, jawabnya. Aku juga bilang, lihat positifnya. Karena gak naik-naik kelas, Ong kan temennya paling banyak. Dia punya teman di kelas satu, dua, tiga, dan empat sekaligus. Pastilah Ong paling terkenal di sekolahnya. Bener juga ya, kata ayah Ong. Kemudian dia jelaskan bahwa sebenarnya Ong itu gak tolol, cuma agak bodoh aja. Walah, aku jadi berhipotesis mengapa Ong begitu, sebagian merupakan kontribusi ayahnya.
Lain lagi dengan Aj. Kata ibunya, waktu kecil ia sering steps, panas badannya tinggi, itu terjadi berulang-ulang. Kedua kakak perempuannya normal, bisa sekolah tamat SMK dan berhasil dapatkan pekerjaan. Kedua kakaknya kini sudah menikah dan punya anak yang normal. Sedangkan kedua kakak perempuan Ong sedang kuliah nyambi kerja.
Berusia lebih muda dari kedua anak ini ada pula si Ji. Ia beda-beda tipis dengan keduanya. Ia pernah hilang karena mengikuti topeng monyet. Kami semua sibuk mencarinya. Untunglah secara tidak sengaja ada tetangga yang menemukannya sangat jauh dari rumah. Ji juga anak bungsu dan lelaki. Dua kakak perempuannya sedang kuliah dan satu kakak lelakinya kelas tiga SMU. Karena ibunya lebih bersemangat, tegas dan keras, Ji masih sekolah, tentu tersendat-sendat. Ada lagi si Bo, sekarang kelas tiga SMP, bila berjalan dan harus belok dia mengalami kesulitan. Dia juga sulit berkomunikasi, namun sampai sekarang masih bisa bertahan tetap bersekolah. Ibunya lembut dan telaten. Adik perempuannya sangat cerdas dan pintar bergaul.
Apa yang salah dengan anak-anak ini?
Oleh karena saudara-saudaranya normal, sulit mengatakan ada faktor warisan genetik. Aj bisa jadi karena mengalami panas tinggi berkali-kali yang bisa jadi mengganggu tumbuh kembang otaknya. Meskipun harus diperiksa betul apa kondisi itu yang menyebabkannya?
Banyak kemungkinan penyebab yang bisa disebutkan mengapa anak-anak tersebut menjadi seperti itu. Secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu penyebab selama dalam kandungan dan setelah kelahiran semasa pengasuhan.
Anak-anak ini dikandung ibunya saat Indonesia mengalami kriris ekonomi dan masa peralihan yang ditandai oleh kesulitan hidup dan ketidakpastian pada kisaran 1997-2000. Ayah Aj dan Ong pada waktu itu tidak memiliki pekerjaan yang pasti dan tetap. Apalagi seperti diakuinya sendiri, ayah Ong merasa sangat frustrasi pada waktu itu dan dia jadi sering mabuk karena menenggak alkohol.
Penelitian berjangka panjang di Eropa membuktikan banyak anak mengalami gangguan sampai masa tua, gangguan fisik dan psikis. Anak-anak itu dikandung saat Eropa berada dalam teror Hitler. Banyak orang tua kehilangan pekerjaan karena krisis ekonomi, dan ketakutan pada kekejaman pasukan Hitler.
Di negara-negara miskin dan sejumlah negara komunis, banyak anak mengalami gangguan tumbuh kembang karena kurangnya asupan nutrisi saat sejak dalam kandungan ibu dan masa awal hidupnya. Beberapa anak malah menderita cacat bawaan sebagai akibatnya.
Selain stress dan kurangya asupan nutrisi, gangguan tumbuh kembang anak juga bisa terjadi bila si ibu salah mengkonsumsi obat-obatan saat hamil atau melakukan kebiasaan yang tidak baik seperti kecanduan merokok.
PenelItian-penelitian dalam bidang neurosains semakin membuktikan pengaruh sangat buruk terhadap bayi, terutama terkait pertumbuhan otaknya bila si ibu yang sedang hamil mengalami stress berkepanjangan. Si ibu juga akan mengalami gangguan karena banyak neuron atau jejaring syaraf otaknya yang rusak.
