Filsafat itu menyenangkan, mengasyikkan, menantang, dan tidak harus sulit. Saat melantunkan, kemana? Kemana? Kemana? Ku harus mencari kemana? Sebenarnya Ayu Ting Ting sedang berfilsafat. Bila yang dicarinya adalah Kekasih Sejati, Tuhan Yang Maha Kasih. Sebab salah satu topik hangat dalam filsafat adalah filsafat Ketuhanan dan Metafisika yang secara sistematis dan mendalam membahas keberadaan Tuhan.
Jangan pernah berfikir bahwa filsafat itu hanya urusan segelintir orang sangat cerdas atau jenius yang dengan serius mengerahkan kecanggihan berfikirnya untuk mencaritemukan hakikat segala sesuatu.
Perhatikan dengan seksama orang yang putus cinta, bahkan ABG sekalipun. Tiba-tiba mereka jadi filsuf. Sejumlah pertanyaan seperti dimuntahkan dari mulutnya. Semua pertanyaan itu sangat fundamental, amat filosofis. Orang yang putus cinta akan bertanya dan mempertanyakan, apa arti hidupku? Apakah arti cinta? Apakah masih ada arti hidup di dunia? Apa arti kesetiaan? Apa makna pengorbanan? Apa makna menjadi manusia? Mengapa manusia harus menderita? Apakah kebahagiaan itu? Apa makna hubungan antarmanusia? Apakah sesama manusia masih bisa dipercaya? Mengapa cinta melahirkan penderitaan? Apakah hidup pantas dipertahankan bila cinta telah pergi? Apa masih ada makna hidup tanpa cinta? Dan sejumlah pertanyaan fundamental lainnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang pernah diajukan dan dijawab oleh Socrates, Aristtoteles, Lao Tse, Kong Hu Chu,Sidartha Gautama, David Hume, Imanuel Kant, Nietsche, Heidegger, Al Ghazali, Attar, Rumi, dan hampir semua filsuf dari segala zaman.
Kondisi ini beda betul dengan orang yang sedang kasmaran atau jatuh cinta. Kala kasmaran, biasanya orang tiba-tiba jadi penyair. Ia dapat mencipta untaian kata yang indah penuh pesona, pujian, harapan, dan cerita kebahagiaan. Keinginan untuk bertanya atau mempertanyakan dikalahkan oleh penerimaan dan rasa bahagia.
Cermati pula kanak-kanak yang suka bertanya dan kadang sering mengajukan pertanyaan yang seakan tak berujung. Acap kali orang tua atau orang dewasa kehilangan kesabaran untuk menjawabnya, yang kemudian menimbulkan kejengkelan dan kemarahan. Kita jarang menyadari bahwa kemarahan kita telah membuat kanak-kanak itu merasa bahwa bertanya itu tidak menyenangkan dan berbahaya. Jangan-jangan, kitalah yang telah memberangus daya kritis mereka karena mereaksi pertanyaan dengan kemarahan. Akibatnya saat sekolah dan kuliah, sulit sekali mendorong mereka bertanya apalagi mempertanyakan.
Kebiasaan kanak-kanak bertanya dan mempertanyakan sebenarnya menegaskan bahwa secara potensial semua manusia bisa berfilsafat. Bahkan dalam kondisi tertentu ia mempraktikkan cara kerja paling fundmental filsafat yaitu bertanya dan mempertanyakan.
Hakikinya filsafat itu adalah bertanya dan mempertanyakan. Memberi tanda tanya pada semua pernyataan. Meletakkan pertanyaan di akhir kalimat berita. Mari kita coba dengan lagu Indonesia Raya.
Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku?
Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku?
Jadi terasa beda, kan? Ada rasa gimana, gitu. Mungkin malah ada yang mulai marah. Filsafat memang bisa memancing rasa marah. Sebab dengan bertanya dan mempertanyakan, apapun bisa dibongkar sampai ke akar-akarnya. Itulah sebabnya filsafat biasa disebut cara berfikir yang radikal. Radikal itu berasal dari kata radix yang artinya akar.
Bila ingin menghayati lebih dalam makna filsafat marilah pejamkan mata sejenak. Bayangkan benda-benda di sekitar kita yang bentuknya menyerupai tanda tanya. Apa saja? Kail atau mata pancing, celurit, gancu, kuping panci, gagang pintu, dan banyak benda lain.
Benda-benda itu bisa tunjukkan cara kerja filsafat. Kail berfungsi dengan cara dilemparkan ke kedalaman, ditunggu dengan sabar, baru ditarik ke luar. Filsafat melalui bertanya dan mempertanyakan menelusuri, menjangkau, dan menyusup ke kedalaman untuk kemudian mengangkat ke permukaan apa yang ada di kedalaman. Dengan demikian menjadi jelas apa yang tersimpan di kedalaman itu.
Tengoklah bagaimana celurit bisa digunakan untuk membersihkan ilalang, rumput yang tumbuh liar, agar bunga-bunga yang indah di taman dapat terlihat nyata di depan mata. Begitulah filsafat, dengan bertanya dan mempertanyakan bagai celurit membersihkan semua ilalang dan kotoran fikiran serta nalar, sehingga kebenaran tampak jelas di mata fikiran.
Gancu adalah alat yang digunakan para pemulung untuk membongkar sampah agar bisa mendapatkan barang-barang berguna yang masih bisa dijual. Bagai gancu, filsafat melalui bertanya dan mempertanyakan, membongkar semua sampah dalam paradigma, keyakinan, asumsi, dan postulat yang berbaur campur, agar ditemukan makna terdalam segala sesuatu. Bayangkan susahnya saat mengangkat panci panas yang penuh masakan bila tak ada kupingnya yang berbentuk tanda tanya. Seperti kuping panci, filsafat bisa menjadi pegangan untuk dengan tenang, jernih, dan hati-hati melakukan analisis kritis terhadap berbagai masalah. Seperti gagang pintu, filasafat mampu membuka semua pintu yang tertutup oleh dogma, ideologi, dan mitos.
Tidak aneh bila tidak sedikit orang yang takut, khawatir dan merasa terancam oleh kehadiran filsafat. Karena filsafat punya kecenderungan membongkar, merajangcincang, dan membuka semua yang dianggap mapan, pasti, dan kesimpulan akhir. Bagi filsafat tak ada simpulan akhir, paling tinggi adalah tesis atau hipotesis yang harus dibongkar dengan antitesis agar dilahirkan sintesis. Dan setiap sintesis adalah tesis baru yang dipehadapkan pada antitesis, demikian seterusnya.
Bila ingin merasakan betapa filsafat itu menyenangkan, mengasyikkan dan menantang cobalah ajukan lima puluh pertanyaan tentang kentut. Biasanya gampang membuat pertanyaan satu sampai sepuluh, bisa diselesaikan dengan cepat. Yang muncul adalah pertanyaan biasa, pertanyaan sehari-hari seperti apakah kentut itu? Mengapa disebut kentut? Mengapa kentut keluar dari lubang dubur? Apa yang menyebabkan kentut bau? Apakah hewan juga kentut?
Pertanyaan sebelas sampai dua puluh, biasanya mulai agak melambat, dan pertanyaan yang muncul mulai bersifat analitis yang kerap diajukan dalam ilmu pengetahuan. Beberapa pertanyaan yang sering muncul adalah, unsur apa saja yang terdapat dalam kentut? Apakah makanan mempengaruhi bau kentut? Adakah korelasi berat badan dengan kentut? Bagaimana proses terjadinya kentut? Adakah perbedaan kentut orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih? Apakah kentut orang yang hidup diempat musim sama dengan yang hidup didua musim? Apa yang terjadi jika orang tidak bisa kentut? Benarkan makan telur bisa membuat kentut lebih terasa aromanya?
Umumnya pertanyaan dua puluh satu sampai lima puluh biasanya mulai liar, ngaco, ngasal, inovatif, provokatif, tak terduga, lucu, dan boleh jadi sangat mendalam. Artinya orang mulai berfilsafat. Pertanyaan yang bisa muncul adalah, bisakah membuat kentut warna-warni? Mungkinkah menciptakan pembangkit listrik tenaga kentut? Apa jadinya bila orang di seluruh dunia kentut pada saat yang bersamaan? Apakah mungkin membuat orkestra kentut? Apakah malaikat kentut? Apakah mungkin diciptakan robot yang bisa kentut? Mengapa Tuhan menciptakan kentut? Apa makna kentut bagi keberadaan manusia?
Dengan bertanya dan mempertanyakan, filsafat memungkinkan kita untuk mencaritemukan pertanyaan-pertanyaan fundamental yang tepat dan benar. Mengapa pertanyaan? Karena dalam filsafat merumuskan pertanyaan yang tepat dan benar adalah awal untuk mendapatkan jawaban yang tepat dan benar pula. Dengan demikian,
FILSAFAT ADALAH UPAYA MENCARITEMUKAN HAKIKAT SEGALA SESUATU MELALUI BERTANYA DAN MEMPERTANYAKAN.
Firman Surahman P.IPS B 2013
BalasHapusAssalamualaikum...
Filsafat memang sebuah kajian yang mampu mencari hakikat segala sesuatu. Apakah semua pertanyaan bisa disebut sebagai sebuah filsafat ? Contohnya adalah ketika mempertanyakan pelajaran matematika. Jika memang benar, apakah yang semua ilmu bisa jelaskan secara filsafat ? Tidak meyakinkan bagi saya jika semua ilmu bisa dijelaskan secara filsafat, kemarin bapak menjelaskan tentang dua karakterisik ilmu yakni rasional yang diutarakan oleh Plato dan empiris yang diutarakan oleh muridnya Aristoteles. Dan bapak juga menjelaskan tidak semua ilmu bisa dijelaskan hanya dengan gagasan dan pengalaman indera. Lalu fungsi sebenarnya filsafat apa ? Dan kenapa banyak mahasiswa bahasa tidak mampu menafsirkan filsafat dengan baik ? Banyak kasus yang ditemukan mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa memilih tidak menganut agama apapun (ateis) setelah mempelajari filsafat ? Padahal mereka yang mendapat porsi lebih mengenai filsafat ? Ini memang sebuah ironi dalam sebuah akademik. Mungkin ketidak hati-hatian kita dapat membuat paradigma mengenai filsafat membuat kita salah jalan. Terimakasih pak, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan. Wassalamualaikum...
Assalamu'alaikum wr.wb
BalasHapusSaya shaiba ayu widyawati p.ips reguler B.
Berfilsafat dengan kentut ini membuat saya tersenyum sendiri ketika membacanya. Karena bapak pun melakukannya pada kelas saya, tepat pada pertemuan pertama mata kyliah filsafat kami semua di perintah untuk menuliskan pertanyaan tentang kentut
Sebanyak 35 buah sontak kami tertawa terbahak-bahak karena perintah itu. Bingung ketika kami semua sudah mulai menuliskan pertanyaan pada no 15 dan seterusnya,karena sesungguhnya kita sedang berfilsafat kita sedang menjadi seorang filsuf yang mempertanyakan tentang kentut. Membongkar kentut secara dalam, karena dengan berfilsafat sesungguhnya kita diajarkan untuk berpikir kritis terhadap suatu hal apalagi kita ini anak ips yang memang seharusnya mesti peka terhadap apapun terutama kejadian sosial masyarakat. Namun pertanyaannya, bagaimana menumbuhkan sifat kritis pada diri kita? Bukankah memang sepantasnya kita sebagai mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis? Banyak mereka-mereka yang berpikir kritis namun sering sekali jaka sembung bawa golok, ngalor ngidul keluar pada pokok pembahasan, bagaimanakah mencegah situasi seperti itu agarbtifak terjadi pada kita? Apakah berpikir ktitis bisa dimulai pada kemampuan kita mempertanyakan segala sesuatu terutama pada pasangan yang sedang
berpacaran? Apakah kemampuan bertanya tentang kegiatan apa saja yang dilakukan pasangannya itu termasuk kemampuan berfilsafat atau berpikir kritis?
Saya Fani Novi Alvianta kelas P.IPS 2013 B
BalasHapusDari tulisan bapak yg saya baca. Bertanya dan ditanya merupakan hal yg sangat risih dan terkadang membuat orang tersinggung. Jangankan ditanya oleh seorang anak kecil yg ingin tahu, ditanya oleh teman sebaya, orang tua terkadang membuat seseorang dapat tersinggung. Contohnya Mau kemana Andi? Pergi dengan siapa? Berapa lama kamu ingin pergi? Pertanyaan-pertanyaan itu yg sering diajukan orang tua ketika anaknya ingin pergi, yg terkadang membuat si anak menjadi jengkel, kesal.
1. Benarkah mempelajari filsafat dapat membuat orang menjadi stress?
2. Mengapa filsafat itu selalu memberikan pertanyaan bukan pernyataan?
3. Apakah orang yang sering berfilsafat memiliki ciri-ciri khusus?
Dalam tulisan ini arti filsafat sangatlah kental dengan bertanya dan mempertanyakan. Menurut saya tulisan ini menghasut para pembaca untuk mengartikan ilmu filsafat adalah ilmu untuk mempertanyakan segala hal, dengan kentut sebagai objeknya. Makna dari berfilsafat dengan kentut pun tidak ada.
BalasHapusNama : Pathurochmah
BalasHapuskelas : P.IPS Reguler B 2013
Berfilsafat dengan kentut, sebuah filosofi yg menarik. Berbicara mengenai filsafat seperti yg bapak jabarkan adalah kesenian dalam bertanya. Tidak pernah ada batasan untuk sebuah pertanyaaan, tp ada saatnya pertanyaaan itu tidak sepatutnya dipertanyakan. Seperti masalah kaidah atau pedoman hati. Itu kaitanya dengan manusia dengan Tuhannya sendiri. Sedangkan berbicara tentang kentut, kentut adalah sesuatu yg pasti setiap manusia mengalaminya dan sering dilakukannya. Semua manusia membutuhkan kentut sama halnya manusia membutuhkan filsafat karena dengan bertanya kita dapat lega mengatahui sesuatu dan sama leganya ketika mengeluarkan kentut.
pertanyaaan
1. Pikran kita itu sangat liar, apa jadinya jika pikiran itu terlalu banyak mempertanyakan segala sesuatu yg ada? Bukankah itu hanya akan membuat si pelakunya kebingungan sendiri?
2. Mengapa pradigma yg berkembang di masyarakat mengenai filsafat menjadi begitu rumit?
3. Filsafat menjadikan setiap orang menjadi lebih kritis, namun sifat yg selalu mengorek dan tdk puas apakah membuat pandangan orng terhadap para ahli filsafat sebagai orng yg nyeleneh?
Nama : Pathurochmah
BalasHapusKelas : PIPS Reguler B 2013
berfilsafat dengan kentut sebuah filosofi yang menarik . berbicara mengenai filsafat seperti yang bapak jelaskan adalah kesenian dalam bertanya. tidak pernah ada batasan untuk sebuah pertanyaan tp ada saatnya pertanyaan itu tidak sepatutnya untuk dipertanyakan seperti masalah aqidah atau keyakinan hati. karena itu kaitanyya manusia dengan Tuhannya masing-masing. sedangkan berbicara mengenai kentut adalah sesuatu yang ringan yang biasa kita keluarkan setiap hari. semua manusia membutuhkan kentut, sama halnya manusia membutuhkan pertanyaan-pertanyyan dalam hidupnya. kelegaan setelah melepaskan kentut sama leganya ketika semua pertanyaan-pertanyaan itu terjawab.
pertanyaan
1. pikiran itu sangat liar, apa jadinya bila pikiran utu mempertanyakan segala sesuatu yang ada. bukankah itu akan membuat yg berfikir menjadi kebingungan endiri?
2. mengapa pradigma yang berkembang mengenai filsafat menjadi begitu rumit? padahal filsafat kan hanya bertanya
3. filsafat menjadikan setiap orang menjadi lebih kritis, namun sifat seperti ini apakah disebut dengan nyeleneh?
Komentar kritis BERFILSAFAT DENGAN KENTUT :
BalasHapusBerfilsafat itu adalah suatu unsur mempertanyakan sesuatu yang dianggap masih perlu untuk di ungkapkan atau di bngkar, berfilsafat tidaklah harus mempunyai otak yg cerdas dan hebat, karena hakikat filsafat hanyalah bertanya, bertanya dan bertanya. Bila kita berfilsafat dengan pengandaian “kentut”, maka sangatlah sulit bagi ilmu untuk bisa menjawab dari beberapa pertanyaan akan hal tersebut. Ilmu tidaklah berfungsi dalam hal ini, ilmu tidak dapat mengungkapkan secara konkret bentuk dari kentut, proses bekerja kentut dan lain-lainnya. Karena kentut sangatlah abstrak untuk digambarkan dan diinterpretasikan dengan akal logika saja. Tetapi harus memerlukan sebuah empirisme/pengalaman tersendiri dahulu. Karena dengan bertanya atau berfilsafat maka akan ditemukan suatu jawaban yang lebih tepat dan benar , sesuai dengan sifat / kebenaran ilmu yaitu probabilistik, tentatif, dan relatif.
Pertanyaan :
1. Mengapa ilmu tak dapat mengungkapkan apakah itu kentut dan bagaimana proses kerja kentut di dalam perut ?
2. Apakah dengan berfilsafat maka akan ditemukan jawaban yang tepat, benar dan sesungguhnya ?
3. Kalau begitu, bagaimanakah cara kita menginterpretasikan “kentut” jika ilmu tidak bisa menemukan dan menggambarkan akan hal tersebut ?
Komentar kritis KECIL-KECIL MEMATIKAN :
Manusia sering kali acuh dan mengabaikan terhadap hal-hal yang kecil dan sepele , padahal jika kita melihatnya, justru hal-hal yg kecil itulah yang nantinya akan menjadi besar dan banyak. Tanpa disadari atau tidak manusia hampir setiap hari di tunggangi oleh yang namanya “kuman”. Namun manusia tak dapat menjelaskan nya dengan baik dan benar mengapa virus itu bisa hinggap dan menempel di setiap tubuh manusia, inilah yang sungguh ironis, ada orang yang mengganggap bahwa dengan suatu pemikiran dan ilmu pengetahuan maka virus kecil itu dapat diatasi , namun kenyataanya tidak , manusia tidak dapat menunjukkan bagaimana virus itu bisa masuk,datang, dan dengan cara apa diatasinya, dan untuk mengatasinya manusia perlu melakukan percobaan-percobaan vaksin yang nanti akan menghasilkan obat yang ampuh untuk menangani virus tersebut.
1. Adakah seseorang yang pernah melihat benda kecil (virus) ini ?
2. Mengapa ilmu tak mampu mengungkapkan, kenapa virus itu bisa datang, masuk dan membahayakan di dalam tubuh kita ?
3. Bila kita melihat dari sudut pandang empirisme, apakah virus itu bisa kita rasakan di dalam tubuh kita ? jika iya, bagaimana rasanya ?
Komentar kritis KETIDAKTAHUAN KITA :
Secanggih apapun alat dan perlengkapan medis untuk membunuh dan memberantas kuman ,sehebat apapun teknologi yang di pakai oleh manusia, dan sehebat apapun dokter atau proesor yang memeriksanya, akan tetapi semua itu tidak berdaya dan tak ada gunanya, makhluk yang sangat duper kecil itu tak akan bisa kita lihat dan di jangkau oleh mata kita. Namun apakah kita menyadari akan sesuatu hal yang tidak kita ketahui ? ya, itulah virus. Yang kapan saja dan dimana saja sewaktu-waktu dapat membunuh kita. Bila kita melihat dengan pandangan Rasionalisme akan masalah ini maka sangatlah mustahil untuk bisa mengetahui, bila kita menggunakan pandangan empirisme akan apa yang kita lihat juga sangatlah mustahil, dan apalagi jika kita menggunakan aliran positivisme.semua tidak ada yang tahu , yang tahu hanya Tuhan Yang Maha Kuasa.
1. Mengapa manusia tidak mengetahui persis apa yang terjadi di dalam tubuhnya ?
2. Mengapa ilmu pengetahuan tidak mampu memecahkan masalah seperti ini ?
3. Adakah peran ilmu dalam menanggapi masalah ini ?
4. Mengapa empirisme (pengalaman panca indera) tidak berlaku dalam hal ini ?
5. Adakah keterkaitan antara sesuatu yang tidak kita ketahui dengan sesuatu yang tidak kita lihat ?
?????? tanda tanya? menggali, mengkaji, menelaah semua persoalan maupun hal lainnya.
BalasHapus? mencari artian segalanya yang tidak kita ketahui untuk mengetahui kepastian itu.
pertanyan :
1. apakah dalam berfilsafat kita sebagai manusia akan terpenuhi hakikatnya?
2. apakah ketenangan jiwa dapat kita cari dengan filsafat?
3. mengapa filsafat memberi kemungkinan untuk kita berubah dalam berfikir?
Hakikinya filsafat itu adalah bertanya dan mempertanyakan. Yaa ternyata semua orang bisa berfilsafat. Apapun bisa dipertanyakan. Dari sesuatu hal kecil dan spele sekalipun bisa menjadi sebuah pertanyaan yang dapat dipertanyakan secara mendalam. Bahkan dari pertanyaan tersebut bila dicari jawabannya akan mendapatkan informasi yang berguna. Dan biasanya informasi yang kita dapat tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun terkadang kita sulit untuk mengasah daya kritis kita dalam bertanya. Bagaimana ya pak cara kita untuk mengasah daya kritis kita dalam bertanya tersebut? Bahkan kerap kali di dalam kelas misalnya, banyak murid yang merasa kurang percaya diri untuk bertanya atau menyampaikan sesuatu, faktor apa saja yang menghambat itu? Serta bagaimanakah solusi untuk mengatasinya?
BalasHapusFidayanti Afrilia Putri
P.IPS B 2013 (4915133422)
Maulida Nurul Atikah
BalasHapusPIPS Reguler B 2013
4915137155
memang kerap seseorang yang terlalu banyak bertanya terkesan dia pura-pura tidak tahu atau benar-benar dia tahu. akan tetapi mungkin berfilsafat itu juga harus dalam batasan-batasan yang ada dan juga yang sewajarnya saja. seperti halnya jangan mempertanyakan atau mempersoalkan tentang keyakinan. karna halnya keyakinan itu adalah hanya sesuatu hal yang memang harus di yakini oleh setiap orang.
pertanyaan :
1. adakah orang yang selama hidup didunia dia tidak berfilsafat?
2. bagaimana bentuk kentut?
3. bagaimanakah sikap seseorang yang tidak pernah berfilsafat?
4. apakah kentut itu dosa?
5. bagaimana rasa kentut jika dikonsumsi?
Nama: Yulinda Indah Pramesta
BalasHapusNo reg: 4915133440
Dari tulisan bapak tentang berfilsafat dengan kentut ini saya memahami bagaimana filsafat itu ternyata rumit. Mengapa rumit? karena berisi dengan berbagai pertanyaan yang dari masuk akal sampai yang tidak masuk akal ditanyakan dalam filsafat. Namun berpikir dengan pola filsafat sangatlah mudah dan mengasyikan. Filsafat mengasyikan karena filsafat tidak mengekang kebebasan kita dalam berfikir. Kita bebas menanyakan hal-hal yang terbenak dalam otak kita. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang nantinya menjawab akar permasalahan suatu masalah dan bagaimana jalan keluarnya.
Tiga hal yang saya tanyakan mengenai tulisan ini adalah:
1. Mengapa terkadang filsafat diawali dengan pertanyaan dan diakhiri dengan pertanyaan?
2. Apakah berfilsafat selalu identik dengan bertanya akan suatu hal?
3. Bila dengan filsafat dapat membongkar suatu permasalahan, maka berarti filsafat dapat digunakan juga untuk mencari pembenaran pak?
Terima Kasih
TIARA INDAH PERTIWI
BalasHapusP.IPS B 2013
menurut saya, memang benar dengan berfilsafat daya fikir kita menjadi luas dan dapat memikirkan sesuatu itu dengan lebih detail. dengan membuat pertanyaan-pertanyaan tentang sesuatu seperti kentut diatas membuat kita berfikir keras dan sangat detail tentang kentut tersebut sampai sampai pertanyaannya tidak masuk akal.
apakah ilmu filsafat dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak masuk akal tersebut?
sebenarnya apakah makna berfilsafat itu?
apakah filsafat digunakan untuk penelitian penelitian tertentu saja?
Muhammad Faris
BalasHapus4915133439
filsafat adalah sebuah ilmu yang mengkaji pertanyaan-pertanyaan, menurut saya dalam tulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah ilmu filsafat haram hukumnya jika tidak ada pertanyaan
1.apakah semua pertanyaan bisa disebut sebuah filsafat ilmu?
2.apa peran filsafat dalam kehidupan kita?
3.kenapa dalam upaya mencari tau hakikat segala sesuatu di sebut filsafat?
Anggi Ratna Furi
BalasHapusP.IPS REG B 2013
Menurut saya tulisan ini sangat baik, penulis berfilsafat hal yang unik yang orang lain sendiri tidak terfikirkan. Namun, bagaimana bila ketika kita berfilsafat justru menyakitkan hati orang ? bagaimana bila kita justru menanyakan apa yang seharus tidak dipertanyakan ? untuk berfilsafat dengan kentut, apakah kentut mampu membantu kita dalam hal pekerjaan atau kegiatan sehari hari ?
Yurida Adlani
BalasHapus4915133397
P.IPS REGULER B 2013
Berfilsafat dengan kentut ? yaa, tulisan yang membahas tentang kelebihan-kelebihan filsafat, yang bagi sebagian orang filsafat merupakan sesuatu yang sangat menyebalkan dan menjengkelkan karena hakikatnya bertanya dan mempertanyakan. Seorang yang sedang berfilsafat, ia akan mempertanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan sesuatu. Walaupun pertanyaan yang dilontarkan sudah dijawab, ia akan terus bertanya. Tentunya dengan pertanyaan yang berbeda namun masih berhubungan dengan hal yang tadi dipertanyakan. Itulah mengapa bagi sebagian orang filsafat adalah ilmu yang cukup menjengkelkan.
Namun bagi orang-orang yang tertarik pada filsafat. Filsafat merupakan anugerah karena dengan berfilsafat kita dapat menggali segala sesuatu yang ingin kita cari. Kita akan terlatih sebagai orang yang kritis.
Pertanyaan :
1. Apakah orang-orang yang sering bertanya dapat dikatakan sebagi seorang filsafat ?
2. Apakah ketika kita bertanya, kita sedang melakukan kegiatan berfilsafat ?
3. Mengapa filsafat dihadirkan sebagai ilmu ?
4. Apakah filsafat diajarkan disegala jurusan ?
Titin watini
BalasHapusP.IPS B 2013
Filsafat merupakan mempertanyakan segala sesuatu untuk mencari dan menemukan hakikat segala sesuatu. dari kutipan tulisan berfilsafat dengan kentut "filsafat itu menyenangkan, mengasyikkan, menantang, dan tidak harus sulit. Jangan pernah berfikir bahwa filsafat itu hanya urusan segelintir orang sangat cerdas atau jenius yang dengan serius mengerahkan kecanggihan berfikirnya untuk mencaritemukan hakikat segala sesuatu" dari kutipan tersebut saya pernah berfikir bahwa filsafat itu sulit dan hanya orang yang cerdas dan kritis yang bisa mempelajarinya, karena dalam mempertanyakan segala sesuatu itu haruslah secara kritis. untuk mempermudah berfilsafat cobalah ajukan tiga puluh lima pertanyaan tentang kentut hal ini pernah saya lakukan ketika di kelas namun nomor 1 s/d 10 saya mengerjakannya sangat mudah namun nomor selanjutnya sangat sulit dan alhasil banyak pertanyaan aneh dan tidak masuk akal menurut saya padahal terkadang dari hal tersebut kita sedang berfilsafat, namun bagaimana agar kita percaya diri atas pertanyaan yang telah kita ajukan dan menurut kita pertanyaan tersebut aneh ? mengapa berfisafat itu harus berupa tanda tanya ? lalu bagaimana agar kita berfikir kritis terhadap pertanyaan yang kita ajukan ?
Aulia Komala (4915133428)
BalasHapusP.IPS REG B 2013
Berfilsafat bagi orang awam mungkin memang terlihat susah. Karena berfilsafat memerlukan pemikiran yang sedikit berbeda dari orang biasa. Berfilsafsat juga membuat orang awam takut karena banyak rumor yang beredar bahwa dengan berfilsafat kita bisa menjadi lupa dengan agama kita bahkan sampai gila. Mungkin menurut saya hal ini bisa terjadi, ketika seseorang yang baru melakukan filsafat dengan hal-hal yang cukup sulit lalu mereka tidak bisa menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuatnya maka mereka akan menjadi stress bahkan kehilangan akal. Selain itu ada kesulitan lain ketika memulai berfilsafat, yaitu memunculkan pertanyaan yang mendalam dan dapat mengakar pada suatu masalah.
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara membedakan pertanyaan-pertanyaan yang bisa menjadi sebuah filsafat dengan pertanyaan-pertanyaan biasa?
2. Apakah dengan bersifat bisa menyelesaikan sebuah kasus seperti kasus korupsi?
3. Apa saja yang bisa menjadi landasan untuk melakukan filsafat?
4. Bagaimana cara membuat pertanyaan yang fundamental?
Nama : Gatot Prasetyo
BalasHapusP IPS B
Menurut saya filsafat itu memaknai sesuatu denga teliti sampai ke akarnya dengan bertanya dan mempertanyakannya. apakah anak kecil yang selalu menayakan aneh itu filsafat, kebanyakan orang tua memang jengkel kalo anaknya bertanya terlalu detail dan mulai aneh .
Apakah menurut bapak filsafat itu termasuk pertanyaan anak kecil yang bertanya secara detail dengan apa saja ?
apakah filsafat harus selalu menggunakan pertanyaan yang banyak ?
kenapa berfilsafat harus menggunakan pertanyaan sampai 50 atau lebih padahal menurut saya banyak pertanyaan yang tidak masuk akal ?
Nama: Anisa Rizki Musdalifa
BalasHapusP.IPS REG B 2013
Setelah saya membaca tulisan bapak yang berjudul "berfilsafat dengan kentut" itu,saya sangat tertawa membacanya. Memang berfilsafat itu sangatlah sulit.
Pertanyaan:
1. Bagaimana cara berfilsafat dengan baik dan benar?
2. Apakah dengan berfilsafat kita bisa menemukan ide yang benar?
3. Mengapa terkadang mahasiswa itu susah mengartikan apa arti filsafat itu?
Raka Rosadhi Putra
BalasHapusP IPS B 2013
4915133412
Berfilsafat dengan kentut. Sebuah judul yang sangat lucu bagi segelintir orang dan termasuk saya sendiri. Sebuah judul yang menurut saya sangat aneh yang sama sekali tidak terfikirkan bahwa karya ini lahir seorang DR. Nusa Putra, S.Fil, M.Pd. Seorang manusia yang gelarnya saja sudah lebih panjang dari namanya sendiri (koma dan titik dihitung). Tapi ada satu pepatah yang berbunyi "Jangan sekali-kali menilai sesuatu dari luarnya saja." Tulisan bapak ini membuka mata saya dan mungkin mata banyak mahasiswa untuk tidak takut untuk bertanya. Tetapi menurut saya, dalam bertanya ada hal yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan. Seperti pertanyaan "apakah tuhan itu ada?" dari pertanyaan itu akan berakar menjadi "jika tuhan ada, siapa yang menciptakan tuhan?" dan akan akan terus seperti itu menjadi hipotesis lalu akan ada yang namanya antitesis dan seterusnya. Kadang pertanyaan seperti inilah yang membuat sebagian masyarakat yang mempelajari ilmu filsafat menjadi tidak percaya adanya tuhan atau atheis. Pada zaman sekarang ini, filsafat harus dibatasi, karena mau tidak mau kita sudah lahir dalam dunia yang memiliki "keseimbangannya" sendiri, ada yang namanya hukum, norma, dan agama. akan sangat sulit untuk melakukan sebuah perubahan bahkan menurut saya sangat tidak mungkin.Tetapi bukan berarti kita tak perlu bertanya, tapi harus ada batas-batasnya. Bertanya merupakan poin sangat penting dalam pendidikan. Jika anda bertanya mungkin anda akan terlihat bodoh, tetapi jika anda tidak mau bertanya, anda akan bodoh selamanya.
Ada beberapa pertanyaan di benak saya,
1. Apakah filsafat itu sunguh perlu untuk di praktekan? Bukankah di dunia ini ada hal yang baik untuk diketahui dan ada hal yang lebih baik tidak diketahui
2. Mengapa orang-orang ingin mempelajari filsafat? Bukankah lebih baik kita tunduk saja pada sistem yang sudah ada atau bahasa kasarnya "gausah banyak tanya"
3. Jika anda menjawab "ya" atau "perlu" pada pertanyaan kedua saya, apakah anda siap untuk memperjuangkannya? Tidak hanya otak yang dibutuhkan dalam mencapai sebuah perubahan, terkadang harus ada darah yang jatuh. Coba pikirkan lagi dan jawab pertanyaan kedua saya.
Yolla Rachmaan Ismatullah P.IPS B 2013
BalasHapusDari tulisan ini memberikan banyak pengetahuan tentang apa itu filsafat. Saya pikir filsafat hanya bisa dilakukan oleh para ilmuan-ilmuan saja. Ternyata jika kita sadari banyak hal yang bisa kita filsafatkan. Benda-benda yang sederhana pun bisa difilsafatkan apalagi kentut dengan memulai merumuskan beberapa pertanyaan. Dengan filsafat kita dapat mengetahui jawaban yang benar dan tepat.
Mengapa filsafat tidak mengambil kesimpulan akhir?
Bagaiamana membuktikan kebenaran filsafat?
Apakah filsafat hanya membuat beberapa pertanyaan saja?
assalamualiakum wr.wb
BalasHapussaya nur muhammad
p.ips b 2013
lucu emang membaca judul nya hingga mengocok perut saya.
terkadang mendengar kata filsafat dalam benak kita itu sudah berasumsi negatif. banyak orang mengatakan bahwa para filsuf itu ialah dianggap sesat bahkan filsafat pun sudah banyak yang menganggap ateis, liberal dan komunis seperti kejadian beberapa teman saya jurusan filsafat maupun sosiologi mereka rela meninggal kan bajunya (agama).seperti apa yang pernah bapa katakan bahwa memang filsafat itu sudah menjadi kodrat manusia. karena mempertanyakan dari yang mudah hingga tersulit seperti mempertanyakan kentut yang tadi bapa tuliskan.
saya ingin mempertanyakan 3 hal yaitu:
1.bagaimanakan cara kita merubah paradigma tentang filsafat yang berasumsi negatif tersebut?
2. apakah filsafat itu memiliki titik lemah? jika ada dimanakan titik lemah tersebut ?
3.apa kontribusi filsafat untuk negeri ini?
HIMAWAN WIGUNA
BalasHapusP.IPS REG B 2013
komentar saya tentang tulisan "BERFISAFAT DENGAN KENTUT" menurut saya kita harus mengerti terlebih dahulu apa itu arti filsafat. setelah itu baru kita bisa berfilsafat dengan suatu hal. pertanyaan untuk sebuah penyataannya selain kita harus kritis kita juga harus mempertanyakan suatu hal yang logis.
pertanyaan:
1.apakah ada ciri-ciri khusus untuk pernyataan agar bisa dibuat filsafat?
2.hal apa yang dapat diambil dari berfilsafat dengan kentut?
3.apa yang dimaksud pertanyaan fundamental?
Beberapa orang berpendapat filsafat itu rumit namun tidak bagi saya.karena filsafat kita dapat mengetahui kebohongan seseorang,dengan melontarkan pertanyaan sebanyak mungkin kita dapat menguji konsistensi seseorang yang kita sedang uji kebohongannya.
BalasHapusFilsafat juga dapat memberikan kejelasan lebih tentang suatu hal.
1.Apakah filsafat selalu identik dengan pertanyaan?
2.Dapatkah filsafat dikaitkan dengan ilmu lainnya?
3.Bagaimana cara berfilsafat yang baik dan benar?
Devy Novianti
BalasHapusP.IPS Reguler B
4915133402
Sebenarnya setiap orang pasti pernah berfilsafat. Akan tetapi mereka tidak mengerti arti dan cara berfilsafat seperti apa, sehingga mereka sendiri tidak menyadarinya. Berfilsafat berkaitan dengan orang-orang yang kritis yang selalu bertanya tentang hakikat sesuatu. Otak mereka selalu berputas, selalu berfikir untuk terus mencari sebuah pertanyaan yang masuk akal maupun yang tak masuk akal sekalipun.
Mengapa berfilsafat tidak dengan pernyataan? Apakah kita harus mengalami kejadian dahulu baru kita dapat berfilsafat? Mengapa berfilsafat berhubungan dengan pemikiran orang yang kritis otaknya?
Nama : Nur Cholis A.S
BalasHapusP.IPS B 2013
NIM :4915137156
Kentut,merupakan salah satu cara manusia bereksresi untuk menjaga kesehatan dan kestabilan tubuh.Tidak hanya itu,ternyata kentut juga dapat dijadikan salah satu bahan untuk berfilsafat.Apabila seseorang kentut dikeramaian maka aka nada pula orang yang bertanya-tanya siapakah yang kentut ? ia bertanya kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain,dan orang yang kentut secara diam-diam tadi akan mulai terancam harga dirinya karena malu dan takut ketahuan.Begitu pula dengan ilmu filsafat yang didasari dengan beragam bentuk pertanyaan kritis dan menjadi suatu ancaman akan hal-hal yang belum terungkap sebelumnya.Disana dituliskan bahwa filsafat adalah mencaritemukan hakikat segala sesuatu malalui bertanya dan mempertanyakan,itu adalah suatu hal yang kritis yang tentunya dapat dilakukian oleh manusia,tapi mengapa banyak manusia yang tidak berfikir dan bersikap secara kritis ? mungkin karena manusia itu sendiri yang membatasi dirinya,atau mungkin malas,dan bias juga hanya menginginkan sesuatu yang instan saja.Jika kita lihat di pagi hari,siang atau malam maka sangatlah banyak sekali manusia yang berlalulalang dengan kesibukannya sendiri dan tidak terlihat keperdulian tentang apa yang terjadi disekitarnya.Apakah manusia hanya sekedar tumbuh,belajar,bekerja,manikah,dan kemudian mati ? Tentunya hidup tidaklah sesederhana itu,dengan berfilsafat dan berfikir kritis kita dapat melihat jauh lebih luas dibandingkan orang yang tidak melakukannya.
PERTANYAAN
1.Sejauh manakah seseorang mampu berfilsafat ?
2.Apakah orang yang berfilsafat selalu memiliki pertanyaan yang belum terjawab ?
3.Bagaimana jika suatu hal tidak dapat diketahui atau ditemukan dengan berfilsafat ?
Ketika mendengar kata "filsafat" terlintas sesuatu yang negatif. Hal ini bisa terjadi karena kegagalan mendapatkan jawaban yang pasti kemudian muncul perasaan frustasi dan kecewa. Semua orang pasti berfilsafat. Cara termudah untuk memahami filsafat adalah dengan berfilsafat. Dengan berfilsafat wawasan ilmu kita akan bertambah luas. Pentingkah kita berfilsafat? Apa mafaat yang di dapatkan dari berfilsafat? Apakah filsafat mempunyai kelemahan?
BalasHapusDinny Mayangsari
BalasHapus4915137150
P.IPS B 2013
Filsafat adalah sebuah ilmu yang mengkaji untuk mencari tahu atau menjawab pertanyaan asal-asal usul dari sesuatu. Bahkan boleh jadi, kita hanya akan tetap berada dalam kebingungan akan tanda tanya karena tidak menemukan jawabannya.
Tetapi pada dasarnya filsafat memang berfungsi untuk merubah pikiran seseorang yang dari tidak tahu menjadi tahu. Yang apatis menjadi kritis. Tetapi tidak semua hal bisa di pecahkan secara filosofis.
Permasalahan :
Saya mempunyai 2org teman. seorang pria dan seorang wanita. Mereka beragama islam. Mereka mengambil jurusan filsafat. Yang satu di UGM, yang satunya entah saya lupa dimana. Setelah 2th mereka belajar filsafat, mengapa mereka menjadi semacam orang yang tidak beragama muslim? Saya melihat mereka menjadi apatis terhadap agama islam. Bahkan mereka seringkali mengkritik para ulama dan mengkritik suatu masalah agama dengan berbagai pendapat secara ilmu filsafat. Mereka seperti menyamaratakan semua agama, maksud saya seolah tidak ada hukum yang berbeda antara agama islam dengan agama lainnya. Contoh : di dalam agama islam di haramkan memakan daging anjing atau babi. Sedangkan di kristen boleh-boleh saja. Tapi seolah hal seperti itu tidak ada. Yang menjadi pertanyaan saya adalah :
1. Apakah orang-orang yang belajar filsafat selalu berakhir dengan apatis terhadap hukum agama?
2. Apakah di filsafat mengajarkan kita untuk menyetarakan hukum antara agama yang satu dengan agama yang lainnya?
3. Apakah kasus yang terjadi pada teman saya juga terjadi dikalangan banyak orang?
SITI CHADIJAH
BalasHapusP.IPS B 2013
Kita bisa berfilsafat pada apa saja. Jangan marah bila ada anak yang bertanya tentang sesuatu yang ingin diketahuinnya. Karena berfilsafat membangun daya kritis kita.
1. Bagaimana agar bisa membangun berfikir kritis?
2. Berarti apakah setiap kita bertanya itu sudah bisa disebut kita berfilsafat?
3. Bagaimana kita mencari jawaban atas pertanyaan kita?
Ilmu filsafat menurut saya adalah ilmu yang bisa membuat kepala saya mungkin bisa pecah, ilmu yang selalu menanyakan apa yang tidak pernah ditanyakan. Berfilsafat dengan kentut memberikan contoh bahwa dari kentut saja akan timbul hal-hal baru.
BalasHapus1. Sejauh mana pentingnya filsafat itu ?
2. Mengapa filsafat itu ada ?
3. Apakah benar jika terlalu dalam mempelajari filsafat itu akan menjadikan seseorang itu dianggap oleh orang lain menjadi orang yang agak kurang waras ?
Mendengar kata filsafat seringkali langsung terbayang orang-orang yang bepikiran kritis, liberal, cenderung nyleneh, dan seringkali mempertanyakan yang tidak perlu dipertanyakan. Saat memilih jurusan saat mendaftar sbmptn pun banyak orang-orang yang melarang saya untuk mengambil bidang filsafat. Mereka berkaca pada fakultas filsafat salah satu universitas negeri yang cara mereka berfilsafat terlalu radikal hingga menyimpang dari ajaran agama. Namun yang orang-orang tidak sadari mereka sendiri juga sering berfilsafat. Saat putus cinta seperti yang bapak contohkan misalnya, atau bahkan anak kecil yang selalu mempertanyakan segala yang mereka lihat. Mengapa orang-orang sering salah menafsirkan filsafat sebagai sesuatu yang nyeleneh? Mengapa ada orang-orang yang setelah mempelajari filsafat mereka tidak mempercayai tuhan? Apakah dengan mempelajari filsafat dapat membuat mahasiswa menjadi kritis?
BalasHapusIlham Pamungkas
BalasHapus4915133444
Pendidikan IPS B
Berbicara mengenai filsafat sebenarnya kita hanya bertannya dan mempertanyakan sesuatu entah apa, tapi di dalamnya memiliki makna filosofis yang amat dalam. Pertanyaan yang di ajukan terkesan sepele namun langsung mengenai titik esensi dari sesuatu itu sendiri, untuk itu dalam berfilsafat di perlukan konsentrasi yang cukup eksra dan ketenangan jiwa maka tak sedikit orang yang senang berfilsafat dilakukan pada malam hari, saat suasana hening, dengan pikiran menerka nerka suatu permasalahan, yang cukup dalam esensinya.
1. Mengapa saat mengajukan pertanyaan filsafat selalu diawali dengan “MENGAPA”?
2. Adakah etika-etika tertentu dalam berfilsafat?
3. Mengapa filsafat diadakan dalam kehidupan?
Suci Ramadhaniyati (4915133404)
BalasHapusP.IPS B 2013
Berfilsafat dengan kentut. Hmm, judulnya boleh juga karena menempatkan sebuah judul yang unik dan menarik akan menambahkan daya tarik untuk membaca tulisan ini. Berfilsafat dengan kentut ini memberikan kita sembuah pengenalan tentang apa itu arti filsafat. Pada hakikatnya, filsafat itu adalah sebuah ilmu yang mengakar dan meluas, sehingga apa yang patut dipertanyakan musti dipertanyakan dan mempertanyakan sesuatu yang belum terpecahkan. Filsafat menurut saya selalu berkaitan dengan mempertanyakan sesuatu sehingga memunculkan sebuah pemecahan masalah.
1. Apakah belajar filsafat selalu berkaitan dengan merenung?
2. Bagaimana cara berfilsafat agar menemukan suatu titi pemecahan masalah?
3. Apakah sajakah yang dipelajari oleh para filsuf sehingga memunculkan sebuah pemecahan masalah melalui filsafat?
Nurul Ramadhita P. W
BalasHapus4915133415
P. IPS Reg B 2013
Pada dasarnya filsafat sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-sehari, namun terkadang kita tidak menyadari hal tersebut. Sehingga kebanyakan dari kita cenderung menyalahartikan maksud dari filsafat tersebut. Terkadang dalam berfilsafat sering menimbulkan kesalahpahaman yang menyebabkan terjadinya konflik atau perpecahan. Seharusnya kita dapat lebih berhati-hati dalam berfilsafat.
Pertanyaan:
1. Apakah berfilsafat dalam arti yang sesungguhnya sama dengan bertanya?
2. Apakah ketika kita bertanya tentang hal apa saja sudah dapat dikatakan berfilsafat?
3. Bukankah sesungguhnya semua hal, baru dapat dikatakan filsafat jika memenuhi beberapa kriteria tertentu?
4. Bagaimana caranya supaya kita dapat berfilsafat dengan baik?
5. Bagaimana pandangan bapak mengenai orang-orang yang berfilsafat dengan tujuan yang kurang baik?
Lina Wati P.IPS B 2013
BalasHapusTulisan ini membuat saya lebih paham apa arti filsafat sebenarnya. Karena didalamnya dicontohkan dengan kehidupan sehari-hari mengenai filsafat. Seperti saat putus cinta ternyata orang bisa berfilsafat, juga mengenai kentut. Ternyata kita semua juga bisa berfilsafat.
Pertanyaan ;
1. Siapakah yang menemukan filsafat ilmu?
2. Apakah segala sesuatu yang ada didunia bisa dipecahkan dengan berfilsafat?
3. Bagaimana lahirnya ilmu filsafat ?
Inti dari tulisan bapa yg berjudul "berfilsafat dengan kentut" yaitu mengenai filsafat. ilmu yang secara rinci mengenai ulasan pertanyaan yang menjerumus sampai akar-akarnya.berfilsafat tentu memerlukan pertanyaan yang kritis dan mendalam sehinggsdaa apa yang ingin dicari dapat diketahui kepastiannya?
BalasHapus1. Apakah ilmu filsafat hanya didasarkan pada pertanyaan?
2. Apakah berfilsafat perlu kondisi tertentu ?
3. Bagaimanakah kriteria filsafat yang bermutu?
1. Apakah ilmu filsafat hanya ber
Lina Wati P.IPS B 2013
BalasHapusTulisan ini membuat saya lebih paham apa arti filsafat sebenarnya. Karena didalamnya dicontohkan dengan kehidupan sehari-hari mengenai filsafat. Seperti saat putus cinta ternyata orang bisa berfilsafat, juga mengenai kentut. Ternyata kita semua juga bisa berfilsafat.
Pertanyaan ;
1. Siapakah yang menemukan filsafat ilmu?
2. Apakah segala sesuatu yang ada didunia bisa dipecahkan dengan berfilsafat?
3. Bagaimana lahirnya ilmu filsafat ?
Siti Amellia Rachmah (4915133442)
BalasHapusPendidikan IPS B 2013
Filsafat pada hakikatnya adalah bertanya dan mempertanyakan. Mempertanyakan segala sesuatu secara mendalam dari akarnya. Dengan berfilsafat kita dapat mengungkap, mengupas dan membongkar segala persoalan secara kritis. Rasa keingintahuan kita sering kali muncul jika menghadapi sesuatu yang kita anggap asing, dari situ kita mulai bertanya dan mempertanyakan. Hal tersebut merupakan langkah awal kita dalam berfilsafat. Kebanyakan orang berpendapat bahwa berfilsafat itu merupakan suatu hal yang sulit karena membutuhkan pemikiran yang mendalam mengenai segala sesuatu. Tapi kenyataannya berfilsafat bukan merupakan suatu hal yang sulit, contohnya dengan kita membahas dan mempertanyakan masalah kentut saja sebenarnya kita sudah berfilsafat. Jadi janganlah mengaggap bahwa berfilsafat itu dapat meracuni pikiran kita, membuat kita stress bahkan menjadi gila. Maka awali lah dengan pertanyaan-pertanyaan yang ringan seperti membahas masalah kentut di atas.
1. Mengapa dalam berfilsafat hanya menghasilkan sebuah hipotesis dan bukan merupakan kesimpulan yang jelas?
2. Dalam tulisan di atas dibahas, jangan lah kita membatasi keingintahuan anak-anak yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tak berujung. Bagaimana jika pertanyaan-pertanyaan tersebut berhubungan dengan sesuatu yang belum seharusnya mereka ketahui, misalnya masalah seksual?
3. Sebagai orang dewasa, bagaimana kita menjawabnya? Apakah kita harus berbohong?
4. Bagaimana cara filsafat ilmu dalam menghadapi masalah ini?
Nama : Daniel Pranata
BalasHapusP. IPS B 2013
NIM : 4915133407
Berfilsafat mungkin bagi sebagian orang terdengar aneh, karena mereka beranggapan bahwa orang yang berfilsafat itu memiliki pola pikir yang sulit di mengerti dan selalu berpikir kritis. Orang-orang seperti itu juga cenderung selalu berpikir tentang suatu hal, baik itu masih bisa di mengerti oleh akal sehat ataupun menjadi sesuatu hal yang tidak logis. Seperti contohnya adalah kentut, semua orang pasti berpikiran sama bahwa kentut memiliki aroma yang sangat bau tetapi apakah ada orang yang berpikir bahwa suatu saat nanti kentut tersebut bisa menjadi suatu energi alternatif ? Mungkin bagi sebagian orang tentang pertanyaan tersebut akan berpikir bahwa itu tidak mungkin terjadi tapi lain halnya dengan para filsafat yang selalu berpikir kritis bisa saja hal tersebut terjadi. Itulah yang membedakan pola berpikir orang-orang yang selalu berfilsafat dengan orang-orang yang tidak mengerti tentang filsafat.
Pertanyaan :
1. Apakah dengan berfilsafat selalu dapat menemukan sebuah kebenaran ?
2. Adakah batas-batasan dalam berfilsafat ?
3. Jika pertanyaan no. 2 di jawab dengan "YA" mohon bapak jelaskan mengapa ada batas-batasan dalam berfilsafat ?
NAMA : TEGUH AJI PUTRA
BalasHapusKELAS : P.IPS B 2013
NIM : 4915133436
Filsafat didasari dari beragam pertanyaan kritis yang belum terungkap sebelumnya, filsafat merupakan ancaman bagi orang-orang yang tidak suka berpikir kritis. Banyak kesulitan bagi orang awam untuk memulai belajar mendalami ilmu filsafat sebab mereka takut untuk memulainya. Padahal berfilsafat hampir mereka lakukan sehari-hari meskipun untuk hal yang spele sekalipun untuk mengetahui sebuah informasi dari seseorang.
1. Bagaimana cara mendalami ilmu filsafat?
2. Mengapa ilmu filsafat dapat berhubungan dengan berbagai macam ilmu lainnya?
3. Apakah ilmu filsafat itu sanga penting sehingga di berbagai perguruan tinggi membuka jurusan filsafat?
Agustina Rahmawati
BalasHapus4915133395
P.IPS Reguler B 2013
Filsafat pada hakikatnya adalah bertanya dan mempertanyakan. Berfilsafat biasanya dimulai dari pertanyaan yang sederhana yang biasa ditanyakan oleh orang kemudian menuju ke pertanyaan yang lebih kompleks yang lebih mengundang tanya. dalam berfilsafat orang harus dituntut untuk lebih kritis. pertanyaan-pertanyaan yang biasanya tidak dipertanyakan oleh orang harus mampu dilontarkan oleh para filsafat.
pertanyaan :
1. Apakah kentut membuat kita senang ?
2. Apakah di dunia ada aturan untuk kentut ?
3. Dimana pertama kali ditemukan filsafat ?
Agustina Rahmawati
BalasHapus4915133395
P.IPS Reguler B 2013
Filsafat pada hakikatnya adalah bertanya. Berfilsafat biasanya dimulai dengan pertanyaan yang sederhana yang biasanya sering ditanyakan oleh banyak orang kemudian menuju ke pertanyaan yang lebih kompleks. seorang yang sedang berfilsafat biasanya lebih kritis dalam melontarkan pertanyaan.
pertanyaan :
1. Apakah kentut dapat membuat hati senang ?
2. Apakah di dunia ada peraturan kentut ?
3. Dimana pertama ditemukan filsafat ?
Berfilsafat berarti berparadigma tentang sesuatu atau berpendapat tentang sesuatu hal, berfilsafat juga berarti mengeluarkan ide atau gagasan tentang sesuatu dalam bentuk pertanyaan untuk mengetahui sesuatu hal atau mengokohkan pendapat-pendapat orang yang sedang berfilsafat. Seperti dalam judul berfilsafat dengan kentut ini.
BalasHapusYang jadi pertanyaan disini apakah berfilsafat itu harus di mulai dengan pertanyaan? Bukan kah kalau dalam bentuk pernyataan akan lebih akurat informasi yang didapat. Apakah semua hal yang ada di dunia ini bisa di bentuk sebuah filsafat?. Mengapa dengan berfilsafat kita bisa menemukan jawaban dari sebuah pertanyaan?
Yunita andriyanti PIPS B 2013
RISMA ELISA
BalasHapusP IPS REG B
4915133403
Menurut saya berfilsafat itu selalu dan sering kita lakukan, hanya saja kita tidak menyadarinya, dalam kehidupan ini filsafat selalu ikut andil didalamnya. Filsafat itu selalu dikaitkan dengan orang-orang yang mempunyai pemikiran kritis dan penuh keingintahuan.muncul beberapa pertanyaan dalam pikiran saya : Apakah filsafat itu selalu berhubungan dengan orang yang kritis? bagaimana dengan orang yang tidak kritis ? kenapa banyak orang beranggapan bahwa brfilsafat itu sangat sulit? adakah sisi positif dan negatif dari berfilsafat ? bagaimana cara untuk berfilsafat dengan benar ?
terima kasih
mengapa orang berfilsafat ?? Untuk mencari kebenaran dengan membongkar sampai keakarnya. Berfilsafat seperti jembatan yang membawa kita untuk melihat kebenaran suatu hal. Kebenaran yang didapat dari pertanyaan - pertanyaan. Oleh karena itu, senjata dalam berfilsafat adalah tanda tanya. Tanda tanya mengantarkan pernyataan menjadi sebuah pertanyaan. Itulah yang saya mengerti. Dan hal kedua yang saya dapat yaitu cari tahu kebenaran dari hal - hal yang ada disekitar kita dahulu.
BalasHapusTetapi siapa yang dapat mengesahkan sebuah kebenaran yang merupakan hasil dari filsafat itu?
Nama: Fish Apryandi Jaya A
BalasHapusKelas: Reguler B
PIPS 2013
baiklah, setelah saya membaca dengan sangat teliti memberikan banyak pengetahuan pada saya. Pada dasarnya Filsafat sering terjadi pada kehidupan sehari hari tapi sebagian orang tidak menyadari. sebagian orang berpandangan bahwa yang mampu berfilsafat hanyalah para ilmuan ilmuan besar pandangan itu benar tapi tidak tepat. karena sebenernya di kehidupan sehari hari pun kita sering berfilsafat yaitu dengan cara bertanya adalah salah satu konsep dasar pada filsafat.
Pertanyaan:
1. apakah ada batasan seseorang untuk berfilsafat?
2. bagaimana membuat sebuah pertanyaan yang membuat hasil dari pertanyaan filsafat berbobot?
3. berhubungan dengan kasus kriminal, dapatkah suatu kasus kriminal di selesaikan dengan filsafat?
filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar.Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
BalasHapus1. Apakah filsafat dapat menjawab semua pertanyaan yang ada didunia?
2.apakah saat kita berfilsafat kita harus mengajukan teori teori?
3.apakah ada batasan manusia berfilsafat?
hakimmatul f
p.ips b 2013
Kusumaningdyah (4915133417) pips 2013 b
BalasHapusartikel ini menyadarkan saya, bahwa yg selama ini dilakukan adalah berfilsafat. judulnya menarik. anti mainstream. isinya juga mengundang tawa pada bagian akhir.
pertanyaan:
1. apakah filsafat itu hanya bertanya dan ditanya? lalu menjawab pertanyaan tersebut di sebut apa?
2. apakah semua pertanyaan dalam berfilsafat selalu ada jawabannya?
3. apakah berfilsafat ada batasan umur?
Tarmuji
BalasHapusPIPS B 2013
4915133414
Filsafat. Berfilsafat sejatinya adalah awal untuk menjadi kritis. Dengan
Kita belajar berfilsat maka mulai timbullah pertanyaan-pertanyaan kritis dari kita.
Pertanyaa:
1. Apakah semua bidang membutuhkan filsafat ?
2. Bagaimana cara agar filsafat kita bersifat kritis ?
Terima Kasih
Lina Wati P.IPS B 2013
BalasHapusTulisan ini membuat saya lebih paham apa arti filsafat sebenarnya. Karena didalamnya dicontohkan dengan kehidupan sehari-hari mengenai filsafat. Seperti saat putus cinta ternyata orang bisa berfilsafat, juga mengenai kentut. Ternyata kita semua juga bisa berfilsafat.
Pertanyaan ;
1. Siapakah yang menemukan filsafat ilmu?
2. Apakah segala sesuatu yang ada didunia bisa dipecahkan dengan berfilsafat?
3. Bagaimana lahirnya ilmu filsafat ?
gustiana restika
BalasHapusp.ips B
Berfisafat mungkin terlihat sulit. Tetapi sebenarnya kita kerap berfilsafat tanpa kita tahu kalau itu “berfilsafat”
Sekarang yang menjadi masalah adalah bagaimana orang mengetahui kalau dia sedang berfilsafat?
Orang akan berfikir lebih mendalam bila dia mulai terdesak atau mengalami hal yang sanga menyakitkan untuk dirinya seperti putus cinta. Lalu mengapa orang yang dalam keadaaan seperti itu dapat dengan mudah berfilsafat?
Apa sih berfilsafat sebenarnya? Mungkin berfilsafat di latar belakangi oleh para balita. Karena balita tidak ada habisnya bila sudah bertanya dan mempertanyakan. Ada hal yang aneh. Mengapa seiring bertambahnya usia manusia, pemikiran kritis saat balita memudar?