Ketika bayi baru dilahirkan dan pada masa awal hidupnya, asupan nutrisi, perhatian, kasih sayang, dan kualitas kesehatan akan sangat menentukan tumbuh kembang si bayi, termasuk tumbuh kembang otaknya. Artinya masa pengasuhan awal ini akan sangat menentukan dan menjadi titik tolak bagi perkembangan si bayi menuju masa depannya.
Meskipun mendapat asupan nutrisi yang baik, namun bila si anak dibesarkan dengan penuh kekasaran verbal, fisik dan psikis, juga akan menimbulkan masalah. Karena kekerasan dan kekejaman yang dialami anak pada masa balita memberikan pengaruh yang sangat buruk bagi tumbuh kembangya. Penelitian mendalam yang dilakukan terhadap perilaku kriminal yang mendapat hukuman berat di Amerika Serikat membuktikan, semua mereka pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tuanya.
Dulu di negara-negara komunis di Eropa banyak anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan memiliki bakat luar biasa dipelihara dan di asuh negara dalam asrama. Mereka mendapatkan layanan terbaik tetapi minus kasih sayang. Bahkan sangat jarang disentuh secara fisik pada masa tumbuh kembangnya. Kebanyakan mereka berhasil mencapai prestasi akademik tinggi, atau memiliki keterampilan luar biasa dalam suatu bidang tertentu. Namun, hampir semua mereka gagal dalam kehidupan atau memilih profesi yang terkait dengan kejahatan. Mereka cerdas, bahkan jenius, tetapi tak bisa berempati dan mengelola diri. Inilah hasil pengasuhan minus kasih sayang.
Persoalan yang sekarang harus dihadapi terkait dengan Aj dan Ong dan jutaan anak seperti mereka adalah, apa yang harus dilakukan agar mereka dapat hidup layak sebagaimana manusia lainnya yang bisa dikategorikan normal. Aj dan Ong semakin besar, mestinya mereka sekarang sudah SMA, tetapi karena keterbatasan ekonomi keluarganya mereka tidak sekolah dan juga tidak dapat bekerja karena sama sekali tidak memiliki keterampilan. Mereka luntang-lantung, ke sana ke mari tanpa kegiatan yang bermanfaat bahkan bagi diri mereka sendiri.
Meski mereka tergolong sangat lambat untuk menangkap dan memahami, juga sangat sulit diajari keterampilan, namun tampaknya masih memiliki peluang untuk diajari keterampilan sederhana yang mudah-mudahan dapat dimanfaatkan untuk menghidupi diri sendiri. Meskipun mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih panjang dan dana yang tidak sedikit.
Anak-anak seperti mereka, apalagi yang berasal dari keluarga kurang atau tidak mampu, memang mengalami kesulitan mendapatkan kesempatan bagi peningkatan kualitas diri dan kemampuaannya. Padahal seiring dengan berjalannya waktu, mereka membutuhkan penghasilan bagi hidupnya. Mereka tidak dapat secara terus menerus menggantungkan diri pada orang tuanya yang makin sepuh.
Kesulitan yang dihadapi oleh anak-anak ini untuk mendapatkan perhatian dan pertolongan adalah dilihat sepintas mereka tampak seperti anak normal lainnya. Tak ada tanda kecacatan kecuali pada ucapan yang kurang jelas bila berbicara. Mereka juga bisa megurus diri sendiri terkait dengan kebersihan badan. Namun, mereka sama sekali sangat susah menerima pelajaran baik yang bersifat kognitif-intelektual maupun keterampilan, sehingga tidak dapat hidup secara fungsional dan bermakna dalam masyarakat.
Anak-anak ini adalah bagian dari keluarga besar keindonesiaan. Bersama-sama anak-anak lain yang mengalami berbagai kekurangan dan hambatan, mereka harus mendapat perhatian agar tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga dan masyarakat. Ketepatan dan kecepatan respon pemerintah dan masyarakat untuk membantu mereka sangatlah diharapkan. Sebab,
EFEKTIVITAS DAN KEBERMAKNAAN PERAN PEMERINTAH ANTARA LAIN DIUJI PADA KEMAMPUAN MELAYANI ANAK-ANAK BERMASALAH DALAM TUMBUH KEMBANG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
setiap komentar yang masuk akan terkirim secara langsung ke alamat email pribadi Bapak DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